Pendahuluan

Sejak pertama kali menyusun rencana PNM ini, rasanya pikiran tak pernah lepas dari pertanyaan: Amankah? Setiap teman yg diberitahu mengenai rencana PNM ini, selalu lebih banyak mengingatakan soal keamanan berkendara motor melintas Sumatera, daripada menginformasikan tempat-tempat wisata cantik yg bisa dikunjungi di sepanjang jalur ke Tugu KM O Indonesia, Sabang. Namun, percaya diri saja. Niat baik, di negeri hebat Indonesia dengan penduduknya yang begitu banyak memiliki tangan malaikat, rasanya yakin akan menjaga PNM ini baik-baik saja...

Durasi, Rute Dilalui, dan Jarak Tempuh

Ke Barat Laut (Bogor KM 0 Indonesia, Sabang) Lintas Barat Sumatera (Total: 12 hari 3056 Km):

Hari-1: Bogor - via Jasinga - Merak (180 Km)

Hari-2: Merak - Bakauhuni (Penyebrangan laut) - Kota Agung (205 Km)

Hari-3: Kota Agung - Manna (348 Km)

Hari-4: Manna - Bengkulu (150 Km)

Hari-5: Bengkulu Tapan (340 Km)

Hari-6: Tapan Pariaman (271 Km)

Hari-7: Pariaman Mandailing Natal (311 Km)

Hari-8: Mandailing Natal Manduamas (336 Km)

Hari-9: Manduamas - Bakongan (212 Km)

Hari-10: Bakongan - Nagan Raya (148 Km)

Hari-11: Nagan Raya - Banda Aceh (293 Km)

Hari-12: Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh Pelabuhan Balohan, Sabang (Penyebrangan laut) KM 0 Indonesia + Explore Sabang (262 Km)


Ke Tenggara (KM 0 Indonesia, Sabang Bogor) Lintas Timur Sumatera (Total: 8 hari 2820 Km):

Hari-13: Sabang Bireun (247 Km)

Hari-14: Bireun Pangkalan Brandan (339 Km)

Hari-15: Pangkalan Brandan via Medan Rantauprapat (370 Km)

Hari-16: Rantauprapat Duri (260 Km)

Hari-17: Duri via Pekanbaru Rengat (357 Km)

Hari-18: Rengat via Jambi Sungai Lilin(459 Km)

Hari-19: Sungai Lilin Bandar Lampung (506 Km)

Hari-20: Bandar Lampung - via Tangerang - Bogor (282 Km)

Menginap Dimana?

Hari-1: Kapal penyebrangan Merak Bakauhuni (Tiket kapal: Rp 51.000,- + Rp 10.000,-)

Hari-2: Rumah Tahanan Kota Agung (Gratis)

Hari-3: Hotel Omiko, Manna (Rp 125.000,-)

Hari-4: GuestHouse Rane (Rp 100.000,-)

Hari-5: Penginapan Pasta, Tapan (Rp 70.000,-)

Hari-6: RM Ayam Gepuk Pak Gembus Jogyakarta, Painan (Gratis)

Hari-7: Pantai Natal (Salah satu saung makan: Gratis)

Hari-8: Polsek Manduamas (Gratis)

Hari-9: Ponpes Mahadal Ulum Dinayah Islamiyah (Gratis)

Hari-10: Wisma Nagan (Rp 150.000,-)

Hari-11: Rumah Bang Aries (Gratis)

Hari-12: Wisata Homestay (Rp 200.000,-)

Hari-13: Warkop Bireun (Gratis)

Hari-14: SPBU Pangkalan Brandan (Gratis)

Hari-15: Hotel Sederhana (Rp 125.000,-)

Hari-16: Wisma Harapan Bunda (Rp 140.000,-)

Hari-17: Wisma Saudara (Rp 150.000,-)

Hari-18: RSUD Sungai Lilin (Gratis)

Hari-19: Rumah teman (Gratis)

Hari-20: Sudah sampai rumah

Biaya Perjalanan

Total: Rp 4.190.000,-dengan rincian:

1) Penginapan (Lihat rincian di atas): Rp 1.060.000,-

2) Kapal penyebrangan (4x penyebrangan: Merak - Bakauhuni - Merak; Aceh - Sabang - Aceh): Rp 238.000,-

3) Motor (service, olie mesin, kanvas rem, shock-breaker): Rp 478.000,-

4) BBM (Mayoritas Pertamax 92, kombinasi dgn Pertamax turbo 98 di Riau dan Pertalite di Aceh): Rp 1.082.000,- (Efisiensi: 1 lt/50 Km)

5) Makan, kopi, jajan, laundry pakaian, dan lain-lain: Rp 1.332.000,-

Review Perjalanan

Lintas Barat Sumatera (Bogor KM 0 Indonesia, Sabang):

Sejak memasuki Kota Agung, Lampung Barat, dan kemudian ke Utara menyusuri pesisir Barat hingga ke Banda Aceh, jalur ini sarat pemandangan cantik, terutama pantai, dan sebagian kecil pegunungan/perbukitan, termasuk juga wisata kota. Ada begitu banyak pantai cantik, termasuk gambaran abrasi laut yg jelas. Pantai Abrasi di Mukomuko merupakan contoh nyata ganasnya Samudra Indonesia di arah Barat yg menggerus jalan hingga sepanjang 12 km. Sunset di Pantai Ujung Pulau, Bakongan, SumBar Utara. Seafood di Pantai Panjang, Bengulu. Yang terbaik adalah Puncak Geurute menjelang Banda Aceh, yg menyuguhkan hamparan laut biru jauh di bawah tebing, pulau-pulau kecil, garis pantai yg panjang, dan tentunya udara segar puncak gunung dgn kopi Aceh juara Puncak Geurute rasanya tidak kalah dengan Pulau Padar di Labuhan Bajo, Flores, maupun Raja Ampat di Papua Barat. Untuk wisata kota, rasanya Bengkulu punya banyak tempat juara bersejarah untuk dikunjungi: Benteng Malborough, Masjid Jami peninggalan Bung Karno, Rumah Pengasingan Bung Karno, Inside Fort Malborough, City tower (sayang tidak tersedia lagi untuk dinaiki pengunjung untuk alasan keamanan). Selain itu, tentu saja Banda Aceh: Museum Tsunami, Rumah Adat Aceh, Pantai Ulee Lheue, Mie Aceh dgn toping seafood dan kopi Aceh yg kaya rasa. Dan begitu banyak lainnya yg bisa dikunjungi, dinikmati, dan disimpan sebagai pengalaman tidak terlupakan.

Lintas Timur Sumatera (KM 0 Indonesia, Sabang - Bogor):

Jalur ini terbilang membosankan dari sisi pemandangan cantik yg bisa dilihat. Hanya perkebunan sawit dan karet, pemukiman padat penduduk, lalu lintas yg padat kendaraan, dan cuaca panaaaassss.... terutama memasuki Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Namun, jalur Jambi bisa dinikmati krn kualitas aspal yg luar biasa, trek naik-turun-lurus yg panjang (Yang terbaik: Jalur di sepanjang Kabupaten Pelalawan), dimana motor bisa berlari kencang, termasuk menikmati begitu banyak tikungan high speed.... Candi Muaro Jambi bisa dikunjungi, dan barangkali satu-satunya yg bisa dikunjungi... Mungkin situs Sriwijaya di Palembang, Sumsel dan Jembatan Ampera, dan Jembatan Musi I-VI yg terkait dgn persiapan Asian Games 2018 di sekitar Palembang bisa dinikmati pula. Secara keseluruhan, jalur Lintas Timur Sumatera, secara tidak langsung membuat kita akan riding, riding, dan riding terus (karena cuaca panas, tak banyak yg bisa dilihat, dan kebetulan bulan puasa juga...).

Isyu kerawanan berkendaran motor di Sumatera

Kekhawatiran dan rasa was-was hanya dirasakan hingga hari ke-4. Memasuki hari ke-5 di Sumatera, rasanya rasa aman sudah sepenuhnya diperoleh. Peringatan daerah rawan begal tetap diwaspadai (Perbatasan Aceh dan Sumut: Pangkalan Brandan; Perbatasan Sumsel dan Lampung: Musi Banyuasin dan Mesuji), namun dgn pengalaman beberapa hari riding di sepanjang Sumatera, rasanya dan memang sudah tahu harus bagaimana (Mengamati kepadatan lalu lintas, terutama jika harus riding malam hari; Membalikkan jaket seperti kebiasaan orang lokal; Membunyikan klakson untuk menjawab bunyi klakson motor lain yg mendahului; Riding santai di jalur rawan untuk menghilangkan kesan terburu-buru melintas; Tidak berhenti sembarangan Berhenti di tempat-tempat aman, seperti mesjid dan kota kecamatan yg ramai. Secara keseluruhan, riding di Sumatera baik-baik saja, dan tidaklah seseram seperti yg sering didengungkan asalkan kita tahu bagaimana harus bersikap dan berkendara.

Kisah pria piknik naik motor Bogor-Tugu Kilometer Nol Sabang-Bogor