Dalam melakukan interaksi sosial tidak semua individu merasa aman dan nyaman, namun ada juga yang memiliki perasaan cemas, takut, atau khawatir dengan lingkungan sekitarnya yang dapat kita sebut dengan kecemasan sosial. Kecemasan sosial merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaaan cemas (anxiety) yang ditandai dengan ketidaknyamanan emosional, rasa takut dan khawatir berkenaan dengan situasi sosial tertentu. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kecemasan sosial adalah perasaan malu dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena adanya prasangka bahwa orang lain menilai negative terhadap dirinya (Psychology Blog dalam Prawoto, 2010).
Kecemasan sosial yang tinggi akan cenderung menimbulkan respon-respon cemas seperti keringat dingin, gemetar, dan lain-lain, kesukaran berkomunikasi seperti gagap, lupa untuk mengucapkan kalimat yang sesuai atau tidak bisa berkata sesuai dengan apa yang dipikirkan, menghindari kontak dengan situasi sosial baik secara fisik maupun psikologis (tingkah laku menghindar) seperti berbicara sedikit, kontak mata yang sedikit, atau menarik diri, tingkah laku yang menutupi kesan diri (self image) akan ketidakmampuannya (Nainggolan, 2017).
Tetapi hal tersebut dapat diperbaiki atau disembuhkan menggunakan Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioral Theory). Teori Kognitif Perilaku adalah sebuah terapi yang mengombinasikan strategi berpikir dan perilaku yang didasari oleh tiga hal yang saling terkait satu sama lain, yaitu pikiran, perasaan, dan perilaku (Oemarjudi dalam Mutia, Mulyati dan Subanti, 2011). Antony dan Swinson (2000) yang menyatakan bahwa strategi utama dalam pemberian Terapi Kognitif Perilaku adalah mengubah pemikiran dan keyakinan irrasionalnya dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan positif. Selanjutnya dihadapkan langsung pada situasi yang membuatnya tidak nyaman (exposure), dan terakhir menambahkan dengan ketrampilan-ketrampilan sosial (Asrori, 2016). Sehingga sangat diharapkan Teori Kognitif Perilaku dapat mengurangi atau menyembuhkan seseorang yang mengalami kecemasan sosial.
Source
- Prawoto, Y. B. (2010). Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan sosial pada remaja kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas Maret). Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/5696/
- Nainggolan, T. (2017). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Pengguna Napza: penelitian di balai kasih sayang parmadi siwi. Sosio Konsepsia, 16(2), 161-174. Diakses melalui https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/download/800/398
- Asrori, A. (2016). Terapi kognitif perilaku untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 3(1), 89-107. Diakses melalui http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/2128
- Mutia, E., Subandi, M. A., & Mulyati, R. (2011). Terapi kognitif perilaku bersyukur untuk menurunkan depresi pada remaja. Jurnal intervensi psikologi, 2(1), 53-68. Diakses melalui http://repository.ugm.ac.id/97076/