Brilio.net - Kesuksesan tidak datang dalam semalam. Seorang pria yang kini dikenal luas sebagai pemimpin bangsa memulai perjalanan hidupnya dari bawah. Berasal dari keluarga sederhana, ia menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di Indonesia, mengambil jurusan yang berhubungan dengan kehutanan. Semasa kuliah, ia dikenal sebagai sosok yang pendiam tetapi memiliki selera humor yang tinggi di antara teman-temannya. Selain aktif di organisasi mahasiswa, ia juga memiliki hobi mendaki gunung, yang semakin membentuk karakternya sebagai pribadi tangguh dan pekerja keras.

Sosok tersebut adalah Joko Widodo. Joko Widodo, atau yang akrab disapa Jokowi, adalah bukti nyata bahwa usaha keras tidak pernah mengkhianati hasil. Sebelum dikenal sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7, ia adalah seorang mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Semasa kuliah, ia dikenal sebagai sosok pendiam namun memiliki selera humor yang tinggi di antara teman-temannya.

Ramai soal tuduhan ijazah dan skripsi palsu Joko Widodo © 2025 brilio.net

foto: Humas UGM dan Koleksi Dok. Frono Siwo

Selain aktif di organisasi mahasiswa, Jokowi juga memiliki hobi mendaki gunung, yang semakin membentuk kepribadiannya sebagai pribadi tangguh dan pekerja keras.

“Kami seangkatan dengan Pak Jokowi, masuk tahun 1980. Pak Jokowi orangnya pendiam, tapi kalau berbincang selalu kocak. Apa yang dibicarakan selalu mengundang tawa,” kenang Frono Jiwo, teman seangkatan Joko Widodo di Fakultas Kehutanan UGM.

Frono juga mengamini bahwa Joko Widodo memiliki hobi mendaki gunung. Bahkan, beberapa gunung di Jawa dan Sumatra pernah ia daki. Namun, Frono mengaku hanya sesekali ikut mendaki. “Pak Jokowi sering naik gunung, tapi saya jarang. Seingat saya, saya tidak pernah mendaki gunung bersamanya,” paparnya.

Ramai soal tuduhan ijazah dan skripsi palsu Joko Widodo © 2025 brilio.net

foto: Humas UGM dan Koleksi Dok. Frono Siwo

Setelah menyelesaikan studinya di UGM pada tahun 1985, Jokowi bersama dengan Frono memulai kariernya di dunia kerja dengan bergabung di PT Kertas Kraft Aceh (Persero), sebuah perusahaan yang bergerak di industri kertas. Pekerjaannya di pabrik tersebut menempatkannya di tengah hutan pinus Aceh Tengah, sebuah lingkungan kerja yang cukup menantang.

“Kami bertiga, Pak Jokowi, saya dan almarhum Hari Mulyono (adik ipar Jokowi) bareng-bareng masuk kerja. Setelah Pak Jokowi menikah, Ibu Iriana kayaknya tidak betah karena basecamp berada di tengah hutan pinus di Aceh Tengah, Pak Jokowi resign dulu, tinggal saya dan almarhum Hari Mulyono,” kenang Frono.

Namun, perjalanan kariernya di sana tidak berlangsung lama karena ia memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dua tahun bekerja, lantaran sang istri, Iriana Jokowi, merasa kurang nyaman dengan lokasi tempat tinggal mereka yang terpencil.

Keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya di pabrik kertas tidak membuat Jokowi patah semangat. Ia kemudian kembali ke kampung halamannya di Solo dan terjun ke dunia bisnis dengan mengelola usaha mebel yang dirintis oleh keluarganya. Dengan kerja keras dan ketekunan, ia berhasil mengembangkan bisnis furniturnya hingga menembus pasar internasional. Dari sinilah namanya mulai dikenal, tidak hanya sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai sosok pemimpin yang gigih dan inovatif.

Kesuksesannya di dunia usaha membuka jalan bagi Jokowi untuk terjun ke dunia politik. Pada tahun 2005, ia mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo dan berhasil terpilih. Gaya kepemimpinannya yang merakyat dan inovatif membuatnya semakin populer di kalangan masyarakat. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami banyak perubahan positif, mulai dari revitalisasi pasar tradisional hingga peningkatan pelayanan publik. Citra positif ini membuatnya terpilih kembali untuk periode kedua pada tahun 2010 dengan kemenangan telak.

isu jokowi jadi dewan pembina golkar © 2024 brilio.net

foto: Istimewa

Kesuksesan Jokowi di Solo menarik perhatian publik nasional, hingga akhirnya ia maju sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012. Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jokowi kembali menunjukkan kepemimpinan yang pro-rakyat dengan berbagai kebijakan progresif, seperti penataan kawasan kumuh dan transparansi dalam birokrasi. Selama menjabat, ia semakin dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, dekat dengan masyarakat, dan memiliki visi jelas untuk membangun kota yang lebih baik.

Popularitasnya yang terus meningkat membawanya ke panggung politik nasional. Pada Pemilu 2014, Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia dan berhasil memenangkan pemilihan. Kepemimpinannya yang berorientasi pada pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta reformasi birokrasi membuatnya kembali terpilih untuk periode kedua pada 2019. Dari seorang karyawan pabrik kertas, pengusaha mebel, hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia, perjalanan hidupnya mencerminkan bahwa kerja keras, ketekunan, dan dedikasi dapat membawa seseorang mencapai puncak kesuksesan.

Jokowi menjadi bukti bahwa tidak ada kesuksesan yang diraih secara instan. Perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa setiap tantangan yang dihadapi bisa menjadi batu loncatan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar. Kisahnya menginspirasi banyak orang bahwa dengan ketekunan dan kerja keras, seseorang bisa mencapai impian yang bahkan tampak mustahil sekalipun.