Brilio.net - Perjuangan Dwi Haryadi, guru honorer di Malang, Jawa Timur ini bikin salut. Meski sudah bergelar sarjana dan menjadi guru, Dwi masih bersedia jadi tukang sampah, profesi yang sudah dijalaninya sejak kuliah semester dua. 

Bagi dia, dua pekerjaan tersebut merupakan bentuk mengabdi bagi orang sekitar. Dikutip dari channel YouTube Aksi Cepat Tanggap, Sabtu (10/10), Dwi mengaku, merantau dari Probolinggo ke Malang sejak 90-an. Demi mencukupi kebutuhan hidup serta melanjutkan pendidikan, maka dia pun rela menjadi tukang sampah.

Dwi pun berhasil lulus kuliah dan meraih gelar sarjana pada 2001. Selanjutnya, dia mengajar di SD Negeri Saptorenggo 3, Kecamatan Pakis.

guru honorer YouTube

foto: YouTube Aksi Cepat Tanggap

Kendati sudah menjadi guru, namun dia tidak meninggalkan profesi sebagai tukang sampah. Setiap selesai salat Shubuh, Dwi Haryadi bersiap menuju tempat pembuangan sampah di dekat Velodorm Malang, Jawa Timur.

Kemudian dia berkeliling ke kampung-kampung sesuai pembagian wilayah. Sekitar satu jam Dwi dan teman-temannya sesama tukang sampah, berjibaku dengan kotoran dan bau tak sedap dari sampah rumah tangga.

guru honorer YouTube

foto: YouTube Aksi Cepat Tanggap

"Selain ngajar sih banyak sih pekerjaan saya. Contohnya mulai dari Shubuh bangun tidur, habis salat kemudian jadi tukang sampah. Ngambil sampah di kampung," kata Dwi seperti dikutip dari channel YouTube Aksi Cepat Tanggap.

Sudah sekitar 23 tahun Dwi mempertahankan profesi 'tukang sampah' disematkan padanya. "Karena jadi tukang sampah ini juga saya bisa sampai lulus kuliah, jadinya saya teruskan sampai sekarang," ujar Dwi.

Setiap pagi, seusai menjual hasil sampah daur ulang serta menjalankan tugasnya mengantar sampah dari permukiman ke TPS, Dwi lanjut mengajar. Sejak 2001 dirinya resmi menjadi guru honorer di SD Negeri Saptorenggo 3, Pakis, Malang, Jawa Timur.

guru honorer YouTube

foto: YouTube Aksi Cepat Tanggap

Sesuai dengan jurusannya selama kuliah, Dwi mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Namun sebagai seorang guru SD, dia juga dituntut untuk memahami dan mengajarkan pelajaran yang lain.