Belajar secara daring merupakan terobosan yang sudah tidak baru lagi dalam dunia pendidikan. Sistem belajar ini sudah ada sejak tahun 1980-an menurut Nizam, Plt. Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sistem belajar ini terus berkembang seiring perkembangan teknologi. Sampai saat ini kita semua dapat merasakan kecanggihan teknologi dalam sistem pembelajaran daring yang dihadapi sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia. Setiap lembaga pendidikan memiliki cara yang berbeda dalam proses pencapaian visi dan misi kepada setiap pelajarnya. Dalam perbedaan sistem itu, kualitas setiap lembaga juga tercermin dari bagaimana pengendalian sistem belajar daring, terlebih semenjak pandemi Covid-19 berlangsung.

Ada lembaga yang sudah mampu melakukan pembelajaran secara daring dari segi tenaga pendidik serta sistem online yang memadai. Namun ada lembaga pendidikan yang masih perlu banyak persiapan sebelum melakukan belajar daring, seperti pembekalan terhadap tenaga pendidik serta pengadaan wadah pembelajaran daring yang layak.

Dalam penerapannya, sistem belajar daring yang berlangsung selama pandemi Covid-19 di Indonesia memiliki kelebihan karena kemajuan peradaban pada era ini semakin terasa. Yang tidak tahu internet menjadi tahu, yang tidak punya gawai sekarang berusaha membeli gawai, bahkan masyarakat semakin berilmu karena akses mencari ilmu semakin mudah. Namun pada sistem pembelajaran ini juga ditemui berbagai kendala, dari segi tenaga pengajar, sistem internet atau jaringan, dan terlebih kendala dari para pelajar. Masalah yang dihadapi para pelajar pun beragam, mulai dari gaptek, kekurangan device yang layak, jaringan yang belum menjangkau daerah tertentu, bahkan masalah pada kesehatan mental mahasiswa karena dihadapkan dengan sangat banyak tugas.

Kesehatan mental merupakan masalah serius yang pantas mendapat perhatian. Karena penyebab dan akibat dari permasalahan ini juga tidak sedikit. Pada masa pandemi ini, perubahan kebiasaan pada berbagai sistem khususnya cara belajar, menjadikan mahasiswa harus kembali beradaptasi, yang berakibat terjadinya berbagai gangguan mental. Berikut beberapa gangguan mental yang sering dihadapi mahasiswa.

1. Anxiety disorder.

Gangguan mental yang ditandai dengan rasa cemas berlebihan pada hal-hal kecil dan biasanya diikuti dengan gejala fisik seperti detak jantung cepat, keringat dingin, mual, dan sesak napas.

2. Depresi.

Depresi adalah cikal bakal munculnya kasus bunuh diri jika gangguan mental ini tidak ditangani dengan baik, terlebih apabila dialami oleh orang dewasa awal seperti mahasiswa.

3. Gangguan emosi.

Ditandai dengan sifat mudah marah dan frustasi secara berlebihan. Gangguan ini apabila semakin memburuk dapat merugikan diri sendiri juga orang di sekitar.

4. Bipolar.

Yaitu perubahan suasana hati yang tidak wajar, misalnya ketika seseorang pada suatu saat menjadi sangat aktif dan bersemangat lalu di saat bersamaan ia tiba-tiba menjadi depresi berat dan merasa terpuruk.

5. Gangguan makan.

Terdiri dari tiga jenis yang sering menyerang remaja, yaitu bulimia, anorexia, dan makan berlebihan. Hal ini dipicu karena rasa stres sehingga membuat mahasiswa melampiaskan rasa stres tersebut dengan makan yang berlebihan, atau justru menjadi malas makan. Hal ini juga mengakibatkan terganggunya kestabilan berat badan seseorang.

Dari berbagai jenis kesehatan mental tersebut, dapat dilihat betapa bahayanya apabila masalah ini dibiarkan berlarut-larut dialami mahasiswa yang harusnya menuntut ilmu. Biasa jadi mereka justru masuk ke dalam jurang karena tidak mampu mengelola banyaknya tugas kuliah dalam perkuliahan daring. Tidak dapat dipungkiri terjadinya depresi berat yang memicu munculnya penyakit lain dan kasus percobaan bunuh diri pada mahasiswa. Oleh karena itu, berikut beberapa tips menghadapi tugas-tugas namun tetap menjaga kesehatan mental bagi para mahasiswa.

- Dekat dengan Tuhan.

Ini menjadi poin pertama karena ibadah dapat menenangkan hati dan pikiran.

- Mampu mengelola waktu.

Tugas yang banyak akan semakin berat apabila ditumpuk, karena itu pengelolaan waktu kerja tugas yang baik akan meringankan beban tugas kuliah.

- Tahu batas diri.

Setiap orang memiliki batas kemampuan menghadapi sesuatu. Apabila mahasiswa sudah merasa lelah, sangat disarankan untuk istirahat dan tidak memaksakan diri agar tidak memicu munculnya gangguan emosi.

- Menghibur diri.

Jika rasa perlu untuk istirahat, bisa coba mencari hiburan apa pun yang membuat otak masing-masing terhibur agar pikiran kembali bahagia untuk melanjutkan tugas.

- Bersosialisasi.

Hidup bersosialisasi dapat meringankan beban pikiran dari berbagai tugas. Dengan berkumpul bersama keluarga atau bercerita dengan teman, rasa stres akan berkurang dan dapat membangkitkan mood untuk mengerjakan tugas.

- Katakan jika merasa kesulitan.

Apabila berada dalam kesulitan, alangkah baik jika tidak dipendam sendiri namun dapat dibagikan kepada orang terdekat. Mengeluarkan isi hati bisa membuat hati lega dan mengurangi stres.

- Bangga pada diri sendiri.

Harus berpikir bahwa yang dilakukan sudah yang terbaik, sehingga tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain atau bahkan merasa diri yang paling payah dari teman lain. Kamu harus bangga pada diri sendiri.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, setiap kampus memiliki cara yang berbeda dalam mencapai visinya. Kampus harus berusaha semaksimal mungkin memberikan mekanisme belajar yang paling efektif bagi mahasiswa, dan mahasiswa sejatinya harus tetap mengikuti peraturan apa pun yang diberlakukan kampus.

Banyaknya tugas yang diberikan dosen bisa jadi juga merupakan salah satu mekanisme yang menurut kampus bersangkutan adalah cara paling efektif. Sehingga meningkatnya gangguan kesehatan mental pada mahasiswa yang belum mampu mengelola cara belajarnya semakin tidak terkontrol. Dengan demikian, solusi yang paling mungkin dilakukan saat ini hanyalah edukasi kepada semua mahasiswa, terlebih kepada mahasiswa baru yang masih sangat berusaha beradaptasi agar semuanya dapat tetap tenang menghadapi berbagai tugas-tugas yang ada.

Dengan menerapkan beberapa tips di atas, mudah-mudahan berbagai gangguan mental yang menjadi hambatan mahasiswa selama kuliah daring ini dapat diselesaikan. Sehingga mahasiswa Indonesia semakin mampuberprestasi tanpa dihalangi gangguan kesehatan mental apa pun.