Kita sering kali mendengar berita di layar televisi maupun dari lingkungan sekitar kita tentang anak yang durhaka terhadap orang tuanya. Pernyataan itu sudah kita dengar turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Tapi tahukah kamu tak hanya anak, orang tua pun bisa bersikap durhaka kepada anaknya. Lebih tepatnya tak memberikan kasih dan sayang yang seharusnya sudah menjadi hak seorang anak. Padahal selazimnya, peranan orang tua adalah menyayangi, melindungi, dan menyediakan yang terbaik untuk anaknya. Namun kenyataannya, masih banyak orang tua yang gagal dalam menjalankan tugasnya.

Tak dapat dipungkiri sifat dan perilaku seorang anak dapat menentukan kualitas orang tua dalam mendidik serta memberi kasih sayang kepadanya. Seorang anak yang terlahir berhak mendapatkan kasih sayang seutuhnya dari orang tuanya. Anak berhak dilahirkan dalam keluarga yang mencintai mereka seutuhnya. Tapi sangat disayangkan, banyak anak yang tumbuh dan besar dari orang tua yang 'beracun' dan dapat membuat anaknya terluka secara emosi dan mental.

Orang tua yang beracun atau lebih dikenal dengan nama Toxic Parent memang terlihat seperti layaknya orang tua pada umumnya. Mereka memenuhi kebutuhan fisik anak, tidak melakukan kekerasan, tidak menyakiti fisik anak, dan menginginkan yang terbaik untuk anak.Akan tetapi, Toxic Parent disematkan kepada orang tua yang tindakannya dapat merusak dan meracuni psikologis serta emosional seorang anak. Ini lebih berbahaya karena Toxic Parent merupakan tindakan tak kasat mata, namun efeknya jauh lebih berbahaya pada jiwa seorang anak.

Lalu, perbuatan apa saja sih yang biasa dilakukan oleh Toxic Parent? Apakah kamu termasuk? Yuk simak 5 hal yang terlihat sepele, namun dapat 'meracuni' anak!

1. Mengungkit kesalahan anak.

Lazimnya seorang manusia tak akan luput dari kesalahan, begitupun seorang anak. Ketika seorang anak berbuat salah dan ia menyadarinya, terlebih telah meminta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi, tidak perlu lagi untuk terus diungkit. Tanpa disadari, masih banyak orang tua yang masih mengungkit kesalahan anaknya. Padahal tanpa kamu harus mengomeli dan mengungkitnya kembali, si anak sudah tahu jika perbuatannya itu salah. Orang tua yang bijak akan menggunakan kalimat yang positif untuk menasihati anaknya tanpa mengungkit kesalahan yang sudah berlalu.

2. Selalu menyalahkan anak untuk hal-hal buruk.

Orang tua yang baik adalah yang mau mengakui kesalahannya. Namun banyak orang tua merasa malu untuk mengakui kekurangan dalam dirinya dan harus selalu terlihat paling benar walaupun ia tahu jika dirinya salah. Orang tua yang selalu merasa paling benar ternyata mampu merusak kepribadian seorang anak. Anak akan selalu mengganggap dirinya salah dan orang tuanyalah yang paling benar. Perilaku ini akan menciutkan kepercayaan diri seorang anak karena menggangap dirinya selalu salah di mata orang tuanya, bahkan di dunia luar juga.

3. Ingin dihormati, mereka harus ditakuti.

Pada dasarnya, kewibawaan orang tualah yang membuatnya dihormati dengan sendirinya oleh anak mereka, bukannya menciptakan ketakutan agar dihormati. Masih banyak orang tua yang berlindung di balik kata 'patuh'. Nyatanya justru anak menjadi ketakutan dan itu akan yang menjauhkan hubungan antara orang tua dan anak. Jika hal ini terus berlanjut, maka komunikasi antara orang tua dan anak akan memburuk. Mereka tak akan berani menceritakan masalah-masalahnya kepada orang tua. Hubungan antara orang tua dan anak pun akan semakin renggang.

4. Tidak memperbolehkan anak menunjukkan emosi negatif.

Tidak sedikit orang tua yang melarang anaknya untuk marah ataupun menangis dengan berbagai alasan. Satu-satunya yang boleh marah dan menangis adalah orang tua. Sementara anaknya tak diperbolehkan untuk menunjukkan sisi emosi yang negatif. Padahal menyalurkan emosi negatif itu hal yang lumrah dan diperlukan semua manusia untuk meringankan perasaan depresi yang dideritanya. Jika di masa kecil anak dipaksa untuk tidak meluapkan sisi emosi negatifnya, besar kemungkinan disaat dewasa sang anak menjadi sulit mengontrol emosi negatifnya dan malah justru semakin berbahaya.

5. Menuntut pembalasan budi dari anak.

Pada anak yang menginjak usia dewasa, sering kali mereka dituntut untuk membalas segala budi orang tuanya. Tidak ada satu anak pun yang berharap dilahirkan dengan menanggung balas budi terhadap apa yang sudah dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua yang terus mengungkit pembalasan budi dari anaknya akan menimbulkan rasa bersalah pada sang anak. Situasi ini membuat anak merasa bahwa kebahagiaan orang tua sepenuhnya adalah beban yang harus ia tanggung dan sudah pasti akan menghambat langkahnya ke depan.

Itulah 5 hal sepele, namun ternyata dapat menjadikan kamu sebagai racun untuk anak-anakmu.Yuk menjadi orang tua yang bijak demi masa depan anak!