Mungkin kamu pernah merasakan suasana hati yang sendu saat hujan atau pada musim yang lain kamu merasakan gembira dan lebih agresif dari biasanya. Mungkin terdengar aneh dan tak masuk akal, tetapi para peneliti mengungkapkan bahwa musim juga memiliki peran dalam perubahan mood seseorang.

Galau saat hujan? Ini penjelasan ilmiahnya

Para peneliti dari University of Toronto Scarborough, Kanada, dan Northwestern University melaporkan, hal ini disimpulkan dari studi yang dilakukan pada kondisi pencahayaan yang berbeda-beda.Meskipun studi terakhir telah menemukan korelasi antara suasana hati seseorang dan cuaca, Alison Jing Xu, seorang asisten profesor di University of Toronto, meminta uji tambahan. Ia meminta responden untuk menilai beberapa hal, termasuk di antaranya kepedasan saus dan agresivitas dari karakter fiksi.

Xu dan rekan-rekannya menemukan bahwa cuaca dan pencahayaan cerah diintensifkan dengan keadaan emosional individu. Responden yang duduk di ruangan terang mengaku memiliki keinginan yang lebih besar untuk saus pedas. Ini berarti kondisi emosinya justru mengalami tekanan dan tak dalam kondisi rileks.

Galau saat hujan? Ini penjelasan ilmiahnya

"Bertentangan dengan hasil sebelumnya, kami menemukan bahwa pada hari cerah orang-orang justru rawan stres dan tertekan. Cahaya terang mengintensifkan reaksi emosional". Selain itu, Hsiang dkk.(2013) menemukan hubungan antara tingkat agresif manusia dan suhu yang lebih tinggi.Ketika suhu naik, para peneliti mencatat bahwa konflik antar kelompok juga cenderung meningkat sebesar 14 persen (peningkatan yang signifikan).Para ilmuwan juga menemukan kekerasan antar pribadi naik hingga 4 persen.

Temuan ini berlaku tak hanya untuk suhu yang lebih tinggi, tetapi juga saat hujan.Semakin hujan (terutama di daerah-daerah di mana curah hujan tinggi tidak diharapkan), semakin banyak orang yang agresif.Namun, penelitian ini hanya bisa menunjukkan korelasi antara keduanya.Tidaklah jelas bahwa cuacamenyebabkanhal-hal ini terjadi.

Galau saat hujan? Ini penjelasan ilmiahnya

Yang lebih parahnya lagi, sebuah meta analisis komprehensif yang dilakukan pada tahun 2012 (Christodoulou dkk.) tentang musiman bunuh diri menemukan kebenaran universal, Studi dari kedua belahan bumi Utara dan Selatan melaporkan pola musiman untuk bunuh diri.Dengan demikian, tampaknya bahwa musiman diamati dengan peningkatan bunuh diri untuk musim semi dan awal musim panas dan penurunan serupa selama musim gugur dan musim dingin, itu adalah konstan, jika bukan perilaku universal yang memengaruhi kedua belahan bumi utara dan Selatan.

Namun, Jaap J. A. Denissen dan rekan - rekannya (2008) menguji efek interaksi manusia dengan cuacamelalui tiga arah yaitu cuaca, kepribadian,dan jenis kelamin. Tetapi hal tersebut tak menunjukkan hasil yang signifikan. Namun, para peneliti menemukan interaksi negatif yang signifikan efek antara musim dan angin dalam menjelaskan fluktuasi pengaruh positif, yang mana menunjukkan bahwa hari yang berangin dapat menimbulkan efek yang lebih negatif pada suasana hati di musim panas dan musim semi ketimbang musim dingin dan musim gugur.