Brilio.net - Kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ke pangkalan gas di Tangerang, Banten, diwarnai aksi protes dari warga. Seorang bapak-bapak bernama Effendi tiba-tiba menyampaikan keluhan dengan nada tinggi, mengkritik kebijakan distribusi gas LPG 3 Kg yang dinilai menyulitkan masyarakat.
Peristiwa tersebut terjadi saat Bahlil meninjau Pangkalan Gas LPG 3 Kg Budi Setiawan di Jalan Palem Raya, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, pada Selasa (4/2). Kehadirannya didampingi oleh Wali Kota Tangerang terpilih, Sachrudin, serta sejumlah pejabat daerah yang ikut mengawal jalannya inspeksi.
Setibanya di lokasi, Bahlil langsung masuk ke dalam pangkalan untuk berdiskusi dengan pemilik terkait ketersediaan gas subsidi. Tak lama kemudian, ia keluar menemui warga yang sudah mengantre sejak pagi, lalu berdialog dengan mereka mengenai kelangkaan LPG yang terjadi dalam sepekan terakhir.
Momen ini dimanfaatkan oleh seorang bapak-bapak bernama Effendi yang tiba-tiba maju ke depan dengan membawa tabung gas kosong. Dengan suara lantang, ia mengungkapkan kekesalannya terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap menyulitkan masyarakat mendapatkan LPG 3 Kg.
"Jangan bikin susah warga, jangan bikin kebijakan yang menyusahkan warga, kami harga mahal sedikit nggak apa-apa yang penting gampang dapatnya!" teriak Effendi, seperti yang terekam dalam video yang beredar di akun TikTok @zloomyx.
TikTok/@zloomyx
Aksi protes tersebut sempat menarik perhatian petugas keamanan yang langsung mencoba menjauhkan Effendi dari kerumunan. Namun, Bahlil meminta agar pria tersebut tidak dipisahkan dan memilih untuk berdialog langsung dengannya.
Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah berupaya agar subsidi LPG 3 Kg senilai Rp87 triliun per tahun bisa tepat sasaran. Menurutnya, banyak LPG subsidi yang justru digunakan oleh industri, sehingga harga melonjak menjadi Rp25-30 ribu di tingkat pengecer.
"Bapak dengar ya, saya juga kan sebagai rakyat. Bapak, niat saya itu baik, karena subsidi kita Rp87 triliun per tahun tujuannya agar masyarakat mendapatkan harga Rp19 ribu, tapi yang terjadi sebagian digunakan untuk industri, harganya dinaikkan 25-30 ribu," ujar Bahlil kepada Effendi.
Sebagai langkah solusi, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah menaikkan status pengecer menjadi subpangkalan agar harga LPG lebih terkontrol. Ia juga menegaskan bahwa harga resmi yang ditetapkan di pangkalan tetap Rp19-20 ribu agar tidak ada penyalahgunaan.
"Makanya bapak tidak perlu khawatir, sekarang pengecer kita naikkan statusnya menjadi subpangkalan supaya lebih dekat dengan bapak-bapak dengan harga tetap Rp19 ribu, atau maksimal Rp20 ribu, supaya bisa negara kontrol agar tidak ada lagi yang menyalahgunakan LPG subsidi," jelasnya.
TikTok/@zloomyx
Penjelasan tersebut tidak sepenuhnya diterima oleh Effendi yang justru mempertanyakan langkah konkret pemerintah dalam menangani penimbunan gas subsidi. Menurutnya, pemerintah memiliki wewenang untuk menindak pelanggaran tanpa harus membebani rakyat dengan kebijakan yang menyulitkan.
"Saya pakai akal sehat ya Pak. Kalau memang ada yang nakal, menimbun atau mengurangi isi gas, Bapak punya senjata, Bapak punya alat untuk bertindak bukan rakyat yang dikorbankan, itu yang pertama. Yang kedua, kalau kami disuruh jadi subpangkalan, persyaratannya apa? Kalau KTP itu adalah privasi," ucap Effendi mempertanyakan aturan tersebut.
Bahlil pun menjawab dengan singkat bahwa tidak ada persyaratan khusus yang diberlakukan bagi warga yang ingin menjadi subpangkalan. Namun, Effendi tetap tidak setuju dengan aturan yang mewajibkan pembeli menunjukkan KTP saat membeli LPG subsidi di pangkalan.
Bahlil mencoba menenangkan Effendi yang terus melontarkan protes terkait kebijakan distribusi LPG subsidi. Ia pun memberikan solusi dengan meminta Effendi mengikuti antrean agar bisa mendapatkan gas seperti warga lainnya.
"Bapak saya pikir yang penting bapak ambil dulu, antre. Kita layani, tidak ada kelangkaan. Oke ya Pak," kata Bahlil.
Effendi yang masih tidak puas dengan jawaban tersebut kembali menegaskan bahwa yang menjadi masalah bukan antrean, melainkan kebutuhan mendesak masyarakat yang harus segera terpenuhi.
"Saya sekarang lagi masak, saya tinggal di rumah. Bukan antre gasnya, anak kami lapar butuh makan, butuh kehidupan Pak! Logika jalan dong Pak!" ucapnya dengan nada geram.
Setelah perdebatan itu, Bahlil memilih untuk mengakhiri dialog dan segera meninggalkan lokasi pangkalan gas. Momen tersebut pun ramai diperbincangkan di media sosial.
TikTok/@zloomyx
Banyak yang merasa bapak-bapak tersebut sudah mewakili keresahan masyarakat mengenai sulitnya mendapatkan LPG subsidi. Beberapa netizen justru menyoroti cara Bahlil seolah kehabisan kata-kata ketika disindir soal logika oleh Effendi.
"Bapaknya mewakili banget," tulis @13aprilia4.
Ada juga yang mengkritik cara Bahlil dalam menangani situasi ini yang dianggap tidak memberikan solusi konkret. "Bahlul ..... segampang itu, udah yah," kata @wiwin.fauziyyah.
"Bahlil kehabisan kata," komentar @kawuloalitsingayem.
Recommended By Editor
- Soal kontroversi gas LPG 3 kg, Bahlil Lahadalia: Jadi kesalahan kami, kalau itu ada salah
- Larangan pengecer jual gas LPG 3 kg ternyata bukan kebijakan Prabowo
- Tragedi nenek meninggal saat antre gas LPG di Pamulang, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia minta maaf
- Heri Hermansyah dilantik jadi rektor baru UI, ini rencananya soal gelar doktor Bahlil Lahadalia
- Tak mau cawe-cawe soal penangguhan doktor Bahlil Lahadalia, begini tanggapan Mendiktisaintek
- Program SKSG UI ditutup sementara imbas kasus gelar doktor, Bahlil Lahadalia gagal wisuda?
- Belajar dari kasus Peter Carey dan Bahlil Lahadalia, benarkah perguruan tinggi mengalami krisis etika?