Di kelas 5 sekolah dasar, ia bermimpi suatu hari akan dapat melihat buku hasil karyanya sendiri terpajang di toko-toko buku. Di tingkat SMA, ia pernah menulis 16 karangan untuk dipasang di mading sekolah. Siapa sangka, sekitar 3 dekade setelahnya, ia menjadi salah satu penulis Indonesia paling diperhitungkan.

Adalah Dewi Lestari Simangunsong, anak ke-empat dari lima bersaudara, yang lahir dari keluarga pecinta musik. Kakak perempuannya, Key Mangunsong, adalah seorang sutradara, kakak lainnya, Imelda berprofesi sebagai seorang pianis Jazz. Adik bungsunya, Arina, merupakan vokalis dari band Mocca, asal Bandung. Dewi menghabiskan seluruh pendidikan formalnya di kota Bandung. Alumni SMAN 2 Bandung ini, lulus dari Universitas Parahyangan jurusan Hubungan Internasional, di tahun 1998.

Publik mengenalnya pertamakali ketika ia tergabung dalam grup trio wanita Rida Sita Dewi di tahun 90-an. Beberapa hits terlahir menemani tumbuh kembangnya anak 90-an dari mereka, seperti antara kita, masih ada, dan satu bintang di langit kelam. Dewi sendiri sebelum bergabung di trio tersebut, sudah aktif menjadi penyanyi latar untuk Iwa K, Java Jive, Chrisye, dll.

Pasca Rida Sita Dewi hiatus, Dewi hanya terdengar kabarnya ketika menikah dengan penyanyi Marcel Siahaan di tahun 2003. Dikaruniai satu anak laki-laki bernama Keenan, pasangan ini akhirnya bercerai lima tahun setelahnya. Dewi menikah kedua kalinya kepada Reza Gunawan, di tahun 2008, dan memiliki seorang anak perempuan, Atisha.

Masyarakat Indonesia banyak memuji keluarga Dewi Lestari dan hubungannya dengan mantan suaminya, Marcel, yang sampai hari ini baik-baik saja. Dewi dan Rima Melati (istri Marcel sekarang), bahkan sering terlihat berbalas komentar di instagram. Anak-anak mereka pun sering terlihat akur bermain bersama.

Tahun 2011, masyarakat pembaca di Indonesia disapa oleh seorang penulis dengan nama pena Dee, yang tak lain adalah Dewi Lestari. Di tahun itu, ia menerbitkan sebuah novel secara indie, yang kerennya langsung terjual ludes sebanyak 7 ribu kopi hanya dalam waktu kurang dari 14 hari. Novel tersebut berjudul Supernova : Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (KPBJ). Novel yang menggabungkan fiksi dan sains ini tidak mudah dipahami orang kebanyakan, bahkan dinilai ketinggian untuk beberapa lainnya. Pun begitu, KPJB dianggap sebagai salah satu novel cerdas yang membawa warna baru bagi dunia sastra dan fiksi.

Berturut-turut setelahnya; Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014) dan Intelijensi Embun Pagi (2016), melengkapi rangkaian perjalanan serial Supernova. Buku ke-enam, Intelijensi Embun Pagi, memenangi IKAPI Book of The Year 2016, dan Dee dianugerahi gelar penulis favorit anugerah pembaca tahun 2016. Hingga hari ini serial Supernova masih tetap menjadi buku-buku best seller, dan semakin mengukuhkan Dee sebagai salah satu penulis Indonesia yang paling dinantikan karya-karyanya.

Selain Supernova series, Dee juga menulis sejumlah novel lain seperti Filosofi Kopi (2006), Rectoverso (2008), Perahu Kertas (2009), Madre (2011), dan Kepingan Supernova (2017).

Karya-karya Dee, sebagian sudah difilmkan dengan judul sama. Tercatat dua film yang diadaptasi dari novel Dee, yang paling disukai penonton; Filosofi kopi dan Perahu Kertas. Dalam Filosofi Kopi, Chiccho Jericho dan Rio Dewanto menjadi dua karakter dari cerita Dee, pemilik sebuah kedai kopi jadul yang mencoba bertahan di tengah belitan utang.

Sementara Perahu Kertas, membuat Maudy Ayunda dan Adipati Dolken, menjadi salah satu pasangan yang paling difavoritkan penonton. Kisah Kugy yang serampangan dan Keenan yang misterius, dan bagaimana cinta mereka bersatu dinilai sebagai salah satu kisah cinta paling romantis. Lucunya, nama anak pertama Dee, diambil dari tokoh Keenan di kisah ini. Dalam bukunya, Dee pernah mengatakan bahwa Perahu Kertas adalah novel yang paling lama ia kerjakan, sebab idenya sendiri sudah ia punyai saat masih kuliah (termasuk nama Keenan untuk diberikan pada karakternya).

Kreativitas Dee tidak hanya sampai di situ, karena ia juga menciptakan banyak lagu untuk dijadikan sound track film-filmnya.

Keseharian Dee dapat diintip di instagramnya @dee, dimana ia sering berbagi cerita mengenai dunia menulis, keluarga, dan hobinya memasak.

Awal tahun 2018, Dee mengumumkan bahwa ia sedang menggarap novelnya yang ke-12, berjudul Aroma Karsa.

Uniknya, novel ini diterbitkan terlebih dahulu, secara berkala sebagai buku digital. Dee berkeinginan membangkitkan kembali kenangan ketika ia dulu sering menanti-nantikan cerita bersambung (cerbung) di majalah remaja kesayangannya.

Pertengahan Maret 2018, Aroma Karsa, diterbitkan secara cetak dan siap diadopsi para pembaca yang sudah tak sabar menantikan karya Dee yang baru. Novelnya sendiri berkisah tentang seorang pemuda bernama Jati Wesi, yang dianugerahi penciuman luar biasa, hingga bisa mendeteksi segala macam aroma dan mengklasifikasikannya.

Menarik sekali, kan? Sudahkah kamu membeli bukunya?