Brilio.net - Dalam kurun waktu tak sampai satu minggu, dua orang Staf Khusus 'milenial' Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai pembantu kepala negara.

Mereka adalah Belva Devara (CEO Ruang Guru) dan Andi Taufan Garuda Putra (CEO Amartha). Keduanya mengajukan surat permohonan pengunduran diri kepada Jokowi pada 17 April 2020 lalu dan langsung disetujui.

Pengunduran diri dua Staf Khusus 'milenial' ini terbilang cukup mengagetkan. Pasalnya, keputusan tersebut diambil di tengah pandemi Covid-19 yang semakin menyebar di berbagai wilayah Indonesia.

Presiden Joko Widodo pun telah menyetujui pengunduran diri Andi Taufan Garuda Putra sebagai Staf Khusus Presiden. Surat pengunduran diri itu diterima Jokowi pada 17 April 2020.

"Presiden sudah menerima dan menyetujui pengunduran diri Saudara Andi Taufan dan memahami alasan yang mendasari dan disampaikan oleh yang bersangkutan," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung dikutip Liputan6.com.

Andi yang merupakan CEO PT Amartha sebelumnya dikritik karena membuat surat kepada para camat. Melalui surat itu, Andi Taufan meminta para camat mendukung relawan PT Amartha Mikro Fintek dalam menangani virus corona (Covid-19).

Menurut Pramono, Jokowi menghargai komitmen Andi Taufan yang ingin mengabdikan diri secara penuh kepada penguatan ekonomi masyarakat bawah. Khususnya, usaha mikro.

"Karena penguatan ekonomi lapisan bawah terutama UMKM juga menjadi perhatian Bapak Presiden selama ini," jelas Pramono.

Andi Taufan Garuda Putra akhirnya memilih mundur dari posisi Staf Khusus Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Andi dinilai menimbulkan konflik kepentingan karena mengirim surat ke para camat untuk mendukung perusahaannya.

"Perkenankan saya untuk menyampaikan informasi pengunduran diri saya sebagai Staf Khusus Presiden Republik Indonesia yang telah saya ajukan melalui surat pada 17 April 2020," ucap Andi Taufan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (24/4).

Dia mengakui Presiden Jokowi sudah menyetujui surat pengunduran dirinya sebagai staf khusus. Dia berterima kasih kepada Jokowi yang telah memilih dan mempercayai dirinya sebagai staf khusus.

Polemik konflik kepentingan Andi Taufan Garuda Putra bermula saat dirinya mengirim surat berkop sekretariat kabinet kepada seluruh camat di Indonesia. Surat tersebut beredar di media sosial dan menuai kontroversi.

Isi surat itu yakni permintaan dukungan kepada seluruh camat untuk Relawan Desa Lawan Covid-19. Program ini diinisiasi Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang bekerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Andi merupakan pendiri Amartha.

Andi menjelaskan, surat tersebut bersifat pemberitahuan dan dukungan kepada program desa untuk melawan Covid-18 yang diinisiasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Taufan juga menjelaskan tidak ada maksud buruk dalam surat tersebut.

Dia mengatakan dukungan tersebut murni dari dasar kemanusiaan dan dengan biaya Amartha serta donasi masyarakat, yang akan dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Dukungan dan biaya tersebut Taufan mengklaim tidak ada campur tangan dari negara.