Umumnya, seorang anak menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain bersama teman sebaya dan bersenang-senang. Namun, tidak sedikit anak-anak yang justru melakukan pekerjaan atau tanggung jawab layaknya orang dewasa. Seperti mencari uang atau mengurusi rumah tangga. Hal ini disebut juga dengan parentifikasi.

Parentifikasi adalah proses pembalikan peran, yakni ketika seorang anak berkewajiban untuk bertindak sebagai orang tua bagi orang tua atau saudara mereka sendiri. Biasanya parentifikasi terjadi pada anak yang orang tuanya memiliki hubungan yang tidak harmonis atau pada anak yang orang tuanya tidak menjalankan peran sebagai orang tua dengan baik, sehingga mau tidak mau si anak harus menanggung tanggung jawab dan berperan sebagai orang tua atau orang dewasa.

Sering kali anak-anak yang tumbuh dengan parentifikasi justru mengasuh orang tuanya, baik secara fisik maupun emosional. Pada akhirnya anak tersebut juga membentuk sebuah kepribadian sesuai harapan orang tuanya, sehingga meningkatkan harga diri orang tua. Anak-anak yang tumbuh dengan proses parentifikasi mengembangkan kepekaan yang luar biasa terhadap kebutuhan orang tua mereka. Terkadang perkembangan ini sampai pada titik di mana anak-anak melebih-lebihkan kebutuhan orang tuanya karena khawatir kepekaannya terhadap kebutuan orang tua akan menurun atau hilang. Proses parentifikasi inilah yang pada akhirnya merusak perkembangan true self seorang anak.

Parentifikasi atau tanggung jawab pada anak cenderung menjadi bermasalah atau disfungsional ketika anak memikul tanggung jawab berlebih untuk anggota keluarga lainnya. Seperti anak pertama yang diberikan tanggung jawab untuk mengurus adik-adiknya, menggantikan peran ibu dan ayah. Sedangkan kedua orang tua mereka sibuk dengan persoalan pribadi masing-masing.

Penelitian yang ada mendukung premis umum bahwa semakin tinggi keterlibatan seorang anak dalam proses parentifikasi dan peningkatan persepsi tentang ketidakadilan, kesepihakan, atau ketidakadilan dalam sistem keluarga merupakan indikasi dari ketidakberfungsian dari sebuah proses parentifikasi itu sendiri.

Peningkatan keterlibatan seorang anak dengan parentifikasi memiliki asosiasi yang besar dengan hasil yang negatif. Artinya, anak yang tumbuh dengan proses parentifikasi cenderung memiliki gejala-gejala negatif pada dirinya seperti kecemasan, depresi, distress psikologis, perasaan malu, gangguan makan, dan penyalahgunaan zat. Di sisi lain, parentifikasi menurut beberapa penelitian juga memiliki dampak yang positif seperti yang dikemukakan oleh Tompkins (2007) dalam penelitiannya bahwa ketika pertukaran peran orang tua dan anak dilakukan sebagai respon keluarga ketika orang tua menghadapi stres yang disebabkan oleh kondisi medis, maka terdapat hal positif yang muncul seperti kedekatan hubungan orang tua-anak dan penyesuaian anak terhadap kondisi medis dalam keluarganya.

Bagaimanapun, mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Jika cara pengasuhan orang tua salah, maka akan memberi dampak buruk pada anak-anak dan memengaruhi kehidupan mereka pada masa yang akan datang. Karena itu, sangat penting untuk mengoreksi kembali pola asuh yang dilakukan para orang tua agar tidak memberi dampak buruk pada masa depan buah hati mereka.