Dilansir dari Kompas, puluhan orang mendatangi Mapolres Metro Bekasi, pada hari Selasa, 13 Februari 2018, dini hari. Mereka melaporkan dugaan penipuan melalui media sosial, grup WhatsApp arisan online "Mama Yona". Para korban melaporkan ketua arisan berinisial DCY yang diduga melakukan penipuan dan penggelapan dana arisan hingga Rp 15 miliar.

Grup arisan tersebut mengiming-imingi anggota dapat meraih keuntungan 50 persen. Caranya menyetorkan sejumlah uang ke rekening pelaku. Nominal yang disetorkan kepada pelaku, beragam, mulai jutaan hingga puluhan juta rupiah. Jumlah korban diperkirakan ratusan orang dengan domisili hingga di luar Bekasi (Nugroho, 2018)

Tak hanya di Bekasi yang modusnya menggunakan media sosial WhatsApp, di Jambi pun terjadi kasus penipuan dengan modus arisan online juga yang menggunakan media sosial Facebook. Korban bernama Arianti, warga kota Jambi yang mengalami kerugian belasan juta rupiah akibat tertarik ajakan pelaku. Modus awal pelaku adalah berteman di media sosial melalui facebook dengan korbannya. Selanjutnya, pelaku menuliskan di akun facebooknya, bahwa dirinya membuka arisan online dengan menjanjikan keuntungan yang cukup besar dengan keuntungan senilai 50 hingga 100 persen, sehingga korban tergiur mengikuti investasi kepada sang pelaku (Mairiadi, 2018).

Kasus-kasus diatas adalah beberapa contoh dari sekian banyak penipuan dengan modus arisan atau investasi online. Selain dengan di iming-imingi mendapatkan keuntungan yang sangat besar 5 hingga 100 persen. Sebenarnya, apasih yang membuat konsumen percaya dan ingin melakukan investasi secara online, walaupun investasi tersebut belum jelas kebenarannya?.

Schiffman dan Kanuk (2010) menjelaskan bahwa consumer behavior atau perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Amstrong, Kotler & da Silva (2006) menjelaskan bahwa konsumen dalam memilih barang untuk pemenuhan kebutuhannya di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah: a) faktor sosial yang didalamnya terdapat group, family influence, roles and status, b) faktor personal yang didalamnya terdapat economic situation, lifestyle, personal and self consept, age and life cycle stage, dan occupation, c) faktor psikologi yang didalamnya terdapat motivation, perception, learning, dan belief and attitude, dan d) faktor kultural yang didalamnya terdapat subculture dan social class (Budiyanto, 2014).

Dijelaskan juga bahwa faktor-faktor diatas berperan dalam keputusan pembelian konsumen untuk membeli atau menggunakan produk (Semuel, 2009). Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk & da Silva (2006) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.

2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.

3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Blackwell, dkk, 2001).

Dari faktor-faktor konsumen memilih produk dan 3 proses keputusan pembelian tersebut, memang sangat berpengaruh terhadap mudah tergiurnya konsumen dengan penawaran investasi online yang sedang marak saat ini. Dengan adanya faktor sosial, faktor personal, faktor psikologi dan faktor kultural, yang mungkin dapat membuat kita mengkonsumsi suatu produk, hendaknya kita tetap hati-hati dan waspada terhadap suatu produk atau jasa yang ingin kita gunakan. So, Be a Smart Consumer ya, guys!