Brilio.net - Salah satu kasus yang sering terjadi saat pendakian adalah tersesat di gunung dan itu menjadi hal berbahaya apalagi jika sampai berhari-hari tanpa tanda. Hal itulah yang sempat dirasakan oleh Gibran, pendaki berusia 14 tahun asal Kecamatan Pangatikan, yang hilang di Gunung Guntur, Kabupaten Garut Jawa Barat.

Remaja bernama asli Muhammad Gibran Arrasyid tersebut bercerita bagaimana ia bisa tersesat di Gunung Guntur. Awalnya, ia memilih diam di tenda saja saat teman-temannya memilih pergi ke puncak. Saat itu, ia sedang kebelet pipis dan pergi meninggalkan tenda. Namun, saat selesai buang air kecil, Gibran pun tersesat dan tidak kembali ke tenda sampai berhari-hari berikutnya dinyatakan hilang sejak Minggu (19/9) lalu.

Saat ditemukan oleh petugas gabungan dan warga pada Jumat (24/9), Gibran dalam keadaan sadar dan langsung dibawa ke Puskesmas Tarogong Kaler untuk ditangani secara medis. Ketika di ruang perawatan, Gibran ditemui oleh Wakil Bupati Garut Helmi Budiman dan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama hilang di Gunung Guntur.

Gibran mengatakan bahwa selama empat hari di gunung, ia tidak membawa apa-apa selain pakaian yang melekat di tubuhnya. Ia pun mencari mata air atau sungai yang ada di gunung dan meminum airnya. Gibran nyaris tidak makan apa-apa selama tersesat.

"Gibran selama di sana empat hari, makan pakai apa? rumput atau daun?" tanya Helmi

"Nggak, tahan lapar di sana. Cuman minum air sungai pakai daun" terang Gibran.

Selain itu, Gibran juga mengisahkan bahwa ia sempat ditawari makan dan diajak ke rumah oleh seorang perempuan tua. Namun, tawaran dan ajakan tersebut ditolaknya karena ia merasa takut dan tidak mengenal perempuan tersebut. Hal tersebut kemudian membuat Gibran menghindari jalan dan menuruni sebuah tebing dan sempat terjatuh.

"Sempat ada yang nawarin makan waktu itu, perempuan udah tua. Cuman nggak mau, nggak kenal. Terus diajak ke rumahnya juga nggak ikut karena takut dan curam" ungkap Gibran di depan Wabup Helmi.

Gibran juga mengatakan bahwa ia mengalami hal aneh. Selama tersesat, Gibran selalu berada di lokasi yang terang benderang. Tidak ada malam saat ia tersesat sampai ia ditemukan oleh Tim SAR.

"Kemarin juga selama lima hari empat malam nggak ada malam, ngerasainnya kayak siang terus. Dan ada yang kasih roti dari penyelamat" kata dia.

Sementara itu, mengetahui putranya dinyatakan hilang, Alam, ayah Gibran, semua anggota keluarga berdoa dan bersalawat untuk keselamatan anaknya.

"Waktu itu kami bacakan doa seperti Surat At Thariq, Taawudz, lalu Bismillah dan Salawat untuk tempat di sana dan untuk nabi. Kita bacakan waktu itu pas Gibran belum ketemu di hari Rabu malam Kamis" kata Alam, dalam wawancaranya di YouTube Garut.id, Jumat (24/09).

Sampai saat ini, setelah proses pencarian Gibran selesai, Gunung Guntur masih ditutup untuk umum.

"Saat ini belum dibuka, kita sementara mengevaluasi dan melakukan perbaikan jalur," ujar Kepala Seksi Wilayah V Garut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar Dodi Arisandi, Sabtu (25/9).

Menurut Dodi Arisandi, peristiwa tersebut menjadi evaluasi seluruh tim untuk melakukan perbaikan di semua lini demi keselamatan pendaki dan juga pengunjung. Selain itu, peristiwa hilangnya Gibran menjadi pijakan pemerintah untuk menata kawasan tersebut secara keseluruhan.

"Evaluasi kesemuanya, termasuk kembali memberikan dan menyampaikan SOP pendakian di basecamp-basecamp," kata dia.

Selain itu, Kapolres Garut AKBP Wirdhanto Hadicaksono mengapresiasi kerja keras dari tim gabungan yang terdiri dari TNI-Polri, BPBD, Basarnas, Tagana, BKSDA, kelompok pencinta alam dan masyarakat sekitar dalam pencarian di Gunung Guntur.

"Kebahagiaan ini tidak hanya bagi keluarga Gibran, termasuk bagi masyarakat Garut, semoga tak ada insiden serupa terjadi kembali," harap dia.