Bertempat di Menara BTPN Kuningan, Jenius bekerja sama dengan Purwadhika Startup School menyelenggarakan acara yang membahas topik finansial, teknologi, dan kreativitas bertajuk Jenius Co. Creation Week. Acara ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, yaitu dari tanggal 22, 23, dan 24 Februari 2019. Selain lomba Jenius Hackaton dan Moneymoji Competition, Jenius Co. Creation Week juga memiliki beberapa acara lain, yaitu Jenius Conference, Tech Talk, dan Workshop. Salah satu workshop yang diadakan pada hari Minggu (23/02) membahas tentang bagaimana cara mengatur finansial pribadi.

Selama kurang lebih dua jam, workshop ini dipimpin oleh Budi Raharjo, yaitu Certified Financial Planner sekaligus Direktur dari OneShildt Financial Planning, dengan mengajak para peserta untuk mendefinisikan arti dari "kaya". Definisi "kaya" yang selama ini umumnya diartikan dengan "memiliki uang banyak" ternyata tidak sepenuhnya benar. Dalam kenyataannya, Budi Raharjo kerap menemukan klien yang memiliki uang banyak, tetapi mengalami defisit karena pengeluarannya jauh lebih besar dibandingkan pemasukannya. "Orang kaya" lebih tepat untuk dianalogikan dengan "seseorang yang tetap mampu memiliki uang meskipun keesokan harinya tidak bekerja".

Kecerdasan finansial yang baik mampu menuntun individu untuk tetap menciptakan penghasilan, bahkan ketika keesokan harinya tidak bekerja. Budi Raharjo menciptakan istilah "KASH before CASH" yang diartikan sebagai "menciptakan uang tanpa menggunakan uang". KASH sendiri merupakan singkatan dari Knowledge (ilmu), Attitude (sikap), Skill (keterampilan atau praktik dari ilmu yang dimiliki), dan Habit (kebiasaan).

Individu perlu untuk merencanakan keuangan karena beberapa faktor, di antaranya adalah karena adanya risiko ekonomi seperti inflasi, demografi yang memengaruhi pandangan individu tentang keuangan, kebutuhan dan gaya hidup yang berbeda antara individu yang tinggal di kota dan di daerah, risiko pribadi akibat masalah kesehatan, meninggal saat usia muda, atau hidup terlalu lama, risiko aset yang mengalami kerusakan, hilang, atau nilainya berkurang, hingga perkembangan teknologi.

Merencanakan keuangan dapat diawali dengan cara menetapkan tujuan keuangan secara spesifik, mudah diukur, sesuai dengan kemampuan diri, dapat dicapai, dan memiliki batas waktu pencapaiannya. Setelah menetapkan tujuan, individu harus menganalisis kondisi keuangannya saat ini, lalu memperkirakan perhitungan kebutuhan keuangan di masa depan, menyusun rencana keuangan, dan menerapkan serta mengawasi keberlangsungan rencana keuangan.

Defisit keuangan sebenarnya tidak disebabkan oleh pemasukan yang sedikit, tetapi lebih kepada kebiasaan individu dalam mengeluarkan uang (spending habit) yang kurang baik. Untuk memantau spending habit, individu dapat memulainya dengan membuat catatan pengeluaran harian. Meskipun terkesan sederhana, cara ini akan memudahkan individu untuk mengetahui pengeluaran apa yang paling membebankan finansialnya.

Individu dapat mencari solusi dari permasalahan finansial dengan menentukan prioritas pengeluaran, yaitu menentukan apakah pengeluaran termasuk dalam kategori kebutuhan (harus dipenuhi), penting (tidak harus dipenuhi tetapi dapat meningkatkan produktivitas, penghematan, berjaga-jaga), atau keinginan (untuk meningkatkan kenyamanan, status sosial, aktualisasi diri). Selain mengurangi atau bahkan memangkas pengeluaran yang tidak menjadi prioritas utama, individu dapat melakukan kebiasaan finansial positif lainnya, yaitu mengubah gaya hidup, mulai meningkatkan pendapatan dan tabungan secara bertahap, belajar berinvestasi, menyiapkan dana darurat, hingga berhutang secara produktif.

Menabung sejak pertama kali bekerja, bahkan sejak duduk di bangku kuliah merupakan kegiatan yang penting untuk dibiasakan oleh setiap individu. Kebiasaan finansial yang baik seperti menyisihkan 10% dari penghasilan untuk ditabung sejak awal bekerja bahkan diperkirakan mampu untuk membuat individu sejahtera di masa pensiun.