Jika anaksecara tidak sengaja buang air besar di celana, bisa jadi ia mengalami kondisi yang disebut enkopresis. Enkopresisi biasanya terjadi pada anak-anak yang melewati usia toilet training, yakni usia di mana anak sudah bisa buang air besar di toilet.

Pada dasarnya anak-anak mencapai kontrol buang air besar dalam usia yang berbeda-beda. Maka dari itu para ahli medis tidak menganggap BAB di celana merupakan kondisi medis, kecuali anak berusia minimal 4 tahun.

Di Amerika Serikat, ada sekitar 1-2 persen anak-anak di bawah 10 tahun yang mengalami enkopresis. Selain itu enkopresis lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, yakni sekitar 80 persen.

Enkopresis sdisebabkan karena kelainan anatomi atau penyakit kongenital (bawaan lahir). Dalam sebagian besar kasus, kondisi enkopresis berkembang sebagai akibat dari sembelit kronis. Kebanyakan anak dengan kondisi enkopresis diawali dengan kondisi susah air besar hingga terasa menyakitkan. Kondisi ini dapat terjadi jauh sebelum anak mengalami enkopresis.

Seiring berjalannya waktu anak menjadi enggan untuk buang air besar dan cenderung menahannya untuk menghindari rasa sakit. Padahal menahan buang air besar akan menjadi kebiasaan yang menetap lama setelah mengalami sembelit.

Berikut ini merupakan penyebab lain yang dapat memengaruhi terjadinya enkopresis.

1.Akibat tinja yang terus-menerus menumpuk dalam usus besar (kolon) anak sehingga usus besar kadang-kadang melebar. Kondisi ini juga dapat disebut megakolon.

2.Jika usus besar melebar dalam ukuran lebih besar, maka anak akan kehilangan dorongan alami untuk melakukan gerakan usus. Sehingga pada akhirnya tinja terbentuk di tempat yang lebih awal dari seharusnya, hingga terbentuklah tinja yang lebih keras ke rektum dan kemudian bocor keluar dari anus (tepat di mana usus besar terbuka dari rektum ke luar tubuh).

3.Pada awalnya tinja yang bocor hanya dalam jumlah yang kecil sehingga menyebabkan terbentuknya garis-garis kecil pada pakaian dalam anak. Dalam kondisi ini, kebanyakan orang tua menganggap anak hanya tidak membersihkan atau menyeka anusnya dengan benar setelah buang air besar dan tidak memusingkan kondisi ini.

4.Lama-kelamaan kemampuan anak untuk menahan tinja pun menurun sehingga semakin banyak terjadi kebocoran tinja dan pada akirnya anak buang air besar di celana.

Seiring waktu, anak-anak dengan enkopresis akan mengalami gangguan koordinasi otot usus. Dalam sebagian kasus, kontraksi otot spincter anus lebih longgar ketika anak mencoba untuk mendorong gerakan usus. Hal ini nantinya akan menyebabkan terganggunya koordinasi fungsi otot yang menyebabkan tinja tertahan. Kondisi ini sering disebut dengan kontraksi anismus atau kontraksi paradoksal dari lantai pelvis untuk defikasi.