Brilio.net - Bali selalu sukses memukau banyak orang dari mana saja. Namanya tersohor di luar negeri, sampai-sampai pelancong asing tak tahu Bali bagian dari Indonesia. Saat ditanya Indonesia, mereka menggelengkan kepala. Namun sekalinya ditanya Bali, mereka langsung ngeh.

Keluhuran budaya, keramahan warga, hingga pesona alam Bali, berhasil memikat wisatawan lokal maupun mancanegara. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang memilih menjadikan Bali sebagai tempat menghabiskan masa tua.

Salah satu daya tarik Bali adalah kehidupan masyarakat yang rukun, tentram, ramah, dan tradisi yang mengakar kuat. Hal ini bisa dilihat dari kehidupan masyarakat Bali, yang sebagian besar memeluk agama Hindu.

Tepat Kamis (7/3) hari ini, berlangsung Hari Raya Nyepi yang menandai pergantian tahun baru saka 1941. Dalam perayaannya, bukan hingar bingar yang dilakukan umat Hindu Indonesia, melainkan benar-benar menyepi fokus beribadah.

Beberapa aktivitas yang tidak boleh dilakukan selama Hari Raya Nyepi antara lain bekerja atau beraktivitas di luar rumah (amati karya), menyalakan api, lampu, dan segala sumber pencahayaan (amati geni), jalan-jalan, berpergian, atau melancong (amati lelungan), dan bersenang-senang (amati lelanguan).

Selama Hari Raya Nyepi, juga ada beberapa ritual yang dilakukan umat Hindu. Salah satunya ritual Ngembak yang ditandai dengan saling berkunjung ke keluarga, tetangga, dan kerabat untuk saling memaafkan. Nah, bagi pemudanya, berwujud ritual Omed-omedan atau lazim dikenal tradisi ciuman.

Mau tahu seperti apa tradisi Omed-omedan yang biasanya diikuti anak muda 17-30 tahun dan belum menikah ini? Berikut ulasannya dirangkum Brilio.net dari berbagi sumber, Kamis (7/3).

1. Wujud tali persaudaraan.

Tradisi ini dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Nyepi oleh anak muda di Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar. Omed-omedan menjadi ajang menguatkan tali persaudaraan, terutama para pemuda dan pemudi di Bali. Misalnya saja ada yang sekolah atau bekerja di luar Bali bahkan luar negeri, sehingga ketika pulang saat Nyepi bisa bersilaturahmi dengan yang lain.

2. Bukan asal cium.

Pada dasarnya, Omed-omedan berarti tarik-menarik. Cara melakukannya adalah pemuda-pemudi yang berpartisipasi saling tarik pinggul. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini menjadi tradisi pelukan dan ciuman pipi. Namun ada larangan keras ciuman bibir karena dinilai kebablasan.

3. Didahului ritual ibadah.

Sebelum dilaksanakan, para partisipan Omed-omedan harus sembahyang di Pura. Para peserta yang dibagi kelompok putra (teruna) dan kelompok putri (teruni) ini berdoa supaya diberi hati yang bersih dan kelancaran selama proses Omed-omedan.

Baru setelah sembahyang, mereka menuju pelataran Pura, berdiri berhadap-hadapan, sambil menunggu aba-aba mulai dari sesepuh desa, yang diiringi permainan gamelan.

4. Berakhir basah kuyup.

Selama Omed-omedan, para partisipan akan disiram air. Keseruan perayaan pergantian tahun baru Saka akan semakin meriah dan hangat. Para penonton pun tak luput kena siraman air dari panitia Omed-omedan.

5. Menjadi festival tahunan.

Tradisi Omed-omedan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Tak mengherankan bila ritual ini dimasukkan dalam festival tahunan Omed-omedan Cultural Heritage Festival. Acara ini juga dimeriahkan pasar rakyat atau bazar dan panggung pertunjukan musik.