Kamu pasti tak asing mendengar nama Bowo, sosok anak yang sedang hangat diperbincangkan di media sosial saat ini.Akun Tik Tok Bowo yang bernama @prabowo118 saat ini sudah punya lebih dari 790.000 pengikut dan 6,8 juta penyuka untuk semua videonya di Tik Tok. Tik Tok merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk membuat video musik pendek dengan menyelaraskan bibir. Aplikasi ini dimiliki oleh perusahaan Cina, Bytedance.

Saking terkenalnya, Bowo mengadakan meet & greet dengan fans dan tak tanggung tanggung, untuk bertemu dengan Bowo, para penggemarnya tersebut harus membayar dangan harga 80 sampai 100 ribu rupiah.

Memberikan smartphone sama seperti memberi 1 gram narkoba pada anak

Terkait fenomena Bowo, psikolog dan pendiri Personal Growth, Ratih Ibrahim ikut angkat bicara.Ia secara tegas mengatakan jika ini adalah sebuah hal yang tak masuk akal dilakukan anak-anak hingga remaja.Ia menduga Bowo sudah terbiasa menggunakan gawai sejak masih anak-anak. Hal ini yang kemudian membuatnya menjadi kecanduan terhadapgawai.

Anak itu mungkin saja sudah terpapar dari umur dua tahun. Bayangkan saja, sudah bertahun-tahun dia terpapar, kata Ratih.

Memberikan smartphone sama seperti memberi 1 gram narkoba pada anak

Selain itu, Ratih menjelaskan seseorang menjadi kecanduan media sosial saat merasa eksistensi dirinya naik.Terkait dengan fenomena kecanduan smartphone tersebut, seorang ahli kecanduan teknologi dan perkembangan remaja, spesialis klinik rehabilitasi Harley Street, Mandy Saligari mengatakan jika waktu melihat layar terlalu sering diabaikan sebagaialat potensial yang menyebabkan kecanduan padaanak muda.

Waktu yang dihabiskan untuk mengirim pesan kepada teman-teman di Snapchat dan Instagram dapat menjadi sangat berbahaya bagi remaja seperti efek dari narkoba dan alkohol.

Memberikan smartphone sama seperti memberi 1 gram narkoba pada anak

"Saya selalu mengatakan kepada orang-orang, ketika Anda memberikan tablet atau telepon kepada anak Anda, Anda benar-benar memberi mereka sebotol anggur atau satu gram ganja," katanya.

Hal ini perlu menjadi perhatian di zaman sekarang. Banyak orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka untuk menggunakan smartphone tanpa memikirkan efek negatif dari penggunaan gawai tersebut. Hal ini dikuatkan dengan laporan survei dari Lembaga Penelitian dan Survei Pelajar-Pemuda PW Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur yang menyatakan bahwa 50% persen pelajar menggunakan smartphonesejak sekolah dasar (SD) dan 44% memakai sejak SMP serta 3% sejak SMA. Maka, kita harus bijak dalam memberikan smartphone kepada anak-anak agar tak menjadi masalah serius kepada si anak.