Kamu pasti sering ditanya oleh orang-orang tentang kabarmu pada saat itu. Ada yang bertanya Hai apa kabar? ada juga yang Gimana nih kabarnya hari ini? dan sebagainya. Tak jarang, kita sering menjawab pertanyaan secara spontan dengan jawaban Baik atau Sehat-sehat dan sebagainya tanpa berpikir terlebih dahulu kondisi kesehatanmu. Kamu tahu tidak, jawaban sehat atau baik yang keluar dari mulutmu tanpa didukung dengan kondisi sehat yang sebenarnya, bisa berdampak negatif buat kesehatan. Tentunya kita tidak mau merusak kondisi kesehatanmu hanya karena kata-kata spontan tersebut.

Sebelum memeriksa kondisi kesehatanmu, kamu perlu tahu terlebih dahulu apa arti dari sehat. Sarafino & Smith (2011) dalam bukunya mengatakan bahwa sehat atau kondisi sehat terdiri dari adanya kondisi positif dari tiga aspek dalam manusia. Ketiga aspek ini terdiri dari kondisi fisik yang positif, kondisi mental yang positif, serta kondisi social well-being yang juga positif. Untuk tahu lebih lanjut, mari kita bahas ketiga aspek ini satu per satu.

1. Aspek fisik.

Aspek ini merupakan aspek yang membahas mengenai bagaimana kondisi fisik kita mampu bekerja, apakah ada gangguan dalam kinerja fisik, dan lain sebagainya. Seseorang yang mempunyai kondisi fisik sehat pada umumnya ditandai dengan mampu dan senang beraktivitas secara baik, memiliki kondisi-kondisi kerja fisik seperti keseimbangan tubuh yang baik dan memiliki gejala-gejala fisik negatif yang rendah atau tidak ada, seperti sakit perut, pusing dan sebagainya (Health and Wellbeing, n.d.).

2. Aspek mental.

Aspek ini akan menjelaskan kesehatan melalui kondisi psikis dan mental seseorang. Tentunya, melalui aspek ini seseorang dapat dikatakan sehat ketika memiliki kondisi psikis dan mental yang positif. Ada beberapa contoh dari kondisi psikis dan mental yang baik adalah mempunyai harga diri dan percaya diri yang positif, mampu merasakan dan mengekspresikan perasaan yang tengah dialaminya (orang-orang yang suka memendam perasaan bisa jadi salah satu tanda kalau dia lagi tidak sehat), mampu menyesuaikan emosi dengan situasi yang tengah terjadi dan memiliki pandangan yang positif akan hidupnya (Health and Wellbeing, n.d.).

3. Aspek social well-being.

Dalam aspek ini, kondisi sehat seseorang sangat dipengaruhi dengan lingkungan sosialnya. Keyes, (1998) dalam penelitiannya mendefinisikan social well-being sebagai persepsi individu yang didapatkan dari evaluasinya terhadap keadaan dan keberfungsiannya di lingkungan sosialnya. Saat menilai kondisi sehat melalui aspek ini, maka seharusnya seseorang memiliki hubungan sosial yang baik dan merasa termasuk ke dalam bagian dari lingkungan sosialnya, merasa dihormati, berempati, bertoleransi dan orang tersebut merasa bahwa lingkungannya menghormati hak dan kewajiban yang dimiliki.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kondisi sehat berarti kondisi di mana seseorang memiliki kondisi fisik, mental, dan social well-being yang baik. Jika salah satu dari ketiga ini ada yang kurang positif, maka kamu belum dapat dikatakan sehat seutuhnya.

Lalu, yang terpeting adalah saat ditanya apa kabar?" ada baiknya kamu dapat menjawab sesuai kondisimu saat itu. Jika kamu merasa fisik kamu tidak sehat, tidak ada salahnya untuk mengatakan bahwa fisik kamu memang sedang tidak fit. Begitu juga dengan kondisi mental dan social well-being. Hal ini menjadi penting karena seperti yang sudah disinggung dalam aspek mental, saat kamu memendam atau menyembunyikan kondisimu, tentu hal tersebut dapat berujung pada hal-hal negatif dan orang-orang tidak memahami kondisimu sehingga kamu merasa tidak ada yang berempati yang pada akhirnya akan merusak aspek lainnya.

Oleh karena itu, saat ada yang bertanya Apa kabar? mari kita jawab jujur dan tidak perlu takut untuk mengatakan hal yang memang perlu dikatakan.