Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, atau yang lebih dikenal dengan Danantara, baru-baru ini mengungkapkan keprihatinan terhadap budaya kerja di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mereka menilai bahwa ada praktik yang kurang profesional dan boros anggaran, terutama terkait dengan jumlah ajudan yang dibawa oleh para direksi, termasuk istri mereka.

Wakil Menteri BUMN dan COO Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan kritik ini dalam sebuah diskusi bersama Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi (IKA Fikom) Universitas Padjadjaran di Hutan Kota Plataran GBK, Jakarta Selatan.

"Saya tidak suka orang punya protokol banyak-banyak itu. Bahkan istri juga ada protokolnya. Saya minta ini jangan dilakukan," ungkapnya.

Dony menilai bahwa membawa ajudan dalam jumlah berlebihan tidak hanya tidak relevan, tetapi juga tidak sesuai dengan standar profesional global. Ia memberikan contoh, banyak CEO di luar negeri yang tidak membawa ajudan sebanyak itu.

"Saya ketemu juga banyak CEO-CEO di dunia tidak ada punya protokol 10, ya ajudannya 8 gitu. Saya bilang kita apalagi pegawai negara. Ini kan pekerjaan aja," tambahnya.

Dalam kesempatan lain, Dony juga menceritakan pengalamannya saat mengusir ajudan direksi BUMN yang berkumpul di kantor Danantara. Menurutnya, situasi di kantor menjadi tidak kondusif karena terlalu banyak orang yang tidak berkepentingan.

"Saya bilang, ini kenapa orang ramai sekali di lantai. Saya usir, saya nggak mau lagi lihat ada orang (banyak), memangnya mau diculik, siapa yang mau culik mereka juga ya kan?" ujarnya dengan nada tegas.

Lebih lanjut, Dony menegaskan bahwa istri pejabat BUMN seharusnya tidak terlibat dalam urusan kantor, apalagi sampai memiliki ajudan pribadi. Ia menganggap hal ini sebagai penyalahgunaan wewenang dan sumber daya.

"Saya nggak mau itu istri nentuin gorden, istri nentuin penyanyi, istri nentuin acara. Ini kan kantor, bukan warisan orang tua," tegasnya.

Meski begitu, Dony melihat ada perubahan positif yang mulai terjadi. Beberapa direksi BUMN kini sudah mulai datang ke kantor tanpa pengawalan berlebihan, yang menunjukkan langkah awal menuju profesionalisme dan efisiensi yang diharapkan.