9 Kota mati paling misterius di dunia

Tragedi kemanusiaan seperti perang dan bencana alam jadi salah satu cerita duka yang membawa manusia melangkah menuju kemunduran. Hingga akhirnya, semua hanya menyisakan setumpuk beton mati tanpa fungsi.

Fenomena kota mati bisa jadi bukti. Ditinggalkan hingga akhirnya tidak berpenghuni. Untuk itu,berikut rangkuman sembilan kota mati paling misterius di dunia, bahkan salah satunya berada di Indonesia.

1. Gunkanjima, Jepang

Kota Gunkanjima atau Hashima merupakan pulau tidak berpenghuni yang berada di teritorial Nagasaki. Di tahun 1959, Gunkanjima pernah mencatatkan rekor sebagai pulau dengan populasi penduduk terpadat di dunia.

Seperti dikutip darithe guardian, cerita dimulai ketika perusahaan otomotif Mitsubishi membeli Gunkanjima pada tahun 1890. Tujuannya untuk mendapatkan hasil alam batubara di dalam dasar laut.

Proyek pembangunan dimulai dengan pendirian beton besar yang mengelilingi pulau pada tahun 1916. Namun, ketika fungsi dari batubara dapat digantikan oleh minyak tanah, maka tambang ditutup, dan pada tahun 1974, Mitsubishi resmi mengosongkan Gunkanjima.

2. Pripyat, Ukrania

Sebelum tahun 1986, Kota Pripyat di Ukraina merupakan rumah bagi sekitar 49.000 jiwa manusia. Lalu tragedi ledakan nuklir Chernobyl terjadi dan memaksa penduduk meninggalkan kota karena ancaman radiasi.

Penduduk hanya diizinkan untuk membawa dokumen penting serta buku yang tidak terkontaminasi radiasi nuklir. Seperti dikutip dariDaily Mail, kini Pripyat hanyalah kota mati dengan bangunan tidak terawat dan tak berpenghuni. Bahkan, hingga kini pemerintah Ukraina melarang penduduknya untuk datang ke Pripyat.

3. Kayakoy, Turki

Kayakoy merupakan kota kuno legendaris yang menjadi rumah bagi para pemeluk Kristen Ortodoks Yunani dan Muslim Anatolia. Keduanya hidup harmonis sejak abad ke-14 tanpa konflik berarti.

Namun, seperti dikutip dariBBC, situasi damai mendadak memanas setelah Perang Dunia Pertama yang turut menyeret Yunani dan Turki dalam pusaran konflik.Sehingga pada tahun 1923 terbentuk kesepakatan untuk meninggalkan Kayakoy sebagai bentuk perdamaian politik. Namun, hingga kini Kayakoy tetaplah menjadi kota mati tidak berpenghuni.

4. Oradour Sur Glane, Prancis

Oradour Sur Glane menjadi saksi bisu dari kekejaman Perang Dunia Kedua. Pelakunya adalah Nazi Jerman yang menyergap Oradour Sur Glane pada Juni 1944 sebagai pembalasan atas serangan Prancis.

Seperti dikutip dariDaily Mail, sebanyak 642 orang tewas berkat serangan tersebut. Beberapa catatan menyebutkan bahwa 400 wanita dan anak kecil mati terpanggang, sementara para pria dibunuh dengan cara ditembaki. Bahkan, Nazi Jerman turut membakar dan merusak bangunan di dalam kota.

Hingga kini Pemerintah Prancis menolak untuk membangun kembali Oradour Sur Glane menjadi peradaban pada umumnya. Alasannya agar Oradour Sur Glane tetap menjadi saksi dari sejarah kekejaman Perang Dunia Kedua.

5. Agdam, Azerbaijan

Sebelum tahun 1993, Kota Agdam di Azerbaijan merupakan rumah bagi sekitar 40.000 penduduk. Lalu, pasukan militer Armenia melakukan invasi yang memaksa seluruh penduduk meninggalkan kota. Peristiwa tersebut terjadi sepanjang perang Nagorno Karabakh.

Seperti dikutip dariAtlas Obsurca, pasukan Armenia kemudian mendirikan pangkalan militer sementara di Agdam. Namun, setelah perang mereda, Armenia justru menghancurkan seluruh kota dengan tujuan agar Agdam tidak digunakan sebagai basis militer.

Seluruh bangunan kota berakhir menjadi puing dan hanya menyisakan sejumlah masjid yang masih utuh berdiri kokoh. Adapun mayoritas dari penduduk Agdam memilik pindah ke Iran.

6. Varosha, Siprus

Dulu, Varosha adalah salah satu tempat wisata kelas dunia dan sering dijadikan destinasi para selebriti mancanegara. Tempat ini memiliki segala kemewahan seperti sarana belanja, hotel berbintang, klub malam hingga keindahan pantai.

Namun, seperti dikutip dariBright Side, semua keindahan tersebut berubah ketika Turki menginvasi Siprus dan menjadikan Varosha sebagai daerah jajahan. Turki memerintahkan kepada semua penghuni kota untuk pergi dalam beberapa jam dan mulai membangun pagar pembatas.

Penduduk Varosha dilarang kembali, bahkan untuk sekedar mengambil harta benda. Kini, Varosha jadi daerah yang sangat sepi. Beberapa orang kabarnya pernah menyusup ke dalam kota ini dan menemukan banyak sekali hal unik.

Mulai dari pakaian baru era 1970 hingga deretan mobil tua tapi masih terlihat baru. Bahkan, di beberapa apartemen dan hotel ditemukan pula makanan yang tersaji di meja.

7. Fordlandia, Brasil

Fordlandia didirikan oleh seorang pengusaha asal Amerika Serikat bernama Henry Ford pada tahun 1927. Pembangunan dilakukan sebagai fasilitas pendukung dari keberadaan perkebunan karet di hutan hujan Amazon sepanjang Sungai Tapajos.

Ford mengembangkan kota kecil dengan fasilitas lengkap seperti kolam renang, lapangan golf, kafetaria hingga tempat hiburan. Namun, seperti dikutip dariBright Side, penduduk setempat justru merasa tidak nyaman sehingga menolak pembangunan.

Maka pada tahun 1930, para pribumi memberontak dengan melemparkan mobil ke sungai dan mengusir para petinggi perusahaan ke dalam hutan. Semenjak itu, Fordlandia ditinggalkan untuk selamanya.

8. Centralia, Amerika Serikat

Bisa jadi Kota Centralia di Pennsylvania merupakan tempat paling panas di dunia. Pasalnya, di bawah tanah Centralia terdapat bara api yang berasal dari tambang batubara. Bahkan, api terus menyala sejak tahun 1962 hingga kini.

Pemerintah dengan tegas mengimbau agar seluruh penduduk untuk bergegas pindah. Namun, seperti dikutip dariDaily Mail, penduduk Centralia justru menolak pindah karena menganggap hal tersebut tidak berbahaya.

Hingga pada akhirnya, seluruh penduduk tersadar dan mulai pindah meninggalkan kota. Kini Centralia tak ubahnya kota mati yang hanya menyisakan beberapa binatang dan sebuah gereja.

9. Simacem, Indonesia

Simacem berada di Sumatera Utara yang ditinggal pergi seluruh penduduknya karena erupsi serta letusan Gunung Sinabung pada tahun 2010 silam. Lokasi Simacem memang tepat berada di kaki gunung setinggi 2.460 meter tersebut.

Hampir tidak ada bangunan tersisa di Simacem, kecuali sebuah gereja yang hancur diserap awan panas. Seperti dikutip dariDeutsche Welle, penduduk yang tinggal di radius tujuh kilometer dari Gunung Sinabung memang tidak diizinkan kembali dan direlokasi secara permanen.