7 Hormon yang bergejolak saat kamu sedang dimabuk asmara foto: powerofpositivity.com

Setiap orang pasti pernah merasakan jatuh cinta, karena pada dasarnya jatuh cinta merupakan sebuah mekanisme alami bagi manusia untuk menemukan pasangannya. Bagi orang yang sedang dimabuk asmara, berbagai perasaan campur aduk silih berganti mewarnai hari-hari. Ada rasa bahagia, berbunga-bunga, berdebar-debar, cemas, bersemangat, keberanian meningkat, dll.

Semua peristiwa yang terjadi ketika seseorang jatuh cinta, mulai dari pertemuan pertama yang menggetarkan jiwa hingga akhirnya dirayakan dalam sebuah ikatan atas nama cinta, sesungguhnya tidak lepas dari peran hormon-hormon yang bekerja dalam tubuh. Bahkan bisa dikatakan bahwa hampir semua rangkaian peristiwa jatuh cinta itu merupakan hasil kerja dari hormon-hormon tersebut.

Untuk mengetahui dan memahami jenis dan peran hormon dalam tubuh saat seseorang jatuh cinta, berikut ini penjelasannya.

1. Feromon

Feromon berasal dari kata phero (pembawa) dan mone (sensasi). Feromon adalah suatu zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin makhluk hidup untuk mengenali individu lain di luar dirinya. Feromon bersifat tak kasat mata, tidak dapat dirasakan oleh indra manusia dan mudah menguap. Ketika terhirup, feromon akan diteruskan ke hipotalamus (bagian otak yang mengatur emosi). Feromon inilah yang disinyalir berperan dalam timbulnya ketertarikan dengan lawan jenis yang dalam bahasa manusianya disebut dengan jatuh cinta.

Pada awalnya feromon hanya ditemukan pada binatang, tetapi pada penelitian selanjutnya, ditemukan bahwa feromon juga terdapat pada manusia. Feromon pada manusia dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada ketiak, telinga, hidung, mulut, kulit, dan kemaluan.

2. Hormon PEA (Phenyl Etil Amine)

PEA inilah yang paling berperan dalam menumbuhkan cinta. PEA merupakan semacam amphetamine yang diproduksi oleh tubuh dari hasil sekresi melalui sistem saraf dan aliran darah yang menciptakan respon yang setara dengan narkotika. PEA ini berperan dalam membuat jantung berdebar-debar, tangan berkeringat, dan hati merasakan kegembiraan ketika bertemu dengan orang yang dicintai.

3. Hormon Dopamin

Hormon dopamin berperan dalam sistem keinginan dan kesenangan sehingga meningkatkan rasa senang. Pada orang yang sedang jatuh cinta, dopamin berperan dalam menghadirkanenergi besar, kegembiraan, hilangnya selera, meningkatkan aktivias mental, menunda rasa lelah, menurunkan kebutuhan tidur, dan meningkatkan fokus perhatian. Itulah sebabnya orang yang jatuh cinta mempunyai energi yang luar biasa, berkurangnya kebutuhan tidur dan makan, dan keberanian mengambil resiko yang tinggi, walaupun sebenarnya ia seorang penakut.

4. Hormon Norephineprine (NE)

Hormon ini mempunyai efek yang hampir sama dengan dopamin dan juga adrenalin, yaitu menimbulkan efek mempercepat aliran darah, mengobarkan semangat, dan membuat seseorang lebih energik serta gembira. Itulah sebabnya orang yang jatuh cinta merasa berdebar-debar. Di samping memberikan rasa gembira, norepinephrine juga dapat memberikan perasaan tenang dan nyaman saat berada dekat dengan orang yang dicintai.

5. Hormon Serotonin

Hormon serotonin merupakan hormon yang terkait dengan munculnya obsesi. Ketika seseorang jatuh cinta, hormon serotonin akan menurun. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi terobsesi dengan orang yang dicintainya, wajahnya selalu terbayang-bayang di kepala. Keadaan otak terkait dengan kadar serotonin pada orang yang sedang jatuh cinta itu mirip dengan keadaan orang yang mengalami gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder).

6. Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin adalah hormon yang secara luas dipercaya dapat membuat seseorang menjadi lebih empati dan pengertian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hormon inilah yang menyebabkan munculnya ikatan emosi yang kuat, hubungan yang erat, dan kasih sayang. Maka tidak heran jika dua orang yang saling mencintai akan menjadi lebih sayang dan mempunyai ikatan emosi yang kuat pada pasangannya.

7. Hormon Vasopressin

Hormon Vasopressin berpengaruh terhadap perilaku sosial pada pasangan. Hormon ini dilepaskan setelah terjadi hubungan seksual. Pada mamalia yang bersifat monogami, vasopressin berperan pada pembentukan komitmen jangka panjang terhadap pasangan.