Brilio.net - Pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa menjadi pukulan yang berat secara mental maupun finansial. Banyak orang yang terjebak dalam ketidakpastian setelah kehilangan pekerjaan, tidak hanya karena kehilangan sumber penghasilan, tetapi juga karena tercabut dari rutinitas, lingkungan sosial kerja, bahkan identitas profesional. Namun, masa sulit ini juga bisa menjadi titik awal dari sesuatu yang lebih bermakna jika dijalani dengan kesadaran dan strategi yang tepat.

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Dok. Nessia Ragil T

Nessia Ragil T., S.Psi., LCPC, seorang Mindfulness Facilitator dan Career Coach dari Bogor yang memiliki 11 tahun pengalaman di bidang HR, membagikan pandangannya tentang bagaimana seseorang bisa melewati masa PHK dengan lebih kuat, utuh, dan siap menghadapi dunia kerja yang baru. Dia menekankan pentingnya pemulihan menyeluruh—baik mental, emosional, maupun strategis—bagi mereka yang baru saja mengalami PHK. Apa saja yang harus dipersiapkan? Berikut brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Kamis (8/5).

Beri Waktu untuk Merasakan: Fase Emosional yang Perlu Diakui

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

Langkah pertama setelah kehilangan pekerjaan bukan langsung mengirimkan CV atau mengikuti webinar karier, tapi memberi jeda.

"Sebelum mikirin harus ngapain, kasih ruang dulu buat merasakan," ujar Nessia.

Kehilangan pekerjaan tidak hanya soal kehilangan penghasilan, tetapi juga hilangnya struktur harian, relasi kerja, bahkan makna hidup. Kondisi ini bisa menyebabkan kekosongan mental dan kehilangan arah. Maka penting untuk mengakui bahwa ini adalah bentuk duka.

"Mengenali dan mengakui bahwa kamu sedang mengalami duka adalah langkah pertama untuk pulih secara utuh," tambahnya.

Ini sejalan dengan teori Elisabeth Kübler-Ross dalam model Stages of Grief, seseorang yang kehilangan akan melalui lima fase. Setiap fase ini valid dan memerlukan ruang tersendiri untuk dijalani, meski durasinya berbeda-beda pada tiap individu.

Model lima tahap kesedihan atau Stages of Grief yang diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross mencakup:

1. Denial (Penolakan): Reaksi awal berupa ketidakpercayaan terhadap kenyataan yang terjadi. Nessia memberi contoh seperti: "Ini cuma sementara. Aku pasti dipanggil balik."

2. Anger (Marah): Perasaan frustrasi dan kemarahan terhadap situasi, orang lain, kepada manajemen, sistem, bahkan diri sendiri.

3. Bargaining (Tawar-menawar): Upaya untuk mencari jalan keluar atau kesepakatan agar situasi berubah. Misalnya: "Seandainya aku lebih lembur, rajin, mungkin aku nggak diPHK," ucap wanita yang pernah kuliah di jurusan Psikologi, Universitas Airlangga.

4. Depression (Depresi): Perasaan sedih mendalam dan kehilangan motivasi dan arah, serta merasa tidak berguna.

5. Acceptance (Penerimaan): Menerima kenyataan dan mulai menyesuaikan diri dengan situasi baru. Di fase ini lah orang mulai merancang ulang hidup dengan kepala dingin.

Lakukan Evaluasi Diri dengan Sadar dan Jujur

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh AI Chat GPT

Setelah fase emosional mulai tenang, masuk ke tahap evaluasi. Evaluasi diri bukan hanya soal pencapaian profesional, tapi menyeluruh pada nilai hidup, prioritas baru, dan arah masa depan.

"Evaluasi Nilai dan Prioritas: Apakah sekarang kamu ingin waktu lebih fleksibel? Pekerjaan dengan makna lebih besar? Atau justru tantangan yang lebih besar?" Papar Nessia.

Sebagai professional coach yang sudah tersertifikasi, Nessia memaparkan langkah-langkah evaluasi yang disarankan meliputi:

1. Evaluasi nilai hidup. Misalnya ingin pekerjaan yang lebih fleksibel untuk keluarga, atau pekerjaan dengan dampak sosial lebih tinggi.

2. Audit keterampilan. Gunakan tools seperti Gallup StrengthsFinder, MBTI, atau DISC untuk memahami keunggulan.

3. Tinjau ulang arah karier. Apakah masih ingin berada di bidang yang sama atau mulai menjajaki area baru?

Evaluasi juga bisa diperkuat dengan feedback dari rekan kerja atau atasan sebelumnya. Namun, seperti yang diingatkan Nessia:

"Hanya saja, lakukan ini saat kondisi emosi sudah stabil."

Upgrade Skill Sesuai Kebutuhan Dunia Kerja Masa Kini

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

Di era digital, skill teknis dan non-teknis harus terus diperbarui. Nessia menyarankan untuk fokus pada keterampilan yang relevan dan membedakan diri dari kandidat lain.

"Pastikan punya skill yang benar-benar relevan dan berbeda dari yang lainnya – yang bisa menonjol," kata Nessia.

Mengacu pada Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF), keterampilan yang paling dicari dalam lima tahun ke depan antara lain:

1. Digital literacy, kemampuan menggunakan teknologi digital secara efektif.

2. Active learning & learning strategies. Kemampuan untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

3. Empathy & active listening. Kemampuan memahami dan merespons perasaan orang lain dengan penuh perhatian.

4. Resilience, stress tolerance, and flexibility. Kemampuan untuk tetap produktif dalam situasi yang menantang dan berubah-ubah.

Untuk mengembangkan keterampilan ini, platform seperti Coursera, RevoU, atau Skillshare bisa menjadi sarana efektif yang fleksibel dan terjangkau.

Menyusun Ulang CV dan Personal Branding Secara Strategis

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

CV pasca-PHK bukan sekadar lembar formal, tetapi media untuk mengisahkan siapa diri seseorang hari ini. "Tambahkan ringkasan karier di bagian atas yang mencerminkan who you are now, bukan hanya what you’ve done," ungkapnya.

3 Poin penting saat menyusun CV pasca-PHK menurut Coach Nessia:

1. Sorot value dan dampak kerja. Gunakan data dan angka konkret untuk menunjukkan kontribusi nyata

2. Jelaskan status PHK dengan jujur dan positif, seperti yang dicontohkan Nessia, "Posisi saya terdampak restrukturisasi besar, dan saya gunakan waktu ini untuk refleksi dan peningkatan diri."

3. Tambahkan aktivitas baru. Pelatihan, proyek freelance, mentoring, dan lainnya yang menunjukkan inisiatif dan pengembangan diri.

Sebagai tambahan, personal branding juga penting bagi Nessia, terutama di LinkedIn. Kamu bisa mengunggah konten yang memiliki insight bukan sekadar pamer pencapaian. Harapannya orang akan menilai kamu dari apa yang dibagikan di platform tersebut.

"Membangun networking tanpa perlu hard-selling," tutur Nessia.

Bersiap Hadapi Pasar Kerja dengan Networking yang Aktif

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

Lebih dari 70% peluang kerja tidak diiklankan secara terbuka. Data dari Forbes menyebutkan bahwa networking adalah cara utama untuk mendapatkan pekerjaan baru—terutama di usia 30-an ke atas, saat banyak perusahaan mencari profesional yang matang dan berpengalaman.

"Jangan hanya apply — networking," tegas Nessia.

Cara efektif untuk berjejaring:

1. Aktif di komunitas profesional (misalnya Komunitas HR Indonesia, UXiD, Female Geek, dll.)
2. Menghadiri job fair online dan offline
3. Terlibat dalam diskusi profesional di LinkedIn

Jaga Kesehatan Mental dan Bangun Kembali Kepercayaan Diri

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

PHK bisa menyebabkan tekanan mental. Studi dari American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa pengangguran dapat meningkatkan risiko depresi dan gangguan kecemasan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental bukan sekadar tambahan, tetapi kebutuhan utama.

Nessia memberikan strategi konkrit, di antaranya:

1. Bangun Rutinitas Harian Produktif.

Bangun rutinitas seperti hari biasa saat bekerja dan isi dengan kegiatan positif.

Misalnya: Bangun pagi dan tetap mandi pagi, olahraga ringan minimal 30 menit, jadwal belajar online atau membaca buku, sisihkan waktu networking, melamar kerja, dan istirahat.

Dampaknya: Membantu menjaga ritme sirkadian tubuh, memperbaiki mood, dan menciptakan rasa kontrol atas hidup.

2. Kurangi Paparan Negatif.

Batasi waktu di media sosial, khususnya akun yang memicu kecemasan sosial atau perbandingan hidup. Ganti konsumsi informasi dengan konten edukatif, inspiratif, atau spiritual.

3. Latihan Mindfulness dan Journaling.

Mindfulness terbukti secara ilmiah mampu menurunkan stres dan meningkatkan ketahanan psikologis. Tuliskan refleksi harian atau gratitude journal untuk membangun sudut pandang yang sehat terhadap hidup.

4. Rayakan Progres Kecil.

"Rayakan pencapaian kecil setelah selesai satu pelatihan, networking dengan satu orang baru, ikut satu job fair," ungkap wanita yang sudah memulai jadi career coach sejak tahun 2023.

Ini membantu membangun kembali rasa percaya diri yang sering kali runtuh pasca kehilangan pekerjaan.

5. Minta Bantuan Profesional.

Jika merasa stuck secara emosional, konsultasi dengan psikolog atau career coach bisa menjadi langkah krusial.

Gunakan Masa PHK sebagai Jeda, Bukan Titik Akhir

persiapan orang terkena phk © 2025 berbagai sumber

foto: Ilustrasi dibuat oleh Meta AI

Satu pesan kuat dari Nessia bagi mereka yang mengalami PHK:

"Gunakan masa ini bukan sebagai akhir, tapi sebagai jeda untuk mengevaluasi kembali mengenai prioritas, skill, dan juga langkah karir ke depan. Saya percaya, dalam setiap kehilangan, selalu ada ruang untuk menemukan ulang," pungkasnya.

PHK memang mengejutkan, tapi tidak harus menghalangi langkah selanjutnya. Dengan refleksi, perencanaan, dan dukungan yang tepat, masa ini bisa menjadi fondasi kuat untuk babak baru yang lebih sesuai dengan diri sejati.