Sudah berkali-kali ganti channel atau pun platform berita, namun sepertinya topik-topik negatif tertentu memang tengah hangat dibahas. Jadi, walaupun sudah menghindari, eh, beritanya yang datang ke kita. Kalau tidak dari media, ya dari obrolan teman-teman sejawat maupun orang-orang di kedai kopi.

Kalau viral adalah hasil dari permintaan atau minat audience yang tinggi, berarti orang-orang suka baca berita yang negatif,dong?

Loh, kenapa malah suka sama berita jelek sih?

Ternyata ada temuan ilmiah untuk itu. Berikut adalah penjabarannya.

Kenapa ada berita negatif?

Ternyata, pembaca ataupun penikmat berita negatif lebih banyak peminat daripada berita positif.Dalam sebuah studi oleh Mc Adams & Soroka yang bertajuk News, Politics, and Negativity, menemukan bahwa penjualan majalah meningkat signifikan 30% ketika cover depannya menunjukkan informasi yang negatif daripada positif.

Soroka (2014) dalam studinya Consumer Demand for Cynical and Negative News Framesmenyatakan bahwa manusia secara neurologis atau fisiologis cenderung berfokus pada informasi negatif karena potensi risiko dari berita negatif jauh lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari berita positif.

Ini disebabkan karena manusia lebih memilih berjaga-jaga agar tidak terjadi hal buruk daripada tetap tenang dengan keadaannya yang baik-baik saja.

Jadi memang meskipun kita menginginkan berita positif, tapi karena kecenderungan yang sudah dijelaskan di atas, pada akhirnya masih juga memilih membaca berita yang cenderung negatif.

Sekarang, sudah tahu kan kenapa berita negatif bisa sedemikian menyebar dibandingkan berita-berita positifwalaupun positivitas adalah baik untuk kita?

Semoga artikel ini dapat menambah informasi untuk kamu.