Brilio.net - Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, berhasil membuat prototipe ponsel untuk tunanetra yang diberi nama iBlind. Mereka adalah Muhammad Hanif Sugiyanto, mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi, dan Swakresna Edityomurti, yang belajar di jurusan Teknologi Jaringan Sekolah Vokasi.

iBlind merupakan sarana yang mampu mengubah kiriman teks pesan singkat menjadi bentuk huruf braille yang ditampilkan pada layar alat ini. Dengan begitu, menyandang tunanetra dapat mengetahui isi pesan yang dikirimkan seseorang padanya tanpa harus merepotkan orang lain untuk membantu membacakannya.

Begini cara kerja iBlind, HP khusus tunanetra karya mahasiswa UGM

Menurut Hanif, prototipe ini bekerja dengan cara sederhana. Ada tiga alat yang digunakan untuk menjalankan prototipe tersebut, yaitu display yang berbentuk kotak dengan kode Braille di permukaanya, modul GSM untuk menerima pesan, dan software penerjemah huruf digital menjadi Braille.

Cara kerja iBlind cukup simpel. Hanif menjelaskan, konsepnya, begitu modul penangkap SMS menerima sinyal ada pesan langsung meneruskan ke software pengubah bentuk huruf braille. Pada software inilah yang menjadi bagian penting dari perangkat ini. Hanya butuh waktu kurang dari lima detik software ini bekerja mengubah teks SMS menjadi bentuk braille. Hasilnya, selepas diolah di software, display akan langsung menampilkan karakter-karakter isi pesan dalam bentuk braille yang bisa diraba oleh penyandang tunanetra.

Begini cara kerja iBlind, HP khusus tunanetra karya mahasiswa UGM

"Display di sini bukan berupa layar, tetapi kotak dengan lubang-lubang yang dapat timbul dan memunculkan karakter huruf Braille, sehingga dapat diraba oleh pengguna untuk memahami isi pesan yang diterimanya," ujar Hanif kepada brilio.net, Selasa (14/4).

Tidak hanya sebatas membaca kiriman pesan. Pengguna juga bisa membalas pesan yang dikirimkan. Konsepnya sama, isi teks yang ditulis dalam bentuk braille akan diubah oleh software setelah pengetikan selesai. Setelah menjadi teks dalam bentuk huruf biasa tinggal mengirim. Perangkat untuk mengetik berada di balik display refreshable braille. Wujudnya lebih sederhana. Hanya ada delapan tombol braille di papan itu.

"Dengan begitu para penyandang tunanetra dapat berkomunikasi dengan siapapun tanpa merasa perlu merepotkan orang lain," kata Hanif lagi.

Prototipe karya mereka tersebut juga telah berhasil mendapatkan penghargaan dalam kompetisi International Exhibition Young Inventors dalam kategori Special Needs. Keren ya karya mereka?