Kehidupan selebritas selalu menarik untuk diberitakan dan tentu saja banyak diminati masyarakat sehingga menghasilkan berita yang menarik ditayangkan di berbagai media, termasuk media online. Selebritas secara sederhana adalah orang orang yang populer di bidang tertentu dan tidak pernah luput dari sorotan media massa. Kabar mengenai kehidupan mereka senantiasa menghiasi pemberitaan, khususnya situs hiburan di media online. Termasuk pemberitaan terkait kematian selebritas, terlebih yang meninggalnya terkesan secara mendadak, dan diketahui tidak ada pemberitaan mengenai sakit sebelumnya.

Umumnya, sejak merebaknya kabar kematian seorang selebritas, pemberitaan di berbagai media, termasuk media online serempak akan memberitakan kabar ini sebagai berita utama. Pemberitaan terkait kematian selebritas akan berlangsung sampai beberapa minggu ke depannya. Fenomena ini tampak ketika tiga orang selebritas Indonesia meninggal dunia dalam kurun waktu empat bulan terakhir.

Tercatat, pada awal bulan Februari, Ashraf Sinclair, seorang bintang sinetron sekaligus suami penyanyi terkenal Bunga Citra Lestari yang meninggal secara mendadak. Kemudian, awal bulan April, seorang penyanyi pria Indonesia yang terkenal dengan lagu lagu romantisnya, Glen Fredly juga dikabarkan meninggal dunia tanpa ada pemberitaan sakit sebelumnya. Terakhir, pada awal bulan Mei ini, penyanyi campur sari yang dikenal dengan sebutan The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot, meninggal dunia juga terkesan mendadak, tanpa ada pemberitaan sakit sebelumnya.

Menariknya, pemberitaan kabar kematian para selebritas tersebut menyebabkan masyarakat berduka. Beberapa menit setelah kabar kematian selebritas dipublikasikan, linimasa media sosial dipenuhi oleh foto maupun video mengenai selebritas tersebut. Tidak sedikit masyakat yang bahkan tidak mengikuti kiprah selebritas tersebut, ikut berkabung karena kabar kematian tersebut. Berbagai ucapan belasungkawa dan rasa kehilangan datang dari masyarakat.

Apa yang menjadi alasan masyarakat berduka atas kematian selebritas yang (bahkan) tidak mengenal mereka? Hal inilah yang dikenal dengan istilah interaksi parasosial. Sebuah istilah yang awalnya dikemukakan oleh Horton dan Wohl (1956) untuk menjelaskan interaksi yang berbeda antara pengguna media massa dengan tokoh media, di mana pengguna berperilaku seolah-olah mereka terlibat dalam sebuah hubungan pertemanan (sosial). Dengan kata lain interaksi parasosial mengacu pada hubungan psikologis yang dialami penonton yang menganggap selebritas yang ada di media sebagai teman, meskipun interaksinya terbatas.

Interaksi parasosial menumbuhkan rasa kebersamaan dan kenikmatan sosial. Terlebih di era media sosial, interaksi bisa semakin intens karena bisa langsung berkomunikasi dengan idolanya secara virtual. Kedekatan virtual di antara penonton dan selebritas dipengaruhi oleh gencarnya pemberitaan terkait selebritas di berbagai media termasuk media sosial. Dalam hal ini media membangun citra selebritas, sebaik dan sedekat mungkin dengan masyarakat termasuk kesehariannya dan cara berpikirnya. Sehingga dapat menciptakan ilusi terkait sifat dan karakter selebritas yang diidolakan.

Itulah sebabnya, ketika selebritas yang menjadi idola di media meninggal, masyarakat pun merasa kehilangan. Hal ini bisa disebabkan selain karena interaksi parasosial yang telah mereka bangun selama ini, juga dikarenakan masyarakat kerap terpapar pemberitaan dan kabar tentang selebritas di media massa.

Masyarakat menganggap selebritas sebagai sosok teman yang spesial dan simbol ketenaran, kemakmuran, atau bahkan keunikan. Sehingga bila teman mereka meninggal, maka masyarakat merasa sudah kehilangan satu hal yang spesial.Masyarakat pun lalu mencoba menunjukkan betapa spesialnya selebritas sebagai teman dengan mengungkapkan banyak hal tentang karya mereka. Oleh karena pada dasarnya, menurut sejumlah penelitian terkait interaksi parasosial, menunjukkan bahwa interaksi parasosial dimungkinkan apabila individu merasa kesepian. Kesepian bisa disebabkan karena mereka bukan pribadi yang mudah menjalin interaksi dengan orang baru atau mereka mudah gugup dalam berinteraksi dengan orang lain.