Dibandingkan negara-negara lain (selain India?) Amerika Serikat memiliki kultur perfilman yang solid banget. Mulai awal 1900-an kultur ini terbentuk dan terawat dengan baik di sana. Peralatan pembuatan film, film itu sendiri, hingga aktor dan aktris perfilman Amerika Serikat (tenar dengan istilah Hollywood Movies) tidak hanya jadi tuan di negara sendiri namun juga di berbagai negara yang menginspirasi banyak jiwa. Bahkan hingga ke Hindia Belanda alias prekursor negara kita Republik Indonesia.

Tahukah kamu, kita sudah menghasilkan film sejak lama. Tepatnya sejak rilis film Loetoeng Kasaroeng tahun 1926. Pada masa itu tentu saja Belanda masih menguasai negara ini. Film tadi diproduksi NV Java Film Company dengan sutradara dan produser seorang londo bernama L. Heuveldorp dan mengadopsi kisah rakyat Sunda.

25 Judul film yang masuk 'National Film Registry' 2019

(Sumber gambar: Wikipedia)

Pengen nonton? Lupakan. Film tersebut sudah hilang ditelan zaman. Hanya cerita tentangnya serta reputasi film itu saja yang masih tersisa di masa sekarang. Sayang sekali, kan?

Tidak ada kesadaran dan kemauan pihak berkepentingan untuk melakukan preservasi (pengarsipan, perawatan dan penyimpanan) film-film yang dihasilkan/diproduksi di Republik Indonesia. Sementara kalau dihitung-hitung sudah ada lebih dari 3,595 judul film dihasilkan oleh sineas Indonesia per statistik tahun 2015. Tapi jika ditanya ke mana semua tiga ribuan film tadi, atau minimal beberapa dari mereka yang fenomenal dan tidak layak untuk hilang begitu saja dari dunia seperti "Loetoeng Kasaroeng", semua pihak akan saling sikut dan menyalahkan satu sama lain.

25 Judul film yang masuk 'National Film Registry' 2019

Sinematek Indonesia (Sumber gambar: Wikipedia)

Ini berbeda dari Amerika Serikat. Walau kita punya Sinematek, sistem pengarsipan film buah ide Misbach Yusa Biran yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta 20 Oktober 1975, namun itu tidak cukup. Tidak adanya dukungan berkelanjutan dari negara untuk pembiayaan preservasi film nasional menjadikan "Sinematek" kesulitan menyimpan 404 judul (produksi 1939-2011) koleksi mereka. Sehingga jika dibandingkan National Film Preservation Board dari "Library of Congress" nya Amerika Serikat dengan program National Film Registry mereka, perbandingan yang ada seperti langit dan bumi. Sangat bikin miris.

25 Judul film yang masuk 'National Film Registry' 2019

Gedung "Library of Congress" (Sumber gambar: New York Daily News)

"National Film Registry" adalah program pemerintah Amerika Serikat dalam rangka memastikan karya kultural mereka (dalam format film) tetap terjaga dan akan bisa dinikmati generasi-generasi berikut. Dibandingkan "Sinematek", mereka malah jauh berusia lebih muda; program pengarsipan film Amerika ini baru dimulai tahun 1988 dan dilindungi landasan hukum jelas dari pihak legislatif. Sehingga diharapkan film-film kultural penting Amerika Serikat yang sudah diproduksi dapat dipertahankan eksistensinya dan terawat agar bisa melewati generasi berikut.

Tentu tidak semua film Hollywood mendapatkan lapak di susunan arsip "National Film Registry". Hanya film-film penting secara kultur kebudayaan, landasan sejarah, atau memiliki estetika signifikan yang berhak mendapat tempat untuk disimpan, dipreservasi dari kemungkinan hilang maupun rusak. Film yang dimaksud juga wajib sudah beredar setidaknya 10 tahun terakhir.

Setiap tahun akan disimpan 25 film yang didapat dari nominasi publik serta dikurasi dan disortir badan National Film Preservation Board. Film-film ini tidak harus berupa film produksi studio besar Hollywood. Selama merupakan karya seni kategori film gambar bergerakataumotion picture, semua punya kesempatan untuk jadi bagian National Film Registry, yang tentu saja merupakan gelar bergengsi.Jumlah film yang saat ini disimpan oleh National Film Registry hingga tahun 2019 adalah 775 judul.

25 Judul film yang masuk 'National Film Registry' 2019

(Sumber gambar: Wikipedia)

National Film Registry telah menjadi catatan penting sejarah, kebudayaan dan kreativitas sejarah Amerika Serikat, sebut Carla Hayden, anggota "Librarian of Congress" yang bertugas dalam pengarsipan film penting Amerika Serikat ini. Tidak seperti penghargaan lainnya, registrasi film nasional tidak terikat oleh waktu, tempat, maupun genre. Ini menunjukkan sejarah 130 tahun perfilman Amerika Serikat dan kita akan pastikan generasi berikutnya dapat menyaksikan sejarah nasional perfilman negara, sambungnya lagi. Film-film yang ada dalam pengarsipan National Film Registry memang berasal dari 1903 hingga 2003 (untuk saat ini). Menunjukkan kalau sejarah perfilman Amerika Serikat memang sudah sangat panjang.

Untuk film yang mendapat kehormatan masuk National Film Registry tahun 2019 ini adalah sebagai berikut:

Amadeus (1984)

Becky Sharp (1935)

Before Stonewall (1984)

Body and Soul (1925)

Boys Dont Cry (1999)

Clerks (1994)

Coal Miners Daughter (1980)

Emigrants Landing at Ellis Island (1903)

Employees Entrance (1933)

Fog of War (2003)

Gaslight (1944)

George Washington Carver at Tuskegee Institute (1937)

Girlfriends (1978)

I Am Somebody (1970)

Last Waltz, The (1978)

My Name Is Oona (1969)

A New Leaf (1971)

Old Yeller (1957)

The Phenix City Story (1955)

Platoon (1986)

Purple Rain (1984)

Real Women Have Curves (2002)

Shes Gotta Have It (1986)

Sleeping Beauty (1959)

Zoot Suit (1981)

https://www.youtube.com/watch?v=hGsyEkfjhQk

Melihat daftar film yang masuk preservasi National Film Registry bisa disimpulkan kalau genre film memang tidak berpengaruh pada penilaian layak tidaknya film tersebut untuk diselamatkan. Ini hal bagus karena genre tidak menentukan kualitas sinematik suatu film. Akan menarik melihat seperti apa film Amerika lain yang akan diselamatkan negara tahun depan.

Andaikan kamu punya kekuasaan seperti ini, film Indonesia mana yang akan kamu selamatkan agar generasi Indonesia berikut dapat menontonnya? Kalau saya? Bingung juga. Pemberontakan G30S/PKI? "Gundala" versi klasik? Atau "Inem Pelayan Sexy"? Jangan-jangan semuanya memang sudah ada dalam arsip "Sinematek" pula.