Berbagai sisi kehidupan mengalami perubahan dalam rangka beradaptasi dengan New Normal setelah pandemi Covid-19 ini datang, tidak terkecuali industri musik Indonesia. Konser musik livekini hadir dalam kemasan digital dengan tajuk virtual music concert.

Jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda dan konsep virtual music concert tercipta, beberapa orang memilih untuk menghadiri pertunjukan atau konser musik secara langsung sebagai salah satu aktivitas yang dilakukan untuk menghabiskan waktu luang atau mengisi weekend. Beberapa orang lainnya merasa bahwa mendengarkan musik cukup hanya sebatas mendengarkan lagu dan menikmati music video-nya saja. Lantas, apa saja faktor yang memotivasi seseorang untuk sampai pada keputusan menonton konser musik secara live?

Brown dan Knox (2017) dalam jurnal berjudul Why Go to Pop Concerts? The Motivations Behind Live Music Attendance melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang apa saja faktor yang memengaruhi beberapa pendengar untuk menghadiri konser musik secara langsung. Penelitian yang dilakukan Brown dan Knox ini melibatkan 249 partisipan yang terdiri dari 112 pria dan 137 wanita dengan rata-rata usia 26 tahun. Sebanyak 62% partisipan berdomisili di UK sedangkan sisanya berasal dari Amerika Utara, Eropa, Australasia, dan Asia. Brown dan Knox memberikan pertanyaan yang bersifat open-ended untuk dijawab oleh para partisipan secara daring.

Brown dan Knox merangkum respon partisipan menjadi empat tema besar terkait motivasi pendengar untuk melakukan pembelian tiket konser. Apa saja keempat alasan tersebut?

1. Experience.

Sebagian besar partisipan (46,2%) mengungkapkan bahwa alasan paling mendasar yang membuat mereka tergerak untuk menonton konser musik secara live adalah bagaimana uniknya pengalaman (experience) menonton konser secara langsung itu sendiri. Menonton konser musik secara live dinilai mampu memberikan kesempatan bagi fans untuk memerhatikan bagaimana musisi favorit mereka menunjukkan keahlian musiknya secara lebih dekat. Biasanya, alasan inilah yang turut memengaruhi keputusan fans untuk menonton konser musik live selanjutnya; ketika ada project yang baru dirilis, fans tipe ini akan cenderung untuk datang menonton konser sang musisi kembali.

Partisipan juga menyebutkan bahwa menonton konser musik live dapat meningkatkan peluang bagi mereka untuk bertemu atau bahkan bertukar sapa dengan musisi favoritnya. Beberapa partisipan lain menceritakan bahwa mereka memilih untuk menghadiri konser musik secara live untuk memanfaatkan kesempatan yang ada mengingat peluang bagi sang musisi favorit untuk mengadakan tur atau konser di lain waktu akan kecil. Masih berhubungan dengan alasan pengalaman, partisipan juga memilih untuk menonton konser musik live karena ingin menyaksikan bagaimana tatanan visual yang akan disajikan di konser.

2. Engagement.

Alasan kedua yang banyak diungkapkan partisipan (28,4%) dan cukup berhubungan dengan alasanexperience adalah keinginan mereka untuk merasakan keterlibatan di dalam konser itu sendiri. Tema engagement ini turut memberikan kita insight tentang konteks sosial dari konser musik live. Partisipan mengungkapkan bagaimana mereka menikmati atmosfir yang terbangun ketika dapat terhubung dan berbagi pengalaman yang sama dengan penonton lain melalui musik. Partisipan menilai bahwa keterlibatan diri mereka dalam konser musik live juga menjadi usaha untuk merawat hubungan dengan sang musisi favorit dan komunitas fans itu sendiri; melalui konser musik live mereka berusaha menunjukkan apresiasi terhadap musisi favoritnya.

Meski tidak banyak, ada pula partisipan yang mengungkapkan aspek emosional sebagai alasan mereka untuk menghadiri konser musik live, misalnya menonton konser musik live membuat mereka merasa rileks atau merasa senang. Para pakar dalam bidang Psikologi telah melakukan sejumlah penelitian tentang bagaimana menonton acara musik memiliki banyak pengaruh positif bagi diri. Weinberg dan Joseph (2016) dalam jurnal If Youre Happy and You Know It: Music Engagement and Subjective Wellbeing menemukan dalam penelitiannya bahwa individu yang terlibat dalam musik, seperti dengan menghadiri acara musik, memiliki tingkat kesejahteraan (subjective well being) yang tinggi.

3. Novelty.

Sebanyak 13,9 % partisipan menceritakan bahwa alasan mereka menonton konser musik live adalah karena penasaran dengan unsur-unsur baru atau berbeda dari sajian musik secara live. Mereka ingin menyaksikan bagaimana sang musisi membawakan lagu favorit mereka dengan versi yang berbeda dari versi rekaman. Beberapa partisipan mendeskripsikan secara spesifik, misalnya ingin mendengarkan kualitas suara musisi secara live, ingin mendengarkan lagu favorit mereka jika dibawakan dengan versi akustik, ingin mendengarkan lagu-lagu yang belum pernah dibawakan musisi selama manggung, hingga ingin mendengarkan bagaimana musisi favorit meng-coverlagu milik musisi lain. Partisipan juga mengungkapkan bagaimana konser musik live mampu memberikan kesempatan untuk mengeksplor hal-hal baru, misalnya mendapatkan referensi musik baru dari supporting/opening acts (musisi yang mengawali/membuka konser dari musisi utama).

Pitts (2014) dalam jurnal Musical, Social and Moral Dilemmas: Investigating Audience Motivations to Attend Concerts berpendapat bahwa menjadi penonton konser musik live sebenarnya memiliki risiko emosional dan finansial karena performance musik secara live dapat saja mengecewakan, venue acaranya mungkin tidak seindah itu, bangku penonton bisa saja tidak nyaman, atau pemandangan penonton mungkin saja terhalang oleh penonton lain yang berada di depannya. Alasan novelty ini menunjukkan sisi optimisme fans terhadap ketidakpastian yang selalu menyertai keberlangsungan konser musik live karena kualitas dari konser musik liveyang baru dapat dinilai setelah acaranya diikuti sampai selesai.

4. Practical.

Alasan terakhir yang disampaikan beberapa partisipan penelitian adalah hal-hal practical (11,6%). Alasan practical ini cukup dapat menggambarkan bagaimana penonton sebenarnya memiliki decision making yang jelas, bukan hanya melakukan pembelian secara impulsif. Beberapa partisipan secara spesifik menceritakan bahwa mereka datang ke konser musik live agar dapat membeli merchandise dari musisi favoritnya, beberapa partisipan lagi cenderung memilih untuk menabung agar dapat membeli tiket konser musik live di kemudian hari.

Terlepas dari konser musik yang sudah banyak disajikan secara digital dengan bantuan berbagai kecanggihan teknologi, Harper (2015) dalam jurnal Aura, iteration and action: digital technology and the jouissance berpendapat bahwa konser musik digital membatasi penonton untuk merasakan pengalaman yang tak terduga, tidak bisa terulang, dan unik. Beberapa peneliti bersuara serupa dengan berpendapat bahwa meskipun konser yang dimediasi oleh teknologi bisa menghadirkan dimensi waktu (now) dari konser live, tetapi konser virtual sebenarnya kehilangan dimensi ruang (here) yang dimiliki konser live.

Tentunya, pembahasan ini bukan bertujuan untuk menjadi alasan rasionalisasi agar kita, sebagai penonton konser, tidak merasa bersalah ketika ingin melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak memiliki urgensi tinggi, seperti menghadiri konser musik live di masa pandemi. Meskipun pengalaman menonton konser musik live menyajikan banyak memori yang mengesankan, kita sebaiknya tetap ingat bahwa masih ada hal-hal yang lebih dapat diprioritaskan, yaitu kesehatan dan kesejahteraan kita bersama.

Di sisi lain, kita masih dapat menunjukkan apresiasi dan dukungan kepada musisi favorit kita beserta seluruh pekerja di bidang seni, misalnya dengan menghadiri konser musik virtual dan streaming lagu atau music videoyang dirilis di berbagai platform streamingmusik online. Mari berdoa agar pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir dan kita bersama-sama bisa menyaksikan musisi favorit kita kembali mengadakan acara musik secara live!