Yogyakarta merupakan kota yang termasuk daerah yang terkena imbas Corona. Namun demikian, Sultan Hamengkubuwono belum mengeluarkan edaran untuk lock down. Melansir dari detik.com, Sultan hanya memerintahkan warganya untuk calm down dalam menghadapi virus Corona ini.

Apabila warganya tenang dan tidak panik, maka ini menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun imunitas tubuh. Melansir dalam situs islam.nu.or.id, Ibnu Sina yang merupakan bapak kedokteran pernah berpesan bahwa ketenangan adalah setengah dari obat, sedangkan kepanikan adalah setengah dari penyakit.

Intinya tidak panik menghadapi wabah Corona ini. "Dan minta terus bersabar agar menjadi orang yang menang," tutur Sultan.

Walaupun tidak lock down, namun saya pribadi menyaksikan sendiri betapa masyarakat Yogyakarta mengikuti imbauan Pemerintah untuk social distancing secara mandiri. Para perangkat desa, RW, dan RT juga sangat proaktif dalam menyosialisasikan pentingnya social distancing dan stay at home.

Terlihat pada spanduk dan baliho yang banyak terpampang di depan gapura desa atau kelurahan. Dalam baliho itu juga banyak imbauan untuk para pendatang untuk melakukan kegiatan lapor diri dan isolasi diri selama 14 hari. Jalanan gang-gang di Yogyakarta terlihat lengang dan sepi. Padahal kalau tidak ada Corona, jalanan sangat ramai dengan lalu-lalang motor, sepeda, dan pejalan kaki.

Calm down, jurus Pemkot Yogyakarta dalam menghadapi wabah Corona

Salah satu gang di Yogyakarta yang sepi / Foto: Dokumentasi pribadi

Selain tidak mengeluarkan kebijakan lock down, Sultan memerintahkan para aparat untuk untuk mendata setiap pendatang dan dipastikan kondisi kesehatannya. Yogyakarta ini termasuk kota yang sangat majemuk karena pendatangnya berasal dari banyak daerah dan berbagai profesi.

Sultan tidak melarang warganya atau warga pendatang seperti pekerja dan mahasiswa yang hendak pulang ke Yogyakarta. Walaupun tidak melarang, tetapi setiap pendatang harus mengikuti prosedur lingkungan RT dan RW. Bahkan ketika baru sampai di stasiun, terdapat prosedur pemeriksaan oleh anggota TNI dan petugas kesehatan.

Mereka meminta dan merekam identitas para penumpang kereta api dengan menggunakan kamera. Saya dan keluarga adalah salah satu warga pendatang yang didata TNI dan sudah menjalani masa karantina selama 10 hari.

Keesokan harinya para petugas TNI dan kesehatan benar-benar mengecek ke lokasi sesuai alamat KTP yang diberikan oleh para penumpang. Mereka mendata dan memastikan para pendatang berada di dalam rumah dan tidak beraktivitas kecuali di dalam rumah.

Demikian upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menghentikan penyebaran virus Corona. Mudah-mudahan berhasil dan warganya disiplin sehingga dapat menekan angka positif Corona di Yogyakarta.