Ivermectin berada pada urutan ke-27 trending topic di media sosial Twitter, Sabtu (3/7/2021). Ivermectin adalah obat cacing atau obat antiparasit yang telah lulus izin edar oleh BPOM dengan dosis 12 miligram. Namun, akhir-akhir ini menjadi perbincangan karena isunya obat ini dapat membantu pemulihan pasien Covid-19. Ivermectin sendiri merupakan obat keras yang berdosis tunggal dan bukan untuk dikonsumsi harian.

Berawal dari pernyataan Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti, Ivermectin menjadi perbincangan hangat beberapa hari ke belakang. Ia berbagi cerita mengenai penggunaan Ivermectin sebagai obat untuk karyawannya yang terkena virus Covid-19. Penggunaan Ivermectin ini semata-mata sebagai upaya karena rumah sakit sudah penuh dan tenaga kesehatan sedang kewalahan. Dari delapan karyawan yang terpapar Covid-19, lima di antaranya melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing, dan tiga lainnya melakukan isolasi mandiri di lingkungan kantor.

"Saya bukan seorang dokter, tetapi dalam keputusasaan dan kesulitan akan penuhnya rumah sakit dan lain-lain, apa pun patut dicoba," kata Susi.

"Dan alhamdulillah di hari ke-7 semua karyawan yang terpaparCovid-19 dicek kembali dan sudah negatif, cerita Susi melalui video yang beredar, hari Rabu (30/6/2021).

Ivermectin sudah digunakan di beberapa negara, terutama negara bagian barat sebagai obat untuk pemulihan pasien yang terkena Covid-19. Ivermectin yang dikonsumsi biasanya diiringi dengan obat lain seperti paracetamol dan aspirin.

Penggunaan Ivermectin di negara lain.

Belum ada hasil final uji klinis apakah Ivermectin aman untuk dikonsumsi sebagai obat untuk pasien Covid-19. Walaupun begitu, sudah banyak negara yang menggunakan obat ini dan hasilnya efektif untuk menurunkan angka pasien Covid-19. Cuitan seorang data analis dari Cambridge, USA, J Chamie, berisi data grafik kematian di negara Meksiko yang sangat rendah karena penggunaan Ivermectin. Cuitan ini diunggah di akun pribadinya dengan nama pengguna @jjchamie.

Ramai di medsos, amankah penggunaan Ivermectin untuk pasien Covid-19?

Foto: https://Twitter.com/jjchamie/status/1410741931643064325?s=21

"Apa yang membuatnya berbeda? Tes dan strategi perawatan. Perawatan yang dilakukan hanyalah Ivermectin + Aspirin + Paracetamol. Murah, tersedia, dan efektif," ucap J Chamie dalam akun Twitternya, Jumat (2/7/2021). Ia berpendapat dengan acuan data tersebut, Ivermectin ampuh dan terbukti manjur untuk pasien Covid-19. Hanya dengan tiga rangkaian obat dapat menurunkan angka kematian di negara Meksiko.

Berbeda dengan pendapat J Chamie, seorang dokter dari Amerika bernama Faheem Younus juga mengunggah cuitan di Twitter. "For my Indonesian friends, mengobati Covid-19 di rumah. Gunakan tab parasetamol untuk demam. Budesonide inhaler dua kali sehari. Semprotan hidung oxymetazoline untuk hidung tersumbat. Tidak perlu antibiotik, Ivermectin, seng, atau steroid," ucap Faheem dalam akun Twitternya, Jumat (2/7/2021).

Dalam website resmi WHO, Ivermectin sebenarnya masih dikategorikan sebagai produk kesehatan yang belum terbukti efisien melawan Covid-19.

Penggunaan Ivermectin di Indonesia.

Penggunaan Ivermectin di Indonesia sudah dilakukan di beberapa daerah. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko, mengaku sudah menyebarkan obat Ivermectin ke sejumlah daerah. Ia mengklaim, Ivermectin manjur dalam proses penyembuhan pasien Covid-19 di antaranya Depok hingga Semarang Timur. "Berdasarkan data sementara laporan di lapangan atas hasil yang dilakukan oleh HKTI di beberapa daerah terhadap penggunaan Ivermectin. Yaitu Kota Tangerang, Depok, Bekasi, dan Jaktim menghasilkan tingkat kemanjuran yang hampir mendekati 100 persen untuk menurunkan Covid-19," ujarnya dalam diskusi virtual (28/6/2021)

Pemerintah sadar akan banyaknya pihak yang mengklaim Ivermectin manjur dalam pemulihan pasien Covid-19. Tindakan yang dilakukan pemerintah Indonesia sekarang adalah memberikan izin uji klinis. Uji klinis ini akan dilaksanakan oleh BPOM berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan dan beberapa rumah sakit di Indonesia. Uji klinis dilakukan untuk menilai efektivitas, khasiat, dan keamanan obat Ivermectin untuk pasien Covid-19.

"Pengamatan akan dilakukan 28 hari setelah pemberian Ivermectin setelah 5 hari. Pengamatan dilakukan agar mengetahui bagaimana keamanan dan khasiatnya," ungkap Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Aditif BPOM, Togi Hutajulu, dalam konferensi pers beberapa hari lalu. Kepala BPOM, Penny K Lukito meminta kepada masyarakat untuk tidak membeli Ivermectin secara bebas sebagai obat Covid-19 selama masih dalam tahap uji klinis.

Dalam konferensi pers oleh BPOM, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan Ivermectin dapat menimbulkan efek samping langsung berupa diare, ngantuk, mual dan muntah. Pada pasien yang mempunyai gangguan liver, Ivermectin bahkan bisa menyebabkan pemburukan fungsi hati. Efek samping yang cukup berat ini yang ingin dicegah dengan melakukan uji klinis terlebih dahulu. Dengan demikian, ada baiknya masyarakat tidak membeli dan mengonsumsi Ivermectin sebagai obat Covid-19 sebelum obat ini lulus uji klinis.