Sedikit sulit untuk membantah pendapat kalau Amerika Serikat adalah sumber trend. Berbagai hal trending biasa dimulai dari negara ini walau tidak selalu seperti itu. Tapi jika dirata-rata, citra dari Amerika (merek, produk) banyak tersebar dan berkuasa di berbagai negara. Mulai dari restoran cepat saji hingga toko retail. Merek dan produk-produk ini menjadi semacam barometer kesuksesan American Dream yang jadi mantra banyak perusahaan di Amerika Serikat untuk meraup berbagai keuntungan/profit di luar negeri (selain di dalam negeri).

Namun terkadang situasi sulit memaksa merek-merek produsen dari Amerika ini untuk mengajukan kebangkrutan ke pengadilan dagang Amerika Serikat. Sebuah perusahaan Amerika Serikat terikat pada hukum dagang yang berlaku di Amerika sendiri walau sekuat apa pun mereka di luar negeri. Jadi saat neraca perdagangan mengharuskan mereka mengajukan kebangkrutan, maka itulah yang harus terjadi demi menyelamatkan sisa aset serta staf karyawan yang ada di Amerika Serikat.

Tapi kebangkrutan yang dialami perusahaan Amerika di Amerika Serikat ternyata tidak selalu berimbas pada merek mereka yang beroperasi di luar negeri, seperti di Jepang. Karena saat ini tercatat setidaknya ada tiga merek usaha dari Amerika Serikat yang masih bertahan serta berbisnis secara normal di Jepang tanpa campur tangan manajemen dari Amerika.

Selain beroperasi secara independen, merek-merek ini bahkan mampu melakukan ekspansi selain tetap berbisnis dan menghasilkan laba untuk manajemen perusahaan di Jepang. Semua terjadi secara independen karena pihak Amerika tidak dapat mengklaim profit yang dihasilkan merek tadi di Jepang; termasuk bagian hutang di mana mereka juga tidak terlibat di dalamnya. Merek boleh sama, tapi nasib dan operasional antara dua negara tadi adalah berbeda.

Jadi turis Amerika Serikat yang sedang jalan-jalan di Tokyo atau Osaka akan terkaget-kaget melihat merek-merek yang di negara mereka sudah exit from business masih berdiri kokoh di kota-kota tadi. Karena selain dikuasai merek-merek retail domestik milik Jepang sendiri (Uniqlo, Lawson, atau Tokyu Hands yang populer dengan jualan kipas angin portable mereka), jalanan di sana juga memiliki merek-merek yang asli berasal dari Amerika Serikat dan sudah dinyatakan bangkrut atau kolaps di negara asalnya.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Mini Market Lawson (Sumber gambar: Live Japan)

Setidaknya ada tiga merek Amerika yang sudah bangkrut (atau bermasalah dalam keuangan perusahaan) tapi masih sukses berbisnis di Jepang. Toko mainan Toys R Us, toko musik Tower Records dan toko retail makanan premium Dean & DeLuca. Ketiga merek ini dulu sangat tenar di pasaran Amerika. Sekarang? Tidak lagi. Namun citra merek-merek Amerika tadi masih kuat bersinar di pasar Jepang dan relatif stabil. Mengapa demikian?

Di kawasan Asia, sebagian besar franchise retail besar dari Amerika beroperasi secara independen tanpa campur tangan perusahaan induk di Amerika karena adanya kesepakatan lisensi sejak awal mereka berjualan. Sederhananya, apa yang jadi keputusan perusahaan pemegang merek di Amerika tidak selalu harus dijalankan perusahaan mereka yang ada di Asia.

Perusahaan Toys R Us Inc. mengajukan kebangkrutan di tahun 2017 karena hutang menumpuk plus semakin sedikitnya profit dari toko-toko mereka di seluruh Amerika Serikat.Keputusan itu tidak berlaku untuk Toys R Us di kawasan Asia Pasifik karena sejak 2018 mereka memutuskan hubungan dengan perusahaan induk di Amerika. Toys R Us mulai berbisnis di Jepang sejak 1991 dan tetap kuat di industri mainan Jepang / Asia Pasifik hingga kini.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Toko Toys 'R' Us di Amerika (Sumber gambar: Fortune)

Mengapa mereka bisa bertahan dibanding perusahaan serupa di Amerika? Menurut dosen marketing senior Universitas Waikoto, New Zealand bernama Roy Larke, hal itu dikarenakan bagusnya cara pemasaran Toys R Us Jepang dan rendahnya kompetisi dari pelaku bisnis serupa. Jepang memang termasuk memuja merek/citra dari Amerika.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Toys 'R' Us di Jepang (Sumber gambar: Sygic Travel)

Di saat "Dean & DeLuca" mulai menutup toko-toko mereka di New York karena hutang menumpuk, 50 toko Dean & DeLuca di seluruh Jepang tetap mantap berjualan. Saya kira merek Amerika yang berjualan di Jepang memiliki nilai faktor keren di kalangan orang Jepang, namun tidak lagi ada di kalangan orang Amerika sendiri, sebut profesor Ilmu Ekonomi Universitas Ritsumeikan Kyoto, David Flath.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Dean & DeLuca di Amerika (Sumber gambar: Bisnow)

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Dean & DeLuca di Jepang (Sumber gambar: Welcome.Jp)

Untuk hal ini saya setuju dengan Flath. Merek rakyat jelata seperti KFC di Amerika memiliki value berbeda di Jepang. KFC Jepang bahkan memiliki produk-produk dan resto premium serta bar dengan minuman beralkohol; sesuatu yang Amerika tidak pernah miliki.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

KFC Bar di Jepang (Sumber gambar: Kotaku)

Hal serupa juga terjadi untuk merek Tower Records. Berasal dari California, Tower Records dulu adalah raksasa di bidang retail musik seperti CD, kaset, peralatan musik dan berbagai hal musikal lain. 200 toko yang tersebar di penjuru dunia saat era 90-an adalah buktinya. Namun tumpukan hutang yang berujung kebangkutan di tahun 2006 memaksa Tower Records menutup semua toko mereka di Amerika Serikat. Tapi di Jepang?

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Tower Records di Amerika (Sumber gambar: Los Angeles Times)

Tower Records masih berdiri tegak di Tokyo dan Osaka. Mereka memang tidak lagi berurusan dengan perusahaan induk di Amerika karena sudah independen sehingga dapat beroperasi sesuai manajemen di Jepang sendiri. Tampilan Tower Records di Jepang akan membuat turis Amerika, yang sempat merasakan gempita era 90-an Tower Records merasakan nostalgia.

3 Merek Amerika Serikat yang sudah bangkrut tapi masih jaya di Jepang

Tower Records di Jepang (Sumber gambar: Japan Travel)

Masih sehatnya perusahaan-perusahaan ini di Jepang, yang mana sudah kolaps di negara asalnya menunjukkan kalau manajemen Asia Pasifik punya kemampuan not crack under pressure baik. Seharusnya manajemen Barat banyak belajar ke Timur. Tapi lebih banyak orang Timur yang belajar manajemen ke Barat. Jadinya lucu dan kontradiktif jika melihat tiga merek tadi.