Sedari umur berapa kamu punya social media? Instagram? Twitter? Facebook? Apa yang biasanya kamu unggah? Foto? Atau kata hati?

Penting untukkamu bisa menjawab semua itu, karena zaman sekarang, yang semua serba digital, social media adalah sesuatu yang sangat dilirik. Bahkan untuk dunia kerja!

Iya, recruiter dalam perusahaan yang kamu mungkin akan tuju sudah melihat social media calon karyawannya sebagai satu tolok ukur kepribadian yang dicari.

- Apakah kamu seseorang yang aktif, dan positif.

- Apakah kamu memiliki etika dan etiket.

- Apakah kamu kreatif.

- Apakah kamu produktif.

Pertanyaan-pertanyaan yang bermuara ke apakah kamu representatif untuk perusahaan itu, apa pun posisi yang dilamar.

Perlu kamupahami bahwa dalam proses rekruitment pun, ada energi dan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Jadi, seolah mencari jodoh, perusahaan tidak mau "Beli kucing dalam karung".

Jangan salah paham, proses lumrah, seperti melihat Curicullum Vitae, wawancara, atau psikotes tetap akan dijalankan sebagai Standar Operational Prosedure dalam perekrutan. Tapi, apabila setelah tertarik dengan Curicullum Vitae, lalu kemudianmedia sosial kamumengecewakan, kamu tak akan menuju ke tahapan wawancara, apalagi psikotes.

Perusahaan tidak mau buang waktu percuma.Jadi, ketika kamu buka akun media sosial, di situ citra pribadi alias personal branding kamu dibentuk dan berkembang.

Berikut sedikit tips yang bisa kamu lakukan.

1.Hindari terlalu ungkap kata hati di media sosial, apalagi bila ituterlalu sedihatauterlalu marahatauterlalu benci.Perusahaan tidak suka karakter yang tidak bisa mengontrol emosi publiknya. Refleksinya, menimbulkan ketakutan perusahaan, itu akan mengganggu profesionalitas nantinya.

2. Hindari foto yang terlalu seksi tanpa ada alasan atau context yang jelas. Paham, kalau dalam menjaga kebugaran, perlu usaha keras dan ada keinginan untuk ditampilkan, tapi tidak bisa sekadar ditampilkan tanpaalasan.Image atau citra perusahaan secara umum adalah penting. Jadi gunakan prinsip:Beauty with purpose.

3. Hindari terlalu mendukung sesuatu gerakan, apabila itu bukan sesuatu yang kamu memang ikuti. Jangan takut menjadi FOMO (Fear Of Missing Out). Jangan sampai kamu diasosiasikan atas sesuatu yang bahkan kamu nggak tahu tujuan gerakan itu.

4. Hindarkan mengomentari sesuatu, apabila hal itu tidak berefek banget untuk hidupmu, hanya karena kamu setuju atau tidak setuju atas komentar orang lain. Ini penting dipikirkan sebelum berkomentar. Karena secara alami, bila kamu dibantah, kamu akan tergerak untuk membela diri. Pahami, waktumu penting, dan ada banyak hal penting lainnya yang bisa kamu lakukan selain fokus akan perang komen.

5. Apabila posting sesuatu yang lucu, perlu kamu pikirkan apakah memang itu lucu, atau hanya lucu untukmu. Misalnya, konsep prank. Lucu, tapi kalau mengandung kekerasan, bahaya juga.

6. Stop forward materi yang kamu belum tahu betul kebenarannya. Kalau ada orang lain sebar hoax, tidak berarti kamu juga ikut andil dalam penyebaran berikutnya.

Intinya, jadi dirimuyang positif. Karena sesungguhnya, jaim lebih susah daripada menjadi dirimu sendiri. Dan kalaupun kamu fake, orang akan bisa melihat, dan memberikan penilaian sendiri, yang mungkin sekarang tak terasa efeknya, tapi nantinya bisa jadi masalah.

Karena hidup butuh penghasilan, maka mari pikirkan dari sekarang. Apakah social media kamu sudah aman dan akan mendukungmu masuk ke dunia kerja nantinya?