Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan konsumsi barang dan jasa yang pesat yang berakibat pada menipisnya sumber daya alam dan kerusakan parah pada lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan antara lain terjadinya pemanasan global, meningkatnya pencemaran lingkungan, serta degradasi flora dan fauna (Chen dan Chai, 2010).

Di berbagai belahan bumi mulai menyadari ancaman ini dan berupaya untuk meminimalkan dampak berbahaya dari ragam aktivitas bisnis yang mereka lakukan terhadap lingkungan. Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan mendorong timbulnya gerakan 'pembangunan berkelanjutan'. Pembangunan berkelanjutan selanjutnya mendorong bermacam inovasi lingkungan. Inovasi ramah lingkungan berfokus pada menggabungkan praktik kelestarian lingkungan pada setiap tahap penciptaan barang dan jasa (Veleva dan Ellenbecker, 2001).

Tempat tinggal ramah lingkungan merupakan bagian dari pembangunan hijau yang berfokus pada pengendalian sumber daya rumah dari polusi oleh lingkungan dan menekankan pada fitur hemat energi.

Di Indonesia, terdapat banyak perumahan dan permukiman yang telah melampaui daya dukung, sehingga pembangunan hunian ramah lingkungan mulai ditawarkan kepada masyarakat (Sugandhi dan Hakim, 2007). Seperti salah satunya Atelier Riri, studio arsitektur yang berbasis di Tangerang ini menciptakan rumah dengan nama "Breathing House" atau "Rumah Bernapas" di Serpong, Tangerang Selatan. Riri menciptakan rumah tersebut untuk suami istri yang telah memiliki dua anak. Mereka menginginkan sebuah hunian yang nyaman, ramah lingkungan, dan mampu merepresentasikan diri mereka. Berlokasi di Griya Loka, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, sebuah area rimbun di pinggiran kota Jakarta, "Breathing House" fokus pada bagaimana udara dan cahaya bisa masuk secara natural ke dalam rumah. Fokus itu semakin nyata mengingat lingkungan di Griya Loka terkenal sebagai kawasan hijau (Pitoko, 2016).

Rumah ramah lingkungan menjadi tren baru saat ini karena sebagian besar konsumen Indonesia memiliki perspektif yang berbeda saat berhadapan dengan pilihan untuk mengonsumsi produk yang ramah lingkungan. Beberapa dari mereka memiliki kesadaran dan tujuan yang sama untuk menyelamatkan lingkungan namun sebagian mempengaruhi budaya di sekitar mereka yang hanya membeli produk terbaik. Apalagi sebagian konsumen akan membeli sesuatu dengan banyak pertimbangan. Konsumen para pembeli rumah sudah menyadari bahwa rumah ramah lingkungan tidak hanya menjadi tren di Indonesia, tapi juga harus menjadi perubahan gaya hidup (Arif dkk., 2009). Sehingga beberapa di antaranya mengikuti isu pembangunan berkelanjutan dan memiliki motivasi untuk berubah dari praktik konvensional menuju praktik yang ramah lingkungan.

Berikut ini merupakan5 ciri penting dari rumah ramah lingkungan (Kania, 2018).

1. Berada dilokasi yang tepat.

Pembuatan rumah ramah lingkungan wajib diawali dengan pemilihan lokasi pembangunan yang tepat. Rumah ramah lingkungan tidak cocok bila dibangun di lokasi-lokasi seperti bantaran sungai, daerah resapan air, atau di lokasi yang terlalu dekat dengan area pembuangan sampah. Pembangunan hunian di area bantaran sungai dan daerah resapan air akan mengganggu siklus daur air yang bisa berakibat bencana alam banjir. Sementara pembangunan rumah dekat area pembuangan sampah akan mengakibatkan hunian sangat berpotensi mengalami pencemaran udara maupun pencemaran air tanah.

2. Memilihlokasi yang efisien.

Pertimbangan lain dalam memilih lokasi pendirian rumah ramah lingkungan adalah jarak dari lokasi rumah ke tempat-tempat tertentu yang berpotensi dibutuhkan oleh penghuni rumah, seperti pusat perbelanjaan, sekolah, hingga kantor. Semakin dekat jarak lokasi rumah dengan tempat-tempat tersebut, maka jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas penghuni rumah akan semakin kecil.

3. Memilikiarea terbuka hijau.

Ciri penting rumah ramah lingkungan yang selanjutnya adalah keberadaan ruang terbuka hijau di area rumah. Agar dapat memenuhi standar rumah ramah lingkungan, minimal 30% dari total keseluruhan luas lahan harus dijadikan ruang terbuka yang dilengkapi berbagai tumbuhan.

Ruang terbuka hijau tidak hanya dapat dibuat di area sekitar rumah saja, atap rumah pun bisa dijadikan lokasi pembuatan ruang terbuka hijau seperti rooftop garden yang biasa terdapat pada gedung-gedung pencakar langit. Rumah ramah lingkungan yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau akan berperan memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar. Hal tersebut disebabkan karena tanaman-tanaman akan menghisap karbondioksida dan menghasilkan oksigen.

4. Pertukaranudara yang baik.

Rumah ramah lingkungan harus memiliki ciri-ciri rumah sehat, yaitu pola sirkulasi udara yang baik di dalamnya. Pertukaran udara segar dari luar rumah dengan udara dari dalam rumah harus selalu berlangsung lancar. Salah satu ciri dari rumah ramah lingkungan dengan pertukaran udara yang baik adalah dengan adanya ventilasi dan jendela yang cukup.

5. Hemat energi.

Ciri rumah ramah lingkungan yang tidak kalah penting adalah hemat energi. Langkah untuk menghemat konsumsi energi pada rumah ramah lingkungan adalah dengan memaksimalkan energi yang terbarukan seperti sinar matahari.

Desain rumah ramah lingkungan dibuat sedemikian rupa agar sinar matahari dapat menjadi sumber pencahayaan utama yang mencukupi bagi seluruh bagian rumah. Biasanya untuk memaksimalkan sinar matahari, pada bagian atap rumah ramah lingkungan terpasang panel surya yang berfungsi menyerap energi dari matahari untuk diubah menjadi energi listrik. Pemakaian kaca penghasil energi listrik pada bagian jendela alias solar window juga sudah diterapkan pada beberapa rumah ramah lingkungan.