Fenomena mudik dan Hari Lebaran adalah dua hal yang berkaitan. Pasalnya mudik hanya dilakukan saat masyarakat pulang ke kampung halaman pada saat menjelang Lebaran saja. Tak jarang berdesak-desakan dan kemacetan mereka temui selama perjalanan. Walaupun hal tersebut berulang setiap tahunnya, toh mudik tetap dilakukan menjelang lebaran. Menariknya lagi, mudik tidak dilakukan dalam skala kecil melainkan hampir seluruh orang dalam satu negara melakukan kegiatan ini. Lalu apa sebenarnya mudik itu? Bagaimana hal ini menjadi sebuah tradisi di Indonesia? Simak penjelasanya berikut ini:

1. Mudik dalam berbagai bahasa adalah pulang

Dalam bahasa Jawa mudik adalah mulih dilik yang diartikan pulang sebentar. Hal ini mencerminkan pola mudik yang memang para perantau pulang ke kampung halaman dalam beberapa hari saja umumnya antara satu minggu sebelum dan sesudah lebaran. Setelah Lebaran mereka akan kembali ke kota rantau yang dinamakan dengan arus balik. Bahasa Betawi memiliki kata mudik berlawanan dengan kata milir. Milir adalah turunan dari belilir memiliki arti pergi (utara) sedangkan mudik adalah pulang (selatan). Hal ini selaras dengan orang dahulu yang banyak berpindah ke utara khususnya Batavia dan Sunda Kelapa untuk bekerja dan menetap hingga kembali pulang ke kampung halaman saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Maka, istilah mudik dalam Betawi dapat diartikan sebagai menuju selatan atau pulang kampung. Selain itu, Bahasa Arab juga menjelaskan makna dari mudik seperti kata mudik yang berasal dari akar kata adhoo-a yang memiliki arti memberikan cahaya atau menerangi dan menghilangkan. Akar dari kata mudik juga yaitu adzaa-qo yang berarti merasakan atau mencicipi. Jika digabungkan, kata terebut merepresentasikan orang yang kembali pulang untuk memberikan cahaya ke kampung halaman dengan bertemu keluarga maupun kawan lama untuk melepas rindu dan merasakan kembali suasana kampung beserta memori didalamnya.

2. Mudik identik dengan pertumbuhan ekonomi

Pesatnya kemajuan ekonomi dan industri pada tahun 1970-an mengakibatkan banyaknya pendatang yang mencari peruntungan di kota-kota besar. Mereka hanya memeroleh libur panjang saat Lebaran tiba. Hal inilah yang mengakibatkan tradisi mudik menjelang Lebaran semakin mengakar dan tentunya libur panjang tersebut tidak disia-siakan untuk pulang kampung bertemu keluarga.

3. Mudik sebagai aktualisasi diri

Tradisi mudik juga tak lepas dari motivasi kultural yang dibuatnya. Ketika perantau yang bekerja di kota-kota pulang, mereka akan membagi-bagikan sejumlah uang untuk sanak saudara. Hal ini dapat dibaca sebagai upaya aktualisasi diri tentang kesuksesan mereka di tanah rantau. Dari tahun ke tahun, membagi-bagikan uang telah menjadi salah satu tradisi yang semakin menyemarakan Lebaran di Indonesia.

4. Mudik sebagai bagian dari inkulturasi Islam terhadap budaya sebelumnya.

Pada masa sebelum Islam masuk di Indonesia telah berkembang berbagai ritual untuk mengingat Sang Pencipta, seperti ritual menyatukan diri, membersihkan makam, dan ritual untuk keselamatan desa dan sebagainya. Ketika Islam telah memasuki Bangsa Indonesia, ritual ini tidak serta merta dihilangkan, namun mengalami penyesuaian yang menajdi cikal bakal dari tradisi nyekar saat pulang kampung dan mengirim makanan bagi sanak saudata yang umumnya dilakukan sebelum Hari Raya Idul Fitri tiba.

Nah, sekarang sudah ngerti kan kenapa mudik menjadi tradisi yang dilakukan besar-besaran di Indonesia. Selamat mudik semua ya.. jangan lupa bagikan artikel agar kerabat dan kawan-kawan yang lain juga tau awal mula dari tradisi mudik.

Diolah dari berbagai sumber*