Rasa sedih, kecewa dan sakit hati adalah energi negatif yang apabila dipendam akan menjadi racun dalam tubuh. Akan tetapi, racun ini akan menghilang bersamaan dengan mengeluarnya air mata pada saat kita menangis. Menangis adalah sifat alamiah yang kita keluarkan pada saat mendapati bahwasannya kenyataan dengan apa yang kita harapkan tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi ataupun bisa juga karena bentuk tangisan haru dan bangga atas hasil yang telah kita capai.

Semua orang di dunia hampir 100% pernah meneteskan air mata entah itu karena sedih ataupun karena haru bahagia. Perilaku ini adalah perilaku manusiawi, sebab tidak ada orang yang tidak menangis. Menangis juga memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, di antaranya.

1. Melepaskan stres.

Hormon stres akan turut dikeluarkan bersamaan dengan air mata saat sedang menangis. Racun lainnya yang menumpuk saat mengalami stres juga turut dikeluarkan. Tidak hanya itu, studi lain menunjukkan bahwa menangis dapat merangsang hormon endorfin yang merupakan pembunuh rasa sakit alami yang dapat membuat Anda merasa lebih baik

2. Meningkatkan mood.

Manfaat menangis dapat menurunkan kadar mangan dalam tubuh seseorang. Pada dasarnya, mangan yang berlebih dalam tubuh akan memengaruhi suasana hati, seperti perasaan cemas, gelisah, dan gangguan-gangguan emosi lain. Terutama untuk air mata yang dipicu oleh emosi, di dalamnya terkandung protein albumin lebih tinggi yang bermanfaat untuk membawa molekul-molekul kecil.

3. Melegakan perasaan.

Banyak orang yang mengakui merasa lebih baik setelah menangis. Apalagi bagi mereka yang sedang frustrasi, berkabung, dan mengalami hari yang buruk.

4. Membantu melalui situasi yang sulit.

Manfaat psikologis dari menangis adalah meningkatkan suasana hati dan membantu Anda menghadapi situasi yang menyulitkan atau menyakitkan.

Laki-laki menangis? Kenapa nggak?

Menangis merupakan hal yang wajar bagi perempuan, dan diidentikkan dengan kaum wanita. Begitu melekatnya pandangan ini di masyarakat hingga membuat kaum lelaki enggan untuk menyalurkan emosinya melalui menangis. Hal ini dinamakan streotip gender. Stereotip gender adalah keyakinan tentang perilaku apa yang tepat untuk pria dan wanita. Keyakinan-keyakinan tersebut dibentuk oleh masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa laki-laki harusnya sebagai seseorang yang kuat, pemberani, macho. Melalui streotip tersebut yang menjadikan lelaki enggan untuk menyalurkan emosinya melalui menangis sebab dengan menangis laki-laki takut dianggap lemah, cengeng dan di cap feminim. Padahal menangis memiliki berbagai manfaat yang baik untuk kesehatan, seperti yang disebutkan di atas.

Apa akibatnya jika laki-laki menghindari menangis?

Akibat yang dapat ditimbulkan bila laki-laki terus menghindar dari menangis maka mereka akan mencari cara lain untuk meluapkan emosinya. Laki-laki akan bertindak sesuai dengan apa yang diyakini oleh masyarakat yang mengharuskan mereka sebagai seorang yang kuat. Karenanya, banyak laki-laki yang menyalurkan emosinya melalui kekerasan. Dengan begitu, pihak yang dianggap lemahlah yang akan terkena dampaknya, seperti perempuan dan anak-anak. Faktanya menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, angka kekerasan terhadap perempuan di Jakarta cukup tinggi. Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta melaporkan dari Januari hingga November 2018, tercatat ada 1.672 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Di bulan November saja, ada 162 kasus.

Melihat hal tersebut, maka mari kita kurangi streotip gender laki-laki mengenai menangis. Menangis bukanlah tanda kelemahan. Menangislah jika kamu memang ingin menangis. Tidak perlu malu atau takut diejek lemah karena menangis adalah hal wajar dilakukan. Rasa sedih, sakit, gundah gulana, menangis semua ini adalah reaksi alami dari tubuh manusia. Janganlah mengalihkannya pada kekerasan ataupun mengabaikan perasaan negatif tersebut. Mengabaikan perasaan negatif justru dapat membuat perasaan tersebut menumpuk dalam benak yang dapat memicu kecemasan dan depresi. Alhasil, bendungan perasaan negatif tersebut justru menghalangimu melakukan rutinitas sehari-hari.