Libur adalah kegiatan yang ditunggu-tunggu setelah melakukan aktivitas yang menguras pikiran dan tenaga oleh semua kalangan. Dari mulai anak sekolah sampai masyarakat yang sudah berkerja pasti menunggu hari libur untuk beristirahat di rumah, melakukan kegiatan produktif, mengunjungi sanak saudara, bermain di luar rumah sampai memanfaatkan hari libur untuk berjualan. Tetapi pada saat Covid-19 mulai berkunjung ke Indonesia, mulai diberlakukanlah kebijakan social distancing di Indonesia. Libur, sekolah, dan kerja diusahakan dilaksanakan di rumah untuk menghindari pengumpulan massa saat wabah Covid-19. Apalagi dengan kasus Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah di Indonesia membuat social distancing semakin lama.

Masyarakat yang bekerja pun terbagi menjadi dua. Ada yang bisa menjalankan work from home dan ada yang tidak bisa menjalankan work from home. Lalu, bagaimana kabar bisnis kuliner yang memanfaatkan kegiatan yang mengumpulkan massa untuk berjualan?

Rahmat Setiadi (42) dan Mauline Febriani (42), adalah sepasang suami istri yang mempunyai usaha di bidang kuliner bernama Mochio Ice Cream Parlour di Bandung. Sebelum memutuskan untuk berbisnis es krim, sepasang suami istri ini juga berbisnis kuliner lainnya seperti tahu bulat bumbu, cireng isi, aneka tepung, iga bakar, zupa-zupa dan es kepal milo.

Seharusnya jika tidak ada wabah Covid-19, Mochio Ice Cream Parlour dan Kedai Ulin masih berjualan. Tetapi dengan adanya kebijakan social distancing yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Mochio Ice Cream Parlour memutuskan untuk mengikuti kebijakan tersebut dengan menutup semua toko yang ada.

Tidak panik.

Dalam situasi negeri yang sedang berusaha meminimalisasi penularan Covid-19, sang suami, Uut merasa tidak panik karena sudah mengerti bagaimana risiko berbisnis dan tidak menyalahkan siapa-siapa.

Biasa saja, ga panik. Ngapain harus panik? Habis mau bagaimana lagi? Ikutin social distancing saja, Ujar Uut saat dihubungivia Whatsapp.

Uut juga menegaskan jika masih membuka toko dengan situasi seperti ini akan menghabiskan biaya operasional saja. Jadi kan pasar kita itu sama kayak parawisata, kalau tidak ada keramaian yah ngapain jualan malah habis buat operasional, kata Uut.

Pegawai yangharus dirumahkan.

Memutuskan untuk tidak berjualan berarti tidak akan ada uang yang masuk ke dompet sepasang suami istri itu. Apalagi 15 pegawai yang di rekrut itu hanya pegawai harian yang dibayar harian juga.

Saya saja yang usahanya kecil harus ngerumahin pegawai karena tidak ada pemasukan. Pegawai juga digaji harian bukan seperti perusahaan yang menggaji pegawai secara bulanan. Kalau mesti menggaji saat toko tutup, uang dari mana hahaha, kata Uut.

Pegawai yang tersisa juga hanya dua orang untuk menjaga gudang yang kebetulan satu tempat dengan rumah. Pegawai juga tidak diizinkan untuk masuk ke rumah untuk meminimalisasi penularan Covid 19.

Ikut membuat donasi.

Mochio Ice Cream Parlour termasuk ke dalam Usaha Mikro Kecil Menengah ini peduli dengan keberlangsungan mata rantai ekonomi menengah mikro di tengah pandemi Covid-19 dengan memperhatikan berbagai aspek masyarakat. Oleh karena itu, Mochio Ice Cream Parlour dan beberapa UMKM lainnya menggalang sebuah donasi di Instagram bernama @sayapeduli_official. Tujuan dari diadakannya donasi ini juga untuk menyumbang menu makan pagi, siang, ataupun malam terhadap tenaga medis yang sudah berjuang menghadapi Covid-19 di garis depan.

Kesibukan tenaga medis saat mengobati para pasien yang terkena virus Covid-19sehingga memerlukan makanan dengan gizi yang baik supaya imun mereka tetap kuat menjadilatar belakang Saya Peduli menggalang donasi ini. Selain itu, diadakannya penggalangan donasi juga sebagai bentuk upaya agar UMKM tidak menjadi mati.

Konsepnya gini, sebenernya kita kan korban awal. Jadi UMKM yang seperti kita itu mati duluan sebenernya. Nah biar bisa bernapas sedikit, kita memutuskan untuk menggalang donasi biar UMKM nya tidak mati beneran. Uang yang berasal dari donasi ini akan dikumpulkan untuk dibelikan makanan. Nah, makanannya tuh dibeli dari UMKM, ujar Uut.

Selain untuk tenaga medis yang menjadi garda depan saat wabah Covid-19, Saya Peduli juga mendonasikan makanan untuk para pekerja yang bersinggungan langsung dengan masyarakat seperti pengemudi ojek online, supir angkot, satpam, tukang parkir, pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan para pekerja lainnya.

Menu yang diberikan oleh Saya Peduli juga sudah dikonsultasikan ke dokter gizi, jadi tidak perlu khawatir dengan kualitas makanan yang diberikan karena tujuan dari Saya Peduli sendiri adalah menyumbang konsumsi supaya imun tenaga medis dan para pekerja yang bersinggungan dengan masyarakat tetap kuat. Konsumsi yang dipesan di UMKM yang sudah diseleksi oleh Saya Peduli dengan berbagai faktor, seperti kebersihan tempat makan, sumber daya manusia, serta alat-alat yang dipakai saat menyediakan makanan.

Saya Peduli juga memerhatikan keberlangsungan roda ekonomi mikro saat wabah Covid-19. Disamping itu Saya Peduli juga mengikutsertakan pengemudi ojek online untuk turut mengambil peran mengirimkan menu tersebut.

Resesi ini udah terasa banget dari tahun kemarin. Ditambah wabah Covid-19 yah ambyaarrr. Curhat Uut.

Sampai hari Selasa (24/03/2020), Saya Peduli sudah menyumbangkan berbagai menu ke Tim Medis IGD RSUD Soreang Kabupaten Bandung, Puskesmas Arcamanik, dan UPT Puskesmas Cijagra Baru dan membagikan makanan dan juga masker ke supir angkot, satpam, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan juru parkir dari Jalan Dulatip sampai Jalan Sudirman Kota Bandung.

Membangunusaha lagi.

Walaupun sedang tidak membuka toko di mana pun, Uut dan Olin harus pintar mencari rencana lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi dengan tiga anak yang masih sekolah tentunya menjadi faktor pendorong sepasang suami istri itu untuk mencari uang. Sepasang suami istri ini mengaku butuh membangun usaha dari awal lagi. Apalagi dengan banyak pegawai yang dirumahkan, Uut dan Olin mengaku masih belum terbiasa untuk melakukan sesuatu sendiri.

Uut juga mengatakan bahwa hampir tidak ada pemasukan sama sekali sampai keluarga kecilnya harus memakan stok dagangan sendiri juga harus berhemat. Kalau buat bertahan hidup sih ada stock makanan yang buat dijual. Sementara, itu dulu yang dimakan. Terus, sekarang juga harus lebih mementingkan kebutuhan daripada keinginan yang macem-macem. Yang penting gini, kita harus terima kenyataan saat ini, tetap tenang, dan terus berinovasi, kata Uut.

Uut juga memprediksi bahwa bazar dan tempat keramaian bakal mati suri dalam setahun ini karena kasus positif Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah. Walaupun suatu saat nanti wabah Covid-19 akan musnah di dunia, orang-orang pasti masih takut untuk datang ke keramaian.

Karena tidak bisa membuka toko, Uut dan Olin sekarang sedang merencanakan untuk jualan makanan secara online. Uut dan Olin juga mengaku sedang bersiap-siap untuk berjualan lagi. Produk yang dijual akan dijual adalah frozen food dengan alasan melihat jangka pendek orang-orang yang sedang takut berbelanja ke luar rumah.

Kalau dilihat dari jangka pendek sih orang-orang sedang takut buat berbelanja ke luar rumah. Jadi kita mikir kenapa nggak nyediain yang mereka butuhin. Salah satunya ya, frozen food. Apalagi Olin punya hobi masak. Saya juga sekarang sedang belajar tentang jualan online lagi. Biar ilmunya lebih banyak terus siap ngejalanin usaha lagi, ungkap pria yang mengaku dari kecil tinggal di Bandung.

Sebenarnya sepasang suami istri itu sudah merencanakan membuka toko baru. Sayangnya, rencana itu harus tertunda. Tetapi hal itu tidak membuat sepasang suami istri tersebut patah semangat.

Kalau usaha mah salah satu intinya seberapa cepat bangun ketika jatuh, ujar Uut.