Brilio.net - Pahit dan getirnya menjadi pebisnis langsung dirasakan Fandy Maramis, pemuda asli Kasihan, Bantul, DIY, di awal-awal merintis usaha. Berbekal pengalaman dua tahun menjadi penjual tas dan pernah ikut kerja sama produksi, Fandy memutuskan untuk memproduksi tas sendiri.

Pengalaman yang masih kurang, membuatnya mudah ditipu rekan bisnis. Di awal-awal usahanya, Fandy kehilangan sekitar 60% modal usaha. Fandy pun dihantui kegagalan.

Akhirnya, dia kembali menjadi penjual tas produksi salah satu temannya yang dengan baik hati menawarkan untuk melakukan pembayaran jika barang dagangan sudah lunas. Kebaikan temannya membuat Fandy harus ekstra kerja keras, dari satu toko ke toko lainnya dia taawarkan barang dagangan milik temannya. Akhirnya dalam sebulan dia bisa menjual habis sebanyak 100 buah tas.

Kondisi ini kembali membangkitkan semangatnya untuk memproduksi tas sendiri. Pada Maret 2010, dengan persiapan yang matang dan mengandalkan seorang karyawan, dia memulai produksi tas sendiri dengan nama Bossfa. "Alhamdulillah saat ini sudah ada 19 orang karyawan tetap dan 18 pekerja part-time," Kata Fandy kepada brilio.net, Jum'at (17/4). Menariknya pekerja tidak tetap kebanyakan para petani loh.

Omzet yang dihasilkan sudah puluhan juta rupiah per bulan, dengan pesanan yang datang dari berbagai kota di Indonesia. Menurutnya untuk saat ini fokus untuk menguatkan brand di dalam negeri. Kepercayaan yang tinggi kepada pelanggan adalah salah satu cara dia membuat bisnis tetap seimbang.