Berangkat dari sana, dirinya mulai mengurus jabatan untuk memperoleh gelar profesor. Menurutnya, mengurus gelar tersebut di Indonesia tidaklah mudah. 

Untuk memperoleh jabatan fungsional profesor, seorang dosen harus memperoleh nilai kredit kumulatif sebesar 850 poin. Nilai tersebut diperoleh melalui kegiatan pendidikan, melaksanakan pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan unsur penunjang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dosen.

Tetapi, dirinya diberi kemudahan karena memperoleh hibah-hibah penelitian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti). "Nah dengan dapat hibah-hibah ini sudah otomatis memperoleh itu, sehingga tinggal mengajukan saja ke profesor," lanjutnya.

Puji Lestari sang Guru Besar © brilio.net

foto: brilio.net/Syeny Wulandari

Demi menggapai gelar guru besar tersebut, banyak tantangan yang telah dilewati oleh Puji. Dirinya mengaku bahwa tantangan dalam upaya meraih gelar tersebut adalah ketika membuktikan karyanya merupakan hasil tulisannya sendiri. Oleh karena itu, Puji harus berusaha untuk mengumpulkan bukti autentik untuk kemudian diberikan kepada tim penilai.

"Banyak calon profesor itu kan dituding menggunakan joki. Lha kemarin ada berita yang besar sekali itu joki profesor dan sebagainya, bahkan menulis jurnal predator dan sebagainya. Sementara saya ini kan betul-betul murni. Tetapi di Ditjen Dikti sana seleksinya sangat ketat karena banyak masalah yang muncul," pungkasnya. 

Saat pengukuhan Guru Besar, Puji mengungkapkan telah menulis beberapa buku yang bertema Komunikasi. Buku yang pertama berjudul Teori Komunikasi Hati, Analisis dan Implementasi dalam kehidupan yang mengulas dari sisi teori dan implementasi serta analisisnya. 

Sementara itu, buku kedua menitikberatkan pada implementasinya dalam kehidupan dia sendiri, jauh sebelum mengenal teori komunikasi hati. “Jadi di tengah persiapan pengukuhan, saya masih bisa memproses 2 buku karya sekaligus,"terangnya.

Dia ingin momen pengukuhan dirinya sebagai profesor ini tidak hanya sebatas pencapaian gelar akademik tertinggi sebagai profesor. Tetapi, ada sesuatu secara keilmuan yang bisa dibagi kepada masyarakat luas.

Kini, Puji ditunjuk sebagai asesor jurnal, asesor kompetensi, dan juga asesor Laporan Kinerja Dosen/Beban Kinerja Dosen (LDK/BKD). Ia juga aktif menjabat sebagai ketua umum Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia dan menjadi pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) Indonesia.

Puji pun mengungkapkan, tiga tahun kepemimpinannya, ia bersama tim berhasil melakukan percepatan sertifikasi jurnal komunikasi yang sebenarnya cukup sulit. 41 Jurnal tersertifikasi berhasil ditambahkan hingga total menjadi 70 di seluruh Indonesia.

"Dari 250 prodi Ilmu Komunikasi di Indonesia, 70 yang terakreditasi itu masih sangat kecil jumlahnya. Karena itu kami berikrar tiga tahun kedepan harus semakin banyak yang terakreditasi, ini bukan semata mengejar kredit poin saja tapi kemanfaatan untuk masyarakat," ujarnya.