Kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan Artificial Intelligence (AI), sadar atau tidak sudah diterapkan dalam kehidupan masa kini. Contoh sederhana dalam kegiatan sehari-hari adalah aplikasi ojol (ojek online). Teknologi AI dalam aplikasi ojek online digunakan sebagai optimalisasi proses memilih pengemudi. Misalnya, saat memesan ojek online, aplikasi dengan cerdas akan langsung mencari pengemudi yang lokasinya paling dekat dengan pelanggan.

Ketika memesan makanan dengan kata kunci "pecel" misalnya, maka aplikasi akan langsung mencari dan memunculkan daftar warung pecel berdasarkan kriteria tertentu, seperti lokasi warung terdekat, ulasan terbanyak, terdapat potongan harga, tarif pengiriman murah, dsb. Teknologi AI dapat mendukung keamanan pelanggan sekaligus pengemudi. Teknologi AI juga didesain untuk mendeteksi adanya pemberhentian yang tidak direncanakan. Ketika sistem mendeteksi hal tersebut yang mungkin mencurigakan atau tidak sesuai, sistem akan mengirim pesan ke penumpang dan menanyakan apakah penumpang atau pengemudi membutuhkan bantuan.

Apa itu Artificial Intelligence dan mengapa hal itu penting?

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan yang dibuat dan ditambahkan oleh manusia ke dalam suatu sistem teknologi, yang diatur dan dikembangkan dalam konteks ilmiah, terbentuk dari kecerdasan entitas ilmiah yang ada. Kecerdasan buatan memungkinkan mesin untuk mengevaluasi, menginput suatu hal baru, dan bertindak seperti manusia. Dengan menggunakan teknologi AI, komputer dilatih untuk menyelesaikan tugas tertentu dan mengenali pola dalam data. AI juga telah mencapai keakuratan yang sangat mengagumkan.

Bagaimana perkembangan AI di dunia? Serta seperti apa perkembangannya di Indonesia?

Untuk menjadikan komputer dapat bertindak seperti manusia, diperlukan data yang luar biasa masif (Big Data). Bahkan saat ini komputer juga terprogram untuk dapat mempelajari sendiri data yang telah diberikan. Hal ini disebut machine learning. Dengan demikian, semakin banyak data yang diberikan, secara otomatis akan semakin pintar pula komputer tersebut.

Untuk dapat memproses jumlah data yang luar biasa masif, tentu saja diperlukan kapasitas komputer atau computing power yang mumpuni. Hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin berkembangnya AI di saat perkembangan teknologi menjadikan computing power semakin terjangkau. Dampak berkembangnya teknologi komputasi awan (cloud computing) menjadikan Computing power untuk mengolah big data dan membuat AI bukan lagi suatu hal yang mahal. Ketika hal-hal yang diperlukan untuk membuat AI semakin banyak tersedia dan terjangkau, maka bukan hanya negara maju atau perusahaan besar saja yang turut berpartisipasi.

Di era digital dan Internet of Things (IoT) seperti sekarang, di mana semua data dapat terbentuk dalam format digital dari mana pun, bahkan secara nyata tentunya menjadikan AI berkembang sangat pesat secara global. Termasuk di Indonesia, setengah dari penduduk Indonesia sudah dapat mengakses internet dan sudah melekat pada kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri mulai banyak perusahaan rintisan yang menggunakan AI sebagai penunjang kegiatan bisnisnya atau bahkan menjadikan AI tersebut sebagai bisnis.

Apakah kecerdasan buatan bisa saja mengambil alih dunia?

AI dikembangkan untuk menunjang pekerjaan manusia. Jika dikatakan dapat menggantikan sebagian dari pekerjaan yang masih dikerjakan oleh manusia, tentu saja benar. Justru dengan adanya AI tenaga yang dimiliki dapat dialokasikan untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang lebih bernilai.

Di bulan Juli tahun 2017 lalu, berita teknologi cukup dihebohkan dengan kabar bahwa Facebook memberhentikan eksperimennya setelah salah satu staf menemukan dua buah program AI mereka saling berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa ciptaan mereka sendiri yang tak dimengerti manusia. Hanya kedua pemrogram itulah yang saling mengerti pesan yang disampaikan ke satu sama lain.

Kengerian bahwa pengembangan AI mungkin akan setara dengan kecerdasan manusia, bahkan melebihi kecerdasan manusia itu sendiri, juga bahwa ada implikasi negatif AI terhadap kemanusiaan di masa depan yang sebenarnya tak hanya disuarakan orang awam. Ilmuwan yang diakui dunia seperti Stephen Hawking pun juga berpendapat sama. Jadi, problematik dan dampak dari AI ini tak hanya sekadar ide buatan dalam film fiksi sains semacam The Matrix.

Dilansir dari TED Talk yang dikemukakan oleh seorang neuroscientist ternama Sam Harris, bahwa ada kemungkinan kita sebagai manusia (pengembang AI) lepas kendali dan AI tersebut dapat menyebabkan kekacauan. Akan tetapi, ilmuwan dapat mengontrolnya dengan pengawasan yang sangat ketat. Yang menjadi masalah adalah bagaimana ilmuwan tersebut dapat membatasi dirinya sendiri dalam bereksperimen.

Simpulan.

Tujuan adanya AI dapat membantu memecahkan suatu masalah secara efisien dan dapat membantu pekerjaan manusia dengan hasil maksimal. Tetapi, AI bukan pengganti manusia dan setidaknya tak akan menggantikan manusia dalam waktu dekat.