Dikutip dari artikel Kompasiana yang ditulis oleh Maria G Soemitro, kabar mengenaskan datang dari Kota Bandung. Seorang pengangkut sampah yang sedang bertugas tewas akibat tidak sengaja menginjak tusuk sate. Kejadian nahas tersebut menimpa Wawan, salah seorang pengangkut sampah yang tengah bertugas beberapa waktu lalu yang kini telah pergi meninggalkan istri, anak, serta cucu-cucunya.

Injak tusuk sate, petugas pengangkut sampah ini meninggal dunia

Perlu diketahui, Wawan merupakan pengendara motor sampah (mosam) yang membawa sampah untuk dipindahkan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Jalan Pahlawan. Sebelum kecelakaan terinjaknya tusuk sate yang menyebabkannya meninggal, kecelakaan serupa juga kerap menimpa Wawan dan sesama rekan kerjanya yang sering bertugas. Seperti rentan terkena paku, pecahan beling, serta benda-benda tajam lainnya akibat sampah-sampah yang tidak terpilah. Demi mencari sesuap nasi dengan menjalankan beratnya tugas, risiko pekerjaan yang sangat besar tersebut seolah-olah terlupakan oleh para pengangkut sampah yang salah satu diantaranya telah kehilangan nyawa.

Injak tusuk sate, petugas pengangkut sampah ini meninggal dunia

Bukan semata-mata karena tak sengaja menginjak tusuk sate, rupanya penyebab terbesar dari kecelakaan tersebut akibat terdapatnya bakteri penyebab tetanus yang bersarang pada tusuk sate yang diinjak Wawan yang kemudian menyebabkan rusaknya sistem saraf dan pada akhirnya menghantarkan Wawan berpulang pada Sang Khalik.

Musibah dan kematian Wawan lebih mudah terdeteksi berkat kawasan tempat almarhum bertugas merupakan binaan komunitas, organisasi, dan pemerintah Kota Bandung dalam mewujudkan zero waste city.

Lalu, hal apa yang bisa dipelajari oleh semua pihak dari kejadian tersebut agar tidak terulang kembali?"Mereka yang membuang sampah tanpa terpilah, berarti menghina petugas sampah", kata Direktur YPBB Bandung, David Sutasurya. Pernyataan tersebut dengan jelas menegaskan bahwa semua masyarakat mulai sekarang harus mengubah cara membuang sampah dengan membuang secara terpilah.

Gun Gun Saptari selalu Direktur PD Kebersihan Kota Bandung pun menuturkan bahwa Alat Pelindung Diri (APD) wajib digunakan petugas sampah. Sebab musibah yang dialami Wawan jug berkaitan dengan tidak dipakainya APD. Sepatu boot yang disediakan wajib dipakai, bukan memakai sandal. Apa pun alasannya, seperti yang dikatakan petugas sampah lain, APD sering kali diabaikan karena ribet, panas, tidak nyaman, dan menghalangi gerak. Para pemilik profesi harus tahu bahaya jika tidak menggunakan APD. Selain ancaman bakteri penyebab tetanus, jamur kuku juga akan mengintai anggota tubuh yang tidak berpelindung. Tidak lupa juga diberikan Pelatihan Petugas Sampah. Hal tersebut yang membuat profesi ini sering diabaikan, bahkan oleh sang pemilik profesi bawasanya APD dan Pelatihan Petugas Sampah merupakan komponen penting.

Pada Sabtu, 14 September 2019, 21 komunitas dan organisasi lingkungan menyerahkan dana sebesar Rp 39.352.351 kepada Yani, istri almarhum Wawan berkat galangan dana yang terkumpul sejak akhir Juli hingga awal September melalui situs fundraising, kitabisa.com.

Kejadian tersebut merupakan peringatan keras bagi masyarakat umum serta para petugas pengangkut sampah agar tidak terjadi lagi musibah nahas tersebut.

Terima kasih telah membaca artikel ini. Salam hangat!