Bulan Agustus selalu identik dengan banyaknya perlombaan yang diadakan oleh masing-masing kampung di seluruh kota di Indonesia. Lomba-lomba ini melengkapi keriuhan dekorasi kompleks-kompleks rumah yang sudah penuh dengan merah-putih di sana-sini. Mulai dari bendera, lampu kerlap-kerlip, jalanan yang dicat, dan banyak lagi atribut lainnya. Sementara lomba yang diadakan setiap RT maupun RW biasanya yaitu lomba balap kelereng, makan kerupuk, mengambil koin dengan mulut, ambil belut, dan lain sebagainya.

Perlombaan yang diadakan berkisar pada urusan tenaga, kekompakan, dan adu kecepatan. Namun, selain lomba-lomba yang dapat menjalin kekeluargaan antar warga di kampung dan membuat semakin kompak, sebenarnya ada banyak lomba yang patut dipertimbangkan untuk diadakan. Misalnya sebagai berikut.

1. Lomba cerdas cermat.

Perlombaan saat perayaan 17 Agustus biasanya banyak diikuti oleh anak-anak, mulai jenjang SD sampai SMA. Akan sangat berkesan kalau diadakan lomba yang juga dapat mengasah memori dan kecerdasan mereka. Tujuannya bukan hanya agar anak-anak lebih semangat belajar, tapi juga melatih kekompakan. Jika lomba balap kelereng atau makan kerupuk dilakukan perseorangan, maka lomba cerdas cermat bisa diadakan secara beregu. Anak-anak SD bisa digabungkan timnya dengan anak SMP, dengan level soal yang lebih umum. Jadi, soal-soal yang keluar bukan dari buku pelajaran, melainkan juga dari luar. Ini akan menjadikan mereka giat membaca rangkuman pengetahuan umum selain LKS yang membantu dalam belajar selama ini.

2. Lomba debat.

Jika cerdas cermat dirasa terlalu susah, maka bisa diganti dengan diadakan lomba debat. Selama ini, anak-anak banyak mengikuti acara-acara debat di televisi, sehingga paling tidak paham cara dan teknik berdebat. Tentu, lomba ini harus dibatasi pesertanya, hanya untuk usia SMA ke atas. Sehingga anak-anak kuliah yang pulang kampung saat 17-an tidak lagi bingung harus ikut lomba apa, karena semua lomba untuk anak kecil. Kemerdekaan bukan hanya milik anak-anak, bukan?

Lomba debat yang diadakan bisa bertema sejarah kemerdekaan atau politik di Indonesia. Dengan mendengarkan paparan materi, warga juga bisa sambil mengingat latar belakang sejarah Indonesia yang mungkin sudah mulai dilupakan sejak meninggalkan bangku sekolah. Menarik, bukan?

3. Lomba re-telling tokoh sejarah.

Menceritakan ulang sejarah seorang tokoh yang berjasa besar bagi kemerdekaan dan pembangunan Indonesia tentu menarik. Anak SD pun bisa melakukannya! Anak-anak bisa meminta bantuan orang tuanya dalam merangkai cerita dan mengisahkannya di depan banyak orang nantinya. Selain bisa mengasah keberanian dan kepercayaan diri, lomba ini juga berguna untuk mengenalkan anak sejak dini tentang nasionalisme dalam diri tokoh-tokoh yang mereka pilih untuk ceritakan.

4. Lomba membuat mural tema kemerdekaan.

Seni juga bisa ambil peran di dalam kemerdekaan. Daripada tembok-tembok hanya dicoret-coret tidak jelas, atau hanya dicat warna merah dan putih, akan lebih baik jika jiwa-jiwa seni anak muda di setiap kampung diberdayakan. Banyak anak-anak muda yang suka menggambar, melukis, dan membuat desain, tapi keterampilan mereka tidak dikembangkan dan diwadahi, sehingga akhirnya terkubur sia-sia. Dengan mengadakan perlombaan yang berkaitan dengan minat mereka, akan terbentuk sebuah karya yang tak hanya memperindah, tapi juga meningkatkan kreativitas mereka sejak dini.

5. Lomba menulis atau membaca puisi.

Anak-anak biasanya juga punya ketertarikan dalam dunia literasi, tapi sayangnya masyarakat belum peka untuk mengembangkan minat-minat sederhana ini dalam bentuk perlombaan. Orang-orang masih menganggap bahwa literasi bukan hal yang penting, melainkan hanya sekadar hobi yang remeh. Padahal, dengan menguatkan literasi, anak-anak bisa menjadi orang hebat di masa depan.

Lomba menulis atau membaca puisi bisa dilakukan untuk memperingati 17-an. Selain hemat dan mudah dilakukan, banyak anak yang bisa ikut tanpa susah payah belajar. Semua pasti bisa membuat puisi. Tak perlu diksi puitis, yang penting ada isi yang bisa dicerna. Membaca puisi pun hanya perlu modal satu puisi karya siapa pun, kemudian dibacakan di depan umum. Dengan dilombakan, anak-anak akan lebih semangat membaca dan menulis puisi-puisi terbaik mereka.

Itulah lomba-lomba yang patut untuk dipertimbangkan warga masyarakat Indonesia agar diadakan ketika memperingati 17 Agustus. Biasanya, lomba-lomba sejenis diadakan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat dalam skala kabupaten, provinsi, dan nasional. Terbukti, pesertanya banyak, peminatnya membludak. Jadi, kenapa tidak coba mengadakannya dalam lingkup kecil, sehingga bisa mengirimkan utusan jika kelak ada lingkup besarnya? Siapa tahu, anak-anak kita berbakat dan bisa melanjutkan dalam cabang-cabang yang sama sampai tingkat internasional. Tentu akan jadi suatu kebanggaan tersendiri untuk kampung masing-masing, bukan? []