Institusi pendidikan yang dapat melaksanakan proses pendidikan dengan baik, salah satunya dengan Merdeka Belajar. Proses ini memanfaatkan internet sebagai solusi belajar di rumah selama masa pandemi. Beberapa manfaat internet mulai dari sarana komunikasi, tempat mengakses informasi, hiburan hingga membantu memudahkan dan mempercepat metode belajar. Merdeka Belajar adalah wadah untuk saling bertukar informasi dan pengalaman khususnya bagi mahasiswa, agar menambah wawasan serta membuka pola pikir menuju generasi unggul.

Merdeka Belajar adalah antitesis dari pembelajaran langsung. Mendidik bukan memaksa pelajar untuk menguasai suatu pengetahuan, tapi membantu pelajar mengatur tujuan, proses, dan penilaian belajar untuk mengembangkan suatu kompetensi. Kemerdekaan belajar yang sesungguhnya ialah gabungan dari tanggung jawab, otonomi, dan otoritas mahasiswa, karena Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Konsep dari Merdeka Belajar yaitu belajar bukan hanya menghafal rumus tetapi menalar dan menyelesaikan persoalan dan belajar bukan dinilai oleh besarnya angka tetapi oleh karya yang bermakna.

Pelajar Merdeka ialah pelajar yang menguasai Merdeka Belajar. Pandemi bukanlah pantangan bagi Pelajar Merdeka, karena mayoritas Pelajar Merdeka mempunyai pemikiran yang kritis dan bersifat membangun. Terdapat tiga komponen Merdeka Belajar, yaitu sebagai berikut.

1. Komitmen pada tujuan.

Tujuan yang dijadikan acuan utama adalah mengambil keputusan. Setiap mengambil keputusan harus yakin dan tidak gampang terpengaruh. Selain itu, Pelajar Merdeka juga mempunyai dedikasi atau kewajiban yang mengikat pada tindakan tertentu untuk mencapai tujuannya.

2. Mandiri terhadap cara.

Memiliki cara dan menyusun strategi mengatasi tantangan untuk mencapai tujuan. Pelajar Merdeka yang bisa menentukan prioritas berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yang memilih cara berdasarkan sumber daya yang tersedia, dan menyusun strategi yang adaptif terhadap tantangan yang dihadapi.

3. Melakukan refleksi.

Melakukan penilaian diri dan meminta umpan balik dari orang lain untuk mengetahui kebutuhan belajarnya. Diawali dari proses refleksi terhadap pengalaman dan perjalanan hidup pribadi, bahwa merefleksikan adalah cermin bagi diri sendiri.

Kebiasaan Merdeka Belajar adalah melakukan evaluasi untuk menentukan pencapaian, meminta umpan balik untuk memperbaiki diri, memulai pertemanan bukan menceramahi, menetapkan prioritas untuk memudahkan belajar dan mengajukan pertanyaan untuk mencari tahu agar tidak terjadi miskonsepsi belajar. Sering kali Pelajar Merdeka mengira telah Merdeka Belajar akan tetapi, miskonsepsi merupakan tantangan para pelajar apalagi dengan adanya situasi pandemi yang terus meningkat. Dampak negatif dari pandemi salah satunya adalah penurunan capaian belajar, karena perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh. Tetapi, dampak positif dari pandemi adalah membuat metode belajar menjadi variatif dan fleksibel.

Miskonsepsi adalah konsep yang salah atau bertentangan dengan Merdeka Belajar. Ciri-ciri yang dapat dilihat dari pelajar yang menerapkan miskonsepsi yaitu sebagai berikut.

1. Belajar hanya untuk ujian.

Pelajar sering kali lupa dengan kalimat "ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian". Pelajar membutuhkan persiapan, usaha, ketekunan dan kejujuran dalam menghadapi ujian agar memperoleh hasil yang maksimal dan mencapai tujuannya.

2. Kendali belajar berada pada pengajar.

Konsep dari Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Dalam hal ini, pelajar lebih berperan dalam menentukan pembelajaran. Mulai dari rencana, proses, sampai penilaian akhir.

3. Pelajar mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang sama.

Umumnya memang benar, tetapi di Merdeka Belajar yang diterapkan adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap individu pelajar.

4. Belajar itu menghafal dan menggunakan rumus.

Metode belajar di Indonesia tidak hanya menghafal dan menggunakan rumus, tatapi ada banyak sekali mulai dari menyimak, merangkum, praktik, observasi, hingga menalar dan menyelesaikan persoalan. Merdeka Belajar adalah bagaimana para pelajar memahami pelajaran dengan metode yang diinginkan.

5. Keberhasilan belajar ditandai dengan nilai angka terstandar.

Miskonsepsi seperti ini yang membuat para pelajar berpikir bahwa "nilai lebih penting dari kejujuran" karena pelajar dipandang sebelah mata. Padahal dalam Merdeka Belajar suatu karya pelajar yang bermakna adalah suatu pencapaian yang sebenarnya.

Bukan hanya itu, Indonesia sudah mengalami begitu banyak reformasi, begitu sering kurikulum direvisi sampai titik upaya menciptakan sistem yang tidak membutuhkan pengajar. Seolah-olah dokumen yang seragam untuk seluruh negeri, uji kompetensi seumur hidup sekali, serta simplifikasi dan standardisasi lain bisa menjadi solusi. Demikian artikel singkat tentang Program Merdeka Belajar. Semoga bermanfaat dan terima kasih.