Walau dikenal sebagai negara disiplin dengan masyarakat yang patuh hukum serta aturan, ternyata Jepang hampir sama saja dengan banyak negara lain soal pandemi Covid-19 alias Coronavirus yang menjangkiti dunia ini. Pemerintah pusat dan lokal sudah menginstruksikan berbagai kebijakan untuk masyarakat, termasuk larangan berkerumun di keramaian dengan tujuan menekan penyebaran virus berbahaya dan mematikan tersebut. Namun jika melihat apa yang baru terjadi di Jepang saat perayaan Halloween rasanya yang dilakukan Pemerintah seperti sia-sia saja.

Warga Jepang rayakan Halloween di tengah pandemi Covid-19

Suasan Halloween di Shibuya. Foto: Twitter

Halloween merupakan perayaan yang bersifat internasional. Berasal dari Barat atau Eropa namun event ini juga dikenali dan ikut dirayakan masyarakat kultur Timur dan Asia; walau maknanya mungkin lebih ke hura-hura bersenang-senang dengan memakai kostum unik, seram, dan bahkan lucu selama perayaan berlangsung.

Jika Halloween asli memiliki aspek perayaan syukuran dan perlindungan dari roh jahat, maka belakangan perayaan ini jadi lebih ke arah pesta kostum seru-seruan. Dan ini terlihat di berbagai negara, tidak terkecuali Jepang.

Pada dasarnya tidak ada yang salah melakukan pesta seperti ini, tapi mengingat situasi global yang masih dihantui virus Covid-19 rasanya tidak bijaksana pesta bergerombol karena ada potensi tertular dan menyebarkan Coronavirus. Tapi itulah yang terjadi beberapa waktu lalu di kota-kota besar Jepang. Terutama di Shibuya yang merupakan Halloween Spot Jepang selama ini.

Sebelum event Halloween tiba, Walikota Shibuya Ken Hasebe sudah mengingatkan publik agar tidak merayakan Halloween di jalanan Shibuya dan memberikan alternatif Virtual Halloween. Tapi seperti yang sudah diduga, imbauan itu tidak dipatuhi semua warga karena begitu malam tiba pada akhir bulan Oktober 2020, massa berkostum mulai muncul dan memicu keramaian khas Halloween. Persis seperti tahun-tahun sebelumnya di lokasi yang sama.


Walau menurut pengamatan Halloween tahun ini di Shibuya memang tidak seramai tahun 2019, jumlah pengunjung di berbagai lokasi Shibuya tetap lebih tinggi dari dugaan sebelumnya.

Jika di Shibuya Walikotanya menyarankan warga untuk #dirumahaja saat Halloween, koleganya Soichiro Takashima dari Kyushu, Fukuoka mengatakan mustahil menyuruh orang tetap di rumah saat malam Halloween sehingga dia membiarkan warganya meramaikan Halloween asal mau mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker (walau mustahil menjaga jarak di kerumunan pesta seperti Halloween). Mengingat kasus Covid-19 di Fukuoka termasuk tinggi (peringkat enam setelah Tokyo, Osaka, Kanagawa, Aichi, dan Saitama), rasanya wajar kalau Walikota berharap warganya mau mematuhi protokol kesehatan agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan.

Warga Jepang rayakan Halloween di tengah pandemi Covid-19

Situasi Halloween di Shibuya. Foto: Asahi Shimbun

Saat ini belum ada laporan peningkatan jumlah penderita Covid-19 pasca pesta kostum Halloween di berbagai lokasi Jepang, namun ini sudah diprediksi mengingat masa inkubasi Coronavirus normalnya 14 hari atau dua minggu setelah tertular. Sehingga jika seseorang kena Covid-19 saat Halloween, tanda-tandanya baru akan muncul berhari-hari kemudian. Dan selama masa itu dia potensial menularkan virus tadi ke penderita baru tanpa dia sadari sama sekali. Tentu saja ini berbahaya karena seperti yang diketahui, virus ini mematikan walau ada yang bisa sembuh.

Dengan situasi yang sudah terjadi menunjukkan kalau di negara yang terkenal canggih, penuh disiplin, dan patuh aturan sekalipun akan tetap ada segelintir warga yang bandel, melawan perintah dan imbauan Pemerintah yang sebenarnya untuk kebaikan mereka sendiri. Apakah pasca Halloween kasus baru Covid-19 akan meroket di Jepang? Publik akan bisa lihat setengah bulan lagi.