"Ini Budi. Ini Ibu Budi. Itu Bapak Budi. Itu Ani dan Budi. Ani kakak Budi."

Ejaan kalimat tentang Budi dan keluarganya itu pastilah akrab di telinga anak-anak yang lahir sebelum tahun 1990. Kalimat itu menjadi bagian dari buku pelajaran Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Dasar.

Dalam buku itu Budi digambarkan sebagai anak yang baik. Ia rajin membantu orang tua dan kakaknya, Ani. Budi juga rajin menabung dan beternak. Ia beternak ayam, itik dan kambing.

Yang mengasyikkan, dalam buku pelajaran itu juga dilengkapi ilustrasi wajah masing-masing tokoh, yaitu Budi, Ibu Budi, Bapak Budi dan Ani. Anak-anak yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1980-1990-an tentu sulit melupakan kenangan tentang Budi.

Tokoh Budi sekeluarga nan ikonik itu diciptakan oleh seorang guru bernama Siti Rahmani Rauf. Kononia memilih nama Budi dan Ani karena keduanya dianggap mudah dicerna dan diterima oleh anak-anak di seluruh Indonesia.

Bu Siti, pencipta sosok Budi.

Siti Rahmani Rauf, pencipta buku 'Ini Budi' nan legendaris

Wanita bernama lengkap Siti Rahmani Rauf ini lahir di Sumatra Barat, 5 Juni 1919 saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Selepas lulus dari sekolah Belanda, Ibu Siti mulai mengajar di sekolah. Kala itu, usianya masih 18 tahun.

Ibu Siti menekuni profesi sebagai guru di Pulau Sumatra selama kurang lebih 15 tahun sejak tahun 1938 hingga tahun 1953. Pada tahun 1954,iamemutuskan pindah ke Jakarta bersama suami dan anak-anaknya.

Di Ibu Kota, Bu Siti meneruskan profesinya sebagai pendidik. Jabatan terakhirnya adalah kepala sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta Pusat, sampai pensiun pada tahun 1976.

Lahirnya buku legendaris Ini Budisendiri dimulai ketika sekitar tahun 1980-an, Ibu Siti mendapat tawaran proyek menyusun alat peraga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang dulu bernama Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

Kala itu, buku paket pelajaran Ini Budisebenarnya sudah ada, namun dibutuhkan alat peraga berupa gambar-gambar yang dapat memperjelas isi buku. Bu Siti kemudian menerima tawaran itu dan menggarapnya kurang lebih selama setahun tanpa mengharap honor sepeser pun.Ia dengan suka cita mempresentasikan idenya kepada Kementrian Pendidikan. Ternyata gagasannya disambut antusias dan buku Ini Budipun dicetak dalam jumlah besar dan didistribusikan ke seluruh wilayah Jawa dan Sumatra.

Atas kesuksesan buku peraga bahasa Indonesia Ini Budiyang diminati banyak sekolah itu, Ibu Siti Rahmani Rauf pun diberi hadiah dengan diberangkatkan haji oleh salah satu penerbit.

Metode Struktur Analitik Sintesis (SAS).

Buku Ini Budikarya Bu Siti ini menggunakan metode pembelajaran bahasa yang sekaligus menggunakan alat peraga. Biasa disebut Struktur Analitik Sintesis (SAS) Bahasa Indonesia. Metode ini dianggap menyenangkan bagi siswa SD pada masa itu sehingga membantu para murid menjadi lebih mudah belajar membaca.

Menurut Herri Mulyono dalam tulisannya Mengapa Buku Ini Budi Begitu Dahsyat?di laman Kompasiana, kaidah-kaidah SAS memang ditujukan dalam pembelajaran bahasa di tingkat pemula. Yaitu dimulai dengan struktur kalimat, dari yang mudah sampai yang lebih kompleks (rumit), dengan tujuan membangun konsep-konsep makna (dari apa yang dipelajari).

Konsep kebermaknaan ini dilanjutkan melalui pengenalan konsep kata, atau kata untuk merefleksikan "makna". Jadi kita bisa melihat mengapa kata-kata, pemisahan suku kata, kalimat benar-benar disajikan secara hati-hati dalam buku Ini Budiini.

Jika diamati, buku karya Bu Siti ini juga mengusung konsep sustainable (berkelanjutan). Di dalamnya memuat pemodelan satu keluarga, yaitu keluarga Budi. Kita dapat dengan mudah mengikuti aktivitas keseharian keluarga Budi dengan cerita yang saling berkaitan, berkesinambungan dan berjenjang. Tiap seri buku Ini Budimemiliki karakteristik yang khas dan tentunya fungsi dan target pembelajaran masing-masing. Misalnya, bila buku kelas 1 dan 2 masih seputar kata-kata dan kalimat, maka mulai kelas 4 dan 5 siswa disajikan wacana yang lebih kompleks, sesuai dengan perkembangan kemampuan linguistiknya.

Diganti kurikulum 2013.

Buku Ini Budikarya Bu Siti ini bertahan cukup lama menemani anak-anak Indonesia. Sampai pada Juni 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh resmi menghapus Ini Budidalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Kemendikbud menggantinya dengan Kurikulum 2013 yang menampilkan beragam tokoh sebagai pencerminan keanekaragaman suku di Indonesia. Misalnya Edo yang keriting mencerminkan orang Papua, lalu ada Siti yang berjilbab, ada Dayu dari Bali, ada juga si Lani yang sipit dari Cina, atau si Beni dari suku Batak. Kesemuanya disusun dengan sistem tematik.

Setelah buku Ini Budipensiun, Bu Siti pun berpulang pada 10 Mei 2016. Ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia 97 tahun. Bu Siti wafat setelah nyaris 30 tahun berjuang melawan penyakit gula yang dideritanya. Selamat jalan Bu Siti, karya-karyamu sangat berarti dan selalu menjadi kenangan abadi.