"Gnothi Seauton!" - Socrates

"Kenali dirimu sendiri", begitu kata Socrates. Dalam fenomena masyarakat sekarang ini identitas diri merupakan suatu hal yang mutlak pentingnya. Itulah mengapa setiap manusia dilahirkan dengan nama masing-masing yang melekat menjadikannya suatu identitas dari manusia tersebut. Namun, bukan identitas nama tersebut yang akan dibahas, jauh lebih mendalam menyelami arti identitas bagi diri manusia secara khusus.

Mengacu pada KBBI, identitas disebutkan juga sebagai jati diri, yang berarti di sini tidak dibatasi suatu hal seperti nama, namun merujuk pada jauh dalam diri manusia tersebut, yaitu segala hal yang membentuk eksistensi dari manusia, mulai dari jiwa, tubuh, gagasan, perilaku, dan segala hal yang menyertainya.

Lantas, merujuk pada fenomena sekarang ini, juga marak terjadi utamanya pada masa remaja, banyak dari para remaja yang mengalami suatu bentuk krisis identitas, atau kebingungan jati diri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apabila suatu identitas atau jati diri tersebut melekat sepenuhnya pada manusia, lantas mengapa masih banyak manusia yang kebingungan akan suatu hal yang jelas-jelas melekat padanya?

Hal itulah yang mungkin ingin diutarakan oleh salah seorang filsuf hebat pada masanyaSocrateslewat "Gnothi Seauton"atau dapat diterjemahkan dengan "Kenali dirimu sendiri". Manusia terlalu sibuk untuk mencari yang ada di luar dirinya, seperti penghargaan, materi, ataupun hal yang lainnya, namun mereka lupa untuk mencari hal esensial yang ada pada dirinya sendiri. Hal inilah yang lantas kemudian membuat manusia merasa hampa, merasa bingung, sebenarnya mereka ini siapa, padahal mereka telah mencapai dan mendapatkan segala yang mereka mau.

Sebenarnya ada versi lebih panjang dari ungkapan Socrates ini, yaitu "Gnothi Seauton Kai Meden Agan",yang apabila diterjemahkan "Kenali dirimu sendiri, dan jangan berlebihan". Ungkapan tersebut mengisyaratkan manusia untuk juga mencari dan menemukan suatu hal yang seharusnya tidak pernah tersembunyi, yang seharusnya terlihat jelas oleh manusia tersebut, karena hal tersebut sejatinya melekat erat pada diri manusia, yaitu identitas atau jati diri. Selebihnya, apabila manusia telah menemukan siapa dirinya, jati dirinya, ungkapan Socrates selanjutnya adalah "Jangan berlebihan". Ia menjelaskan untuk jangan berlebihan dalam menilai diri sendiri, kenali batasan-batasan kita sebagai manusia, makhluk yang fana yang tidak dapat melakukan segala hal.

Suatu hal yang unik selanjutnya adalah sering kali manusia menyangkal dan menolak jati diri atau identitas diri manusia tersebut. Manusia menolak segala aspek buruk dalam hidupnya dan ingin mengubahnya, mereka mati-matian berusaha untuk tidak mengakui hal-hal yang mereka tidak sukai, dan berharap untuk dapat mengubahnya.

Melangkah lebih jauh lagi dari zaman Socrates, seorang psikolog Bernama Carl Rogers pernah mengungkapkan, "The curious paradox is that when I accept myself just as I am, then I can change",atau dapat diartikan "Paradoks yang mengherankan adalah saat aku menerima diriku sebagai apa adanya, maka aku dapat berubah".

Pada ungkapan Carl Rogerstersebut merefleksikan Kembali sekaligus melengkapi dari ungkapan Socrates mengenai jati diri. Seorang tidak akan pernah untuk dapat berubah, kecuali orang tersebut menerima segala aspek di dalam dirinya terlebih dahulu.Bagaimana mungkin seseorang dapat mengubah suatu hal dalam dirinya yang belum mereka temukan?

Kenalilah dirimu sendiri, temukan siapa dirimu, dan langkah selanjutnya terimalah dia apa adanya, jangan berlebihan dalam menolaknya, pun demikian jangan terlalu berlebihan dalam menerimanya, biarkanlah dia ada dengan apa adanya, maka kamu akan berubah ke arah dirimu yang lebih baik.