Onani atau masturbasi merupakan kegiatan seksual yang dilakukan tanpa melakukan hubungan intim. Kegiatan seksual ini bisa dilakukan baik oleh pria atau wanita. Banyak alasan seseorang melakukan onani. Umumnya, onani dilakukan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Namun ada juga yang menjadikan onani sebagai pelampiasan stress.

Dalam dunia kesehatan, kegiatan onani dikatakan memberikan beberapa manfaat bagi tubuh. Dalam sebuah studi dikatakan bahwa semakin sering seseorang melakukan onani, maka bisa mengurangi risiko terkena kanker prostat sebesar 33%.

Onani juga dianggap sebagai obat tidur bagi orang yang kesulitan tidur. Ketika seseorang akan ejakulasi, otot-otot tubuh akan mengejan dengan kuat dan mengeluarkan hormon endorfin, inilah yang membuat seseorang mengantuk setelah onani. Beberapa penelitian juga mengatakan onani meningkatkan kualitas sperma, dan mastrubasi pada wanita bisa mengurangi risiko kanker serviks.

Lalu dengan mengetahui hal tersebut, apakah kita bisa langsung tenang? Bila memang ada manfaat yang dihasilkan untuk tubuh hanya dengan melakukan onani, dan mengingat onani adalah kegiatan yang menggairahkan dan memberikan rasa nikmat, apakah lantas kita bisa melakukan onani setiap hari? Dua kali sehari? Atau sesering mungkin agar tubuh kita mendapatkan manfaat tersebut?

Tentu saja tidak demikian. Pada kenyataannya, banyak orang yang justru bermasalah dalam kualitas hidupnya karena onani. Terlalu sering melakukan onani bisa menimbulkan efek buruk, terutama bagi mental seseorang.

1. Iritasi kulit.

Waspada, ini 5 bahaya terlalu sering melakukan onani

Meski tergolong "safesex," keseringan onani yang dilakukan dengan cara kasar mampu menyebabkan iritasi pada kulit kelamin. Selain itu gesekan secara paksa yang dilakukan terus menerus bisa mengakibatkan penis mengalami panas dan lecet.

Seorang sex therapistbernama Barbara Bartlik menceritakan pasiennya yang mengeluhkan harus buang air kecil sambil duduk karena penisnya mengalami iritasi setelah melakukan onani. Risiko terburuk adalah terjadinya fraktur penis yang disebabkan oleh adanya paksaan membengkokkan penis saat ereksi.

2. Memengaruhi unsur-unsur kimia tubuh.

Waspada, ini 5 bahaya terlalu sering melakukan onani

Keseringan onani atau mastrubasi akan merangsang fungsi saraf parasimpatik yang memproduksi hormon seks asetilkolin, dopamin, dan serotonin. Tingginya hormon seks ini dapat menyebabkan otak dan kelenjar adrenal menghasilkan performa yang berlebihan dalam mengonversi dopamin-norepinefrin-epinefrin, sehingga terjadi perubahan besar zat-zat kimia di dalam tubuh.

Lalu apa akibatnya? Mulai dari kelelahan seksual yang menyebabkan disfungsi seksual, kebocoran mani, serta gejala lainnya seperti nyeri panggul, rambut rontok, dan penis sakit.

3. Kebocoran katup air mani.

Waspada, ini 5 bahaya terlalu sering melakukan onani

Onani yang terlalu sering akan mengganggu saraf seperti gangguan pada kemampuan saluran air mani untuk membuka dan menutup pada waktu yang tepat. Akibatnya sperma dan air mani tidak hanya keluar saat ereksi. Lendir-lendir tersebut bisa juga keluar sewaktu-waktu seperti ingus sekalipun penis sedang dalam kondisi lemas.

4. Mengantuk, kehilangan tenaga, nutrisi, dan zat tubuh.

Waspada, ini 5 bahaya terlalu sering melakukan onani

Setiap kali tubuh mengejang karena orgasme, pria akan kehilangan cukup banyak energi karena hampir semua otot akan mengalami kontraksi. Akibatnya jika terlalu sering, pria akan kehilangan gairah untuk beraktivitas dan cenderung akan merasa ngantuk sepanjang hari.

Warna kulit mereka cenderung terlihat pudar, memiliki pendapat yang tidak jelas saat berbicara, tidak memiliki semangat, dan stress. Tidak hanya itu saja, kontraksi otot saat mengalami orgasme bisa memicu nyeri otot, terutama di daerah punggung dan selangkangan.

5. Disfungsi seksual.

Waspada, ini 5 bahaya terlalu sering melakukan onani

Keseringan onani juga menyebabkan disfungsi seksual di mana menghalangi seseorang memiliki hasrat seksual atau kepuasan ketika berhubungan intim. Hal ini tentu berakibat buruk bagi seseorang yang telah memiliki pasangan karena dapat mengganggu keharmonisan dengan pasangan.

Untuk pria yang mengalami hal ini, ada baiknya ia mengevaluasi diriya sendiri.Apakah stimulasi yang ia lakukan saat onani sama dengan yang pasangannya lakukan, karena kemungkinan itulah penyebab mengapa ia mengalami disfungsi seksual dengan kesulitan mencapai klimaks.

Bagaimana pendapat kamu?