Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan ribuan pulaunya dari Sabang sampai Merauke. Kondisi geografis ini memang membuat kita terlihat kaya di mata dunia. Kita punya berbagai macam pulau, suku, adat, budaya, dan sumber daya.

Tapi di sisi lain, letak wilayah yang terpisah lautan ini menyulitkan pembangunan di banyak daerah terpencil. Selama ini pembangunan seolah hanya terpusat di pulau dan kota besar saja. Padahal ribuan pulau kecil ini juga butuh uluran tangan pemerintah.

Agar mata benar-benar terbuka dan hati kita sadar kalau masih banyak saudara kita di luar sana yang bahkan belum tersentuh air bersih,yuk simak ulasan berikut ini tentang 10 keterlambatan yang jadi masalah pelik di pedalaman.

1. Pendidikan.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Pendidikan yang belum merata itu sebenarnya sudah jadi lagu lama. Tapi sedihnya, masalah satu ini kayak belum ada solusi yang berarti.Padahal sekolah di kota sudah makin canggih.

Sebetulnya pemerintah sudah punyaPeraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Tapi tetap saja rasanya standar tersebut masih sulit diterapkan di sekolah-sekolah pedalaman.Karena sekolah dan pendidikan masih belum memenuhi standar, anak-anak di pedalaman juga jadi minim motivasi.

2. Bahasa Indonesia.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Selain itu, Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu tampaknya juga masih jadi kendala di berbagai wilayah, terutama yang memang belum tersentuh teknologi. Seperti penduduk di pedalaman Aceh Timur yang masih belum bisa membedakan P, V, dan F. Siswa masih sering salah menulis Polisi jadi Volisi.

3. Teknologi dan transportasi.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Jangankanteknologi atau transportasi canggih, listrik dan lampu sebagai kebutuhan dasar saat ini saja masih sangat minim. Ada pun kadang cuma bisa dinikmati beberapa jam dalam sehari.

4. Listrik dan internet.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Kalau listrik dan lampu tidak ada, apalagi internet? Kita yang di kota boleh mahir main social media, tapi saudara kita yang di pedalaman, mungkin malah belum tahu apa itu internet.

5. Air Bersih.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Bahkan air sebagai kebutuhan dasar dan dibutuhkan hampir semua makhluk hidup aja seringkali sulit didapatkan. Kalaupun ada, tentu tidak sejernih air PDAM.

6. Kesehatan.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Tidak sedikit juga yang malah tak punya tempat perawatan kesehatan. Kalau ada juga pasti fasilitas dan tenaga medisnya kurang memadai. Dan kebanyakan kekurangan tenaga medis karena memang jarang ada yang mau ditempatkan di pedalaman terpencil.

7. Tempat tinggal.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Disaat Jakarta heboh DP rumah 0%-nya dan lahan perkotaan makin sempit, penduduk pedalaman masih harus survive tinggal di rumah tidak layak serta jadi sarang penyakit.

8. Pengelolaan sumber daya alam.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Tidak jarang juga karena edukasi masih kurang, mereka malah kena tipu perusahaan besar yang pengen memanfaatkan sumber daya alam di sana.

9. Kebutuhan hidup.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Karena akses yang sulit, masyarakat perbatasan justru banyak bergantung dengan negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka lebih memilih belanja di negara tetangga. Selain karena lebih cepat, harganya juga lebih murah katanya.

10. Akses jalan dan infrastruktur.

 Inilah 10  potret kemerdekaan yang tak merata di Indonesia

Mereka jadi tertinggal jauh sama kita juga karena akses atau infrastruktur jalan dari menuju ke sana masih sangat buruk.Memang tidak mudah kalau ingin membangun Indonesia serentak secara instan. Selain karena PR pemerintah cukup banyak, masalah ini perlu penanganan berbagai aspek dan bidang.

Untuk bisa menjangkau pedalaman, perlu transportasi memadai, tenaga manusia yang mengendalikan, dan pendampingan warga pedalaman agar mau terbuka dengan globalisasi.Meskipun begitu, tidak ada yang tak mungkin jika pemerintah dan seluruh elemen masyarakat mau mengerahkan segala tenaga yang dimiliki. 73 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berbenah.Bukan maksud hanya mengeluh, tapi kita harus berani beropini, mengkritik, dan tentunya tak lupa mengapresiasi perkembangan negeri ini dari tahun ke tahun.