Fenomena tak jamak terjadi di Yogyakarta. Masyarakat di suatu wilayah meyakini, mayat yang baru saja di kubur beresiko digali dan dibawa kabur oleh harimau. Bagi masyarakat umum, terutama perkotaan, fenomena harimau menggondol mayat yang baru saja dikubur adalah sesuatu yang sulit dipercayai.

Dan pasti menganggapnya tak lebih dari mitos belaka. Akan tetapi bagi sebagian masyarakat Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta fenomena tersebut dianggap nyata adanya.

Sebagian masyarakat yakin bahwa harimau yang bersembunyi disong-songatau gua di bukit dan hutan akan muncul manakala mencium bau mayat yang masih baru. Maka ketika ada orang meninggal, mereka akan menunggu makam paling tidak seminggu semenjak mayat dikuburkan. Bahkan beberapa keluarga rela melakukan lebih lama dari itu.

Pada suatu malam, udara terasa dingin menembus kulit. Tapi hal itu sama sekali tak menghalangi langkah Supoyo (60) dan Marto Suwito (60) untuk datang ke kuburan Kedokan, di Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Mereka berdua hendak menunggu pusara dimana mayat Ny. Sartini disemayamkan.

Supoyo dan Marto berada di kuburan Kedokan karenadimintai tolong oleh pihak keluarga Alm. Sartini untuk menjaga jenazah yang baru saja dikubur siang hari sebelumnya. Menurut keterangan keduanya, tugas menjaga makam yang masih baru biasanya dilakukan oleh pihak keluarga jenazah dengan dibantu sanak saudara maupun tetangga.

Akan tetapi sebagian warga ada yang menggunakan jasa orang lain yang memang terbiasa melaksanakan tugas tak lazim tersebut. Ketika ditanya mengapa kuburan-kuburan baru tersebut mesti dijaga, Supoyo menjawab hal tersebut sebagai bentuk antisipasi dari kemungkinan akan adanya harimau yang akan menggondol mayat.

Untuk jaga-jaga. Siapa tahu adasimbah(-red, sebutan untuk harimau) yang datang, kata Supoyo sembari menghisap rokok kretek. Kata dia, fenomena harimau menggondol mayat benar adanya, bukan mengada-ada.

Bagi mereka tugas menjaga mayat yang baru dikubur adalah sebuah amanah yang mesti dilaksanakan dengan kesungguhan, tak boleh sembrono. Oleh karena itu demi memastikan amannya mayat-mayat di kuburan Kedokan, Harjosari, Tanjungsari dari serbuan harimau-harimau liar, mereka rela tidak tidur semalaman bahkan terkadang basah kuyup kehujanan. Tugas atau kebiasaan ini sudah dilakukan mereka berdua sejak puluhan tahun silam.

Dengan penuh semangat Supoyo berkisah, dirinya mengaku pernah beberapa kali melihat harimau jenis rambon, baik seekor maupun bergerombol mendekati makam-makam yang masih baru. Harimau rambon adalah jenis harimau yang memiliki ukuran tubuh sebesar kambing dewasa akan tetapi tubuhnya lebih panjang.

Harimau-harimau yang biasa bersembunyi di gua-gua bukit itu sangat agresif dan memiliki penciuman yang sangat tajam, tandas Supoyo.

Dalam bertugas menunggu makam, dirinya tak mematok tarif khusus. Apa dan seberapa banyak yang diberikan pihak keluarga yang meminta tolong atas jasanya tak pernah dihiraukan. Seikhlas yang meminta pertolongan kepada kami saja, ungkap Marto menambahkan.

Marto mengaku, dulu saat masih muda pernah melihat penampakan harimau yang membawa mayat dengan cara digendong di punggungnya.

Kesaksian senada disampaikan Tuginem, tetangga Supoyo yang mengaku pernah melihat harimau menggendong mayat melintas di depan rumahnya pada dini hari ketika ia hendak ke pasar Bintaos di Kecamatan Tepus, Gunungkidul, DIY.

Saya kira pedagang memikul sesuatu, tapi setelah diamati seksama, ternyata macan, kisah Tuginem mengingat peristiwa menakutkan itu.

Sementara ditemui terpisah, salah satu tokoh warga setempat, Wasirun menyangsikan kebenaran adanya harimau yang menggondol mayat, apalagi di tahun-tahun belakangan ini. Selain itu, menurutnya pengetahuan warga sebatas dari mendengar cerita-cerita para sesepuh dusun.

Orang-orang di sini tahu hanya berdasarkan cerita orang-orang tua. Mereka tidak pernah melihat langsung, timpalnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Adapun pengamat sosial, Maryanto mengatakan, bahwa terlepas ada tidaknya fenomena harimau menggondol mayat, menunggu kubur yang masih baru tidaklah salah apabila dijalankan. Menurut Maryanto kebiasaan tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan bakti pada orang yang telah meninggal.