Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, memberikan tanggapan terkait aksi demonstrasi mahasiswa yang mengusung tema Indonesia Gelap. Aksi ini menjadi viral dalam beberapa hari terakhir, diprakarsai oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).

Demonstrasi ini merupakan bentuk kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang dianggap merugikan rakyat, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Luhut, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menegaskan bahwa kesulitan mencari pekerjaan bukan hanya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Dia menyebutkan bahwa negara-negara maju seperti Amerika Serikat juga mengalami masalah serupa.

"Ada orang bilang oh di sini lapangan kerja kurang, di mana yang lapangan kerja gak kurang? Di Amerika juga bermasalah, di mana aja bermasalah," ujarnya dalam acara The Economic Insight 2024 di Jakarta.

Dia menekankan bahwa pemerintah terus berupaya menciptakan pasar kerja untuk mengurangi angka pengangguran. Luhut menyebutkan bahwa sekitar 300 generasi muda telah diberdayakan untuk bekerja di sektor teknologi pemerintahan atau govtech.

"Jadi kalau ada yang bilang itu Indonesia gelap, yang gelap kau, bukan Indonesia. Kita jangan terus mengklaim sana-sini, itu," tegasnya.

Dia juga menyoroti bahwa anak muda yang telah diberdayakan merasa bangga menjadi bagian dari Indonesia. "Anak-anak muda kegiatan di Peruri sekarang. Mereka tuh kerja selesai keuangan ini, itu melakukan pekerjaan ini. Dan mereka bilang kami bangga jadi orang Indonesia. Karena kami melihat harapan bahwa kemampuan kami digunakan untuk ini," tambahnya.

Tagar Indonesia Gelap menjadi trending di media sosial, terutama di X (Twitter), sejak Senin malam (17/2). Tagar ini mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh BEM SI dan berbagai elemen masyarakat sipil menjadi pemicu utama.

Mahasiswa dari berbagai daerah turun ke jalan untuk menyuarakan keprihatinan atas kebijakan yang dianggap merugikan rakyat dan membuat masa depan Indonesia tampak suram. Aksi ini ditandai dengan penggunaan lambang Garuda berwarna hitam, menunjukkan eskalasi yang lebih serius dibandingkan protes sebelumnya.

Tagar Indonesia Gelap bukan hanya sekadar ungkapan kegelapan, tetapi juga mencerminkan ketidakjelasan arah kebijakan pemerintah dan kurangnya transparansi. Banyak masyarakat merasa masa depan Indonesia tampak suram, dan munculnya tagar ini menunjukkan pentingnya media sosial sebagai alat kontrol sosial.

Dalam aksi ini, mahasiswa menuntut beberapa hal spesifik, termasuk pendidikan gratis, pencabutan proyek strategis nasional yang bermasalah, dan penolakan revisi Undang-Undang Minerba. Mereka juga menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Berikut adalah 13 tuntutan utama yang disuarakan oleh massa aksi Indonesia Gelap:

  1. Ciptakan pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis serta batalkan pemangkasan anggaran pendidikan.
  2. Cabut Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bermasalah dan wujudkan reforma agraria sejati.
  3. Tolak revisi Undang-Undang Minerba yang dianggap membungkam kebebasan akademik.
  4. Hapuskan multi fungsi ABRI yang dinilai mengancam demokrasi.
  5. Sahkan RUU Masyarakat Adat untuk melindungi hak-hak mereka.
  6. Cabut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 yang dianggap merugikan rakyat.
  7. Evaluasi total program makan siang gratis agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan politik.
  8. Cairkan tunjangan kinerja dosen tanpa hambatan birokrasi.
  9. Mendesak Presiden Prabowo untuk menerbitkan Perppu tentang perampasan aset.
  10. Tolak revisi UU TNI, Polri, dan Kejaksaan yang memperkuat impunitas aparat.
  11. Efisiensi dan perombakan Kabinet Merah Putih yang dinilai tidak efektif.
  12. Tolak revisi Tata Tertib DPR yang dapat memperburuk kinerja legislatif.
  13. Lakukan reformasi total terhadap Kepolisian Republik Indonesia.