Vaksin Measles Rubella menjadi sebuah polemik di masyarakat. Berbagai dinamika mewarnai perjalanan program ini. Asal usul dari pembuata Vaksin masih banyak di pertanyakan sehingga masyarakat takut untuk menggunak vaksin tersebut. Karena polemik tersebut, MUI (Majelis Ulama Indonesia ) memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan , bahwa vaksin Measles-Rubella (disingkat MR) tidak berlabel halal.

Vaksin MR di perbolehkan secara medis dan agama

Mendengar pernyataan tersebut, Sontak masyarakat menjadi panik karena sebelumnya Menteri Kesehatan menyatakan bahwa vaksin MR berlabel halal. Mereka pun berada di ambang dilema. Perbedaan informasi ini sangat membingungkan masyarakat.

Bagaimana dengan sisa periode Pekan Vaksin MR, diteruskan atau tidak?

Dirangkum oleh Brilio.net dari situs gue sehat.com . MUI mengklarifikasi pernyataanyanya sebelumnya menyatakan bahwa vaksin MR berstatusmubahatau boleh bukan haram/tidak halal selagi belum ada alternatif lain. Definisi lengkap dari mubahsendiri adalahperbuatan yang dilakukan atau tidak, tidak berkaitan dengan pahala dan siksa, atau mengisyaratkan kebebasan untuk manusia. Status ini sangat melegakan, karena berarti terjaminnya keamanan vaksin MR dari segi agama.

Selain dari segi agama, segi medis juga mendukung kelanjutan gerakan Pekan Vaksin Measles-Rubella. Ada beberapa klaim yang mendasarinya.Pertama,vaksinadalah cara yang paling efektif untuk memberi proteksi atau perlindungan terhadap penyakit menular. Metode proteksi yang ditawarkan oleh vaksin adalah metodepreventifatau pencegahan, agar penyakit tidak sampai menginfeksi kita.

Vaksin MR di perbolehkan secara medis dan agama

Ada sebuah pepatah mengatakan, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Mekanisme dari vaksinasi adalah pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang divaksinasi. Pada vaksinasi, organisme patogen (bibit penyakit) yang sudah dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh, untuk memicu pembentukan antiboditanpa menimbulkan penyakit itu sendiri. Antibodi yang dihasilkan akan terus tersimpan dalam tubuh, sehingga ketika organisme patogen yang sesungguhnya menyerang, tubuh sudah siap melawan organisme patogen tersebut dan penyakit tidak akan terjadi.

Ada yang berpendapat bahwa organisme patogen yang dimasukkan ke dalam tubuh hanya dilemahkan, sehingga berpotensi aktif kembali dan justru malah menimbulkan penyakit. Pendapat tersebut tidak tepat, karena istilah dilemahkan digunakan hanya untuk mempermudah pemahaman.

Proses yang sebenarnya terjadi adalahinaktivasi, berupa pemotongan bagian organisme yang dapat menimbulkan penyakit dan hanya menyisakan bagian yang memicu pembentukan antibodi. Dengan proses inaktivasi, dapat dipastikan bahwa organisme patogen yang dilemahkan tidak akan aktif kembali dan menimbulkan penyakit.

Kedua, target sebenarnya dari vaksinasi tidak hanya kekebalan individual, tetapi jugakekebalan komunitas. Pernah mendengar istilahherd immunity,yaituindividu yang tidak divaksin mendapat perlindungan tidak langsung dari yang divaksin? Ya, itulah kekebalan komunitas.

Prinsip dari kekebalan komunitas adalah eradikasi atau penghilangan angka infeksi pada suatu daerah, sehingga individu yang tidak divaksinasi tidak lagi memiliki risiko tertular dan seluruh penduduk di daerah itu akan terbebas dari penyakit.

Kekebalan komunitas hanya bisa terjadi bila sejumlah besar penduduk menerima vaksinasi. Jumlah penduduk yang harus divaksinasi tergantung pada tingkat penularan serta keganasan penyakit, yang dinyatakan dalam persentaseHerd Immunity Treshold(HIT).

Nilai HIT untuk penyakit rubella adalah 86%, sementara untuk measles atau campak adalah 95%. Berhubung vaksin yang disediakan berupa kombinasi untuk penyakit campak dan rubella, angka tertinggi yaitu 95% diambil. Bila dihitung per kepala, jumlah individu di Indonesia yang harus menerima vaksin MR adalah 253,58 juta jiwa.

Vaksin MR di perbolehkan secara medis dan agama

Perhatikan bahwa kekebalan tidak langsung hanya dialokasikan bagi mereka yang secara medis memang tidak dapat menerima vaksin, bukan untuk mereka yang menolak vaksinasi tanpa alasan kuat. Penyalahgunaan kekebalan komunitas berisiko menyebabkan tidak tercapainya HIT, sehingga penyakit kembali merajalela.

Ketiga, risiko dari penyakit campak dan rubella tidak sesederhana yang dibayangkan. Seperti yang dicantumkan di awal tulisan, risiko inilah salah satu pertimbangan MUI dalam menetapkan statusmubah. Penyakitcampakberisiko menimbulkan komplikasi, berupa pneumonia (radang paru-paru), trombositopenia (penurunan jumlah trombosit sehingga penderita mudah mengalami perdarahan), hingga ensefalitis atau radang otak yang dapat berujung dengan kematian.

Komplikasi darirubellatidak kalah beratnya. Kendati gejala rubella lebih ringan dibandingkan dengan campak, komplikasi yang ditimbulkan oleh rubella lebih serius dan bersifat permanen. Ibu hamil yang terinfeksi rubella berisiko melahirkan bayi dengan cacat bawaan (Congenital Rubella Syndrome). Bocor jantung, tuli berat,cerebral palsy, serta katarak merupakan sebagian dari cacat bawaan akibat rubella.

Memang, vaksin MR tidak serta-merta tanpa efek samping. Ada beberapa efek yang dapat timbul pasca-vaksinasi, yang disebut kejadian-ikutan-pasca-imunisasi (KIPI). Gejala-gejala dari KIPI meliputi demam, sakit kepala, atau nyeri pada lokasi suntikan. Kendati demikian, efek samping tersebut sangat ringan, jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan kerugian dari infeksi campak dan rubella.

Pekan Vaksin Measles-Rubella masih tersisa hampir satu bulan lagi. Dari segi agama, program ini aman dan diperbolehkan. Dari segi medis, program ini sangat dianjurkan kelanjutannya. Marilah kita juga ikut serta mendukung kesuksesan program ini. Tetap dukung Pekan Vaksin Campak-Rubella, ya!