Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keragaman jenis flora dan fauna, bahkan ada sebagian endemis asli dari Indonesia, salah satunya adalah Orangutan. Orangutan sendiri dapat dijumpai pada habitat aslinya di hutan-hutan Kalimantan, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia dan ada pula di Sumatera.

Namun yang menjadi perhatian adalah dewasa ini rumah-rumah dari orangutan sudah berubah menjadi lahan perkebunan, terutama kelapa sawit dengan skala masif. Maka tak hayal bagi para pemilik lahan perkebunan, orangutan dianggap menjadi hama pengganggu yang merusak hasil kebun mereka.

Karena dianggap sebagai hama, maka banyak orangutan yang diburu dan dibunuh. Seperti yang dikutip dari laman Kompas.com (13/03), seekor orangutan Sumatera nahas ditemukan di kawasan perkebunan warga Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh. Setelah mendapat laporan dari warga, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) segera melakukan evakuasi.

Ditembaki 74 peluru angin, induk orangutan Sumatera kritis

Berdasarkan pemeriksaan awal, orangutan ini mengalami luka akibat senjata tajam di tangan kanan, kaki kanan, dan punggung. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa di tubuh sang induk orangutan terdapat sekitar 74 peluru senapan angin yang tersebar di sekujur tubuhnya.

Bukan hanya itu, sang anak yang berusia sekitar satu bulan juga ditemukan dalam keadaan kurang nutrisi akut dan terguncang. Namun anak oranutan ini harus kehilangan nyawa saat perjalanan menuju Psat Karantina Orangutan di Sibolangit di Sumatra utara yang dikelola oleh Yayasan Ekosistem Lestari.

Melansir dari laman Kompas.com (13/03), induk orangutan yang diperkirakan berumur 30 tahun ini sekarang berada di kandang treatment dan mendapat perawatan yang intensif. Sapto Aji, Kepala BKSDA Aceh mengungkapkan bahwa induk orangutan ini juga mengalami patah tulang tangan dan kaki kanan serta jari.

Sambil merawat dengan sabar, induk orangutan diberi nama Hope. Sesuai dengan arti namanya, mereka berharap induk orangutan dapat bertahan hidup.

Persoalan habitat.

Ditembaki 74 peluru angin, induk orangutan Sumatera kritis

Berdasarkan hasil riset Wich bersama timnya yang terbit pada tahun 2016 di jurnal Science Advances menyatakan bahwa sebagian habitat orangutan yang tersisa masih tetap bertahan karena kondisi topografisnya yang berat sehingga menyulitkan penetrasi atau perambahan oleh manusia.

Bukan hanya itu saja, seperti yang dilansir dari laman Mongabay.com (10/09), berdasarkan hasil kajian ilmiah di daerah tropis menunjukkan bahwa jalan merupakan faktor utama dari kerusakan dan kehilangan hutan serta memicu perburuan liar karena akses yang lebih mudah. Hal tersebut juga berbengaruh terhadap keberadaan satwa di alam liar selain pembabatan hutan untuk dijadikan perkebunan dalam skala masif.

Oleh karena itu, tindakan nyata, terukur, dan kesadaran dari masyarakat untuk menyelamatkan satwa-satwa endemis dan terancam punah perlu dilakukan. Ini agar anak cucu kita kelak dapat melihat mereka di alam liar secara langsung, bukan hanya dengan gambar dan tak bisa melihat secara langsung karena sudah punah.